3.

1.9K 335 11
                                    

Umur 8 tahun

Bell memperhatikan dengan diam pemandangan di depannya, disaat kedua abang-abangnya baru memulai belajar beladiri dari Momo untuk sebagai dasar perlindungan.

Kali ini, Bell tidak bisa ikut kegiatan yang sama dengan abang-abangnya. Hal itu di pengaruhi karna kondisi tubuh mereka yang berbeda. Belum lagi ukuran tubuh Bell yang mungil, yang terlihat sangat susah bertumbuh, menjadi salah satu penyebabnya.

Namun sejujurnya, Bell ingin juga mempelajari hal yang sama dengan abang-abangnya. Bell hanya ingin selalu menghabiskan waktu bersama abang-abangnya.

Walau begitu, ia mencoba bersikap tegar walau air matanya sedari tadi berusaha keluar. Ia hanya mencoba menatap dengan tenang pemandangan mengasikkan itu di depannya.

Tapi ketika Papanya datang mendekat dan langsung mengangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuan laki-laki itu, air matanya turun sendiri tanpa bisa ia tahan.

Tapi ketika Papanya datang mendekat dan langsung mengangkat tubuhnya untuk duduk di pangkuan laki-laki itu, air matanya turun sendiri tanpa bisa ia tahan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bahkan kalimat-kalimat yang sedari coba ia tahan, keluar begitu saja. Mengalir dengan terseduh-seduh, memperlihatkan kekecewaan pada kondisi tubuhnya.

Hanya begitu saja.

Semuanya menjadi luluh dan segala hal yang ia inginkan dapat tercapai. Papanya yang selalu merasa bersalah jika mereka menangis, akhirnya memberikan Bell izin untuk ikut latihan, semampu gadis itu.

^^^

Keputusan yang paling tepat untuk ikut jalan-jalan bersama teman-temannya ke taman kompleks. Mengingat pertemanan mereka berasal dari tetanggaan hingga menjadi biang kerok kompleks tukang gaduh.

Taman ini cukup ramai di sore hari, berhubung karna taman ini bisa di akses oleh khalayak umum secara bebas.

Sun yang berjalan di sampingnya sambil menggandeng tangan Ajeng tampak terpesona melihat keramaian taman sekarang. Begitu juga dengan Sasa. Tidak hanya pengunjung yang banyak, melainkan para penjual alias tukang dagangan kaki lima juga ramai.

"Haus nih, beli minum yuk!" Ajak Sasa yang langsung menarik tangannya ke arah penjual minuman es doger. Bell dulu pernah kerja paruh waktu bersama Momo menjadi penjual es doger untuk mengintai seseorang. Ya walaupun pada saat itu, dagangan mereka habis hanya untuk Bell seorang saja.

Setelah mereka mendapatkan pesanannya, barulah mereka sadar bahwa mereka tidak punya uang cash. Mereka hanya membawa kartu debit yang di taruh di belakang case ponsel mereka. Dengan mata saling melirik satu sama lain, mereka tahu, mereka tidak akan bisa membayar, karna tidak mungkin tukang dagangan kecil begini punya mesin debit.

"Ngggg, Pak kita ma—,"

"ADA SATPOL PP, ADA SATPOL PP!!!" Teriakan kencang itu menghentikan ucapan Bell. Mereka semua langsung memandang ke sekeliling dengan panik, termasuk si tukang es doger.

Bahkan tukang es itu langsung kabur dengan terburu-buru sambil mendorong gerobaknya. Mereka semua sedang mempertaruhkan hidup dan mati mereka agar tidak menemui satpol pp. Si tukang es bahkan sampai melupakan gelas yang mereka pakai plus dengan bayaran minuman mereka.

Pelampiasan BadungTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang