"Momo!!" Panggil Bell riang, ketika berjalan menyusuri taman bersama auntinya. Umurnya baru empat tahun, tapi kelincahan dan semangat yang tidak pernah ada habisnya itu membuat semua orang cukup kelelahan.
Angel dan Rainer bersyukur, bahwa Hkstorya, auntinya si para kembar mau membantu mengurus mereka. Angel dan Rainer sepakat tidak ingin memakai pengasuh untuk merawat anak-anak mereka.
Saat ini, Rainer sedang pergi bekerja, sedangkan Angel sedang meniduri Sean dan Saka, yang tampaknya sudah kelelahan karna bermain. Sedangkan Bell masih tetap semangat, tidak seperti kembarannya.
"Hallo putri kecilku. Kamu menyusahkan Mamamu lagi ya" ucap Momo lembut, sambil membawa Bell ke dalam gendongannya.
Yah benar. Seorang Momo yang terkenal kejam dan dingin itu berhasil di buat jatuh cinta dengan tubuh mungil yang berusaha bertahan hidup saat berada di ruang NICU dulu. Momo di tugaskan untuk menjaga ruangan itu, dan bisa di katakan, Momolah yang selalu berada di sisi gadis mungil itu saat Bell berjuang untuk melawan kritis.
Momo tidak mendengar respon apapun ketika ia bertanya. Saat sedikit menolehkan kepalanya untuk melihat keadaan Bell, bibirnya perlahan tersenyum.
Gadis mungil itu tertidur dalam sekejap.
Perasaan hangat langsung memenuhi hatinya. Ia tidak pernah memiliki anak atau bahkan merasakan kasih sayang orangtua saat kecil dulu, tapi rasa yang ia rasakan sekarang sangat candu untuknya. Ia ingin selalu merasakan perasaan seperti ini.
^^^
Bell Briliant, siapa yang tidak mengenal gadis itu. Si cantik, manja yang jahat, alias si antagonis cantik. Itu adalah sebutannya di sekolah tempatnya mengenyam pendidikan dan sebutan itu juga terkenal di sekolah khusus cowok yang berada di belakang sekolahnya.
Sebutan itu semata-mata di dapatnya hanya dari rumor yang berkembang di sepenjuru sekolah. Hanya beberapa orang yang mengenalnya yang tau fakta yang sebenarnya. Seperti kata pribahasa, jangan menilai seseorang dari covernya saja. Dan hanya beberapa orang ini yang mengenal siapa dirinya yang sebenarnya.
Bell cukup bersyukur, karna sebutan itu, banyak orang yang memilih menjauh darinya, dan menganggapnya sebagai musuh.
Hanya saja, di karenakan gelar itu juga, Bell tidak bisa mendekati laki-laki tampan dari sekolah sebelah. Sebagai penikmat cowok ganteng, jelas ini penyiksaan untuk Bell. Apalagi baru-baru ini, kabar miring tentangnya semakin ramai. Bell di rumorkan kembali membully Moana, si anak baru yang canti dan lemah lembut. Nyatanya, Bell bahkan tidak pernah berselisih di jalan dengan si anak baru.
Sialnya, rumor itu membuat nama baiknya yang sudah hancur menjadi terpecah belah alias sudah tidak bisa terselamatkan lagi. Padahal, Bell merasa dia adalah gadis baik-baik yang pintar. Tidak pernah membully kecuali di bully terlebih dahulu.
"Haaa sialan!!! Siapa sih dalang di balik ini semua rumor" kesal Bell menyandarkan tubuhnya, sambil mendongak, melihat ke arah terangnya langit, yang mampu menyakiti mata.
Saat ini dia sedang berada di lapangan basket, salah satunya tempat yang di pakai secara bersamaan oleh sekolah mereka dan sekolah khusus cowok yang berada di belakang sekolah mereka. Ia di temani oleh tiga temannya, yang memiliki sifat sebelas duabelas seperti Bell, aneh dan narsis.
Sasa, teman Bell yang paling tomboy masih bermain basket sedari tadi, tidak mempedulikan bahwa seragam putih sekolahnya sudah basah hingga memperlihatkan pakaian dalamnya.
Sun, si anak lemot yang diantara semuanya tampak sedang membalurkan sunscreen sebanyak mungkin ke seluruh tubuhnya sedangkan Ajeng si perempuan pendiem saat ini sedang duduk bersama Bell, dan ikut memperhatikan langit.
"Ada Yuna dari kelas sebelah yang punya berbagai informasi. Mau tanya dia gak?" Tanya Ajeng setelah lama terdiam.
Mendengar informasi itu, Bell langsung menegakkan badannya. Ia memandang serius ke arah Ajeng, benar-benar merasa tertarik.
"Tapi dia sedikit matrek. Semua informasi harus ada bayaran. Lo punya uang?" Tanya Ajeng yang kini juga memasang tampang serius.
Uang ya?
Bell menggeleng. Dia tidak pernah pegang uang cash. Belanja ke kantin juga Bell hanya memakai debit card yang di beri oleh orang tuanya. Dan ketika ia membutuhkan uang cash, ia biasanya meminta dari salah satu ajudannya. Itu juga Bell harus mempersiapkan banyak alasan agar di acc oleh Momo.
"Kalau gitu kita enggak bisa dapat informasi apapun. Ingat, kita miskin" ucap Ajeng pasrah.
"Sialan" maki Bell kesal, lalu kembali ke posisinya yang semula. Memang dia dan teman-temannya tidak bisa mengharapkan apa-apa jika menyangkut uang. Masalahnya, segala hal membutuhkan uang.
"Atau mau jual uang jajan dari Tuhan aja gak? Ginjalku kayaknya masih bagus" tukas Sun dari sebelah mereka.
"Itu kelamaan. Nyari pelanggannya butuh waktu. Itu juga kalau enggak ketahuan sama pemerintah. Kalau ketauan, ya masuk penjara dulu kita" tukas Sasa dari seberang lapangan.
Bener kan apa kata Bell. Mereka memang tidak bisa di harapkan jika menyangkut hal seperti ini.
Pada akhirnya, Bell hanya bisa menghela nafas pasrah. Yah kalau tidak bisa menikmati para kaum tampan dari dekat, mereka ya harus berpuas diri cuma bisa lihat dari jauh.
Apalagi saat melihat Vinter, si kapten basket yang sedang berjalan menuju lapangan basket bersama teman-temannya. Jika melihat pakaian mereka semua, tampaknya Vinter dan teman-temannya akan bermain basket. Hanya saja, entah mengapa, si anak baru itu alias Moana, berada di barisan para anak basket dan saat ini sedang bercengkerama riang bersama Vinter. Kan Bell jadi iri, pengen berada disana juga. Kapan lagi bisa melihat wajah Vinter yang tampan dan menyegarkan.
Namun ketika Vinter tidak sengaja melirik ke arahnya, raut wajah laki-laki itu langsung berubah sangar, seakan Bell baru saja mengirimkan sinyal untuk war.
Yah, inilah salah satu efek dari rumor tentangnya sebagai si pembully. Belum lagi rumor itu seperti dibenarkan dengan ekspresi Moana yang merupakan salah satu korban bullynya kini menatap ke arah Bell dengan takut-takut. Hal itu jelas membuat Vinter langsung menarik Moana ke rangkulannya, berusaha melindungi si anak baru dari dia.
"Lama-lama, gue kalau masih di tuduh tukang bully, gue bully beneran tuh perempuan. Masa udah dapat fitnah, enggak dapat orangnya. Kan rugi gue" kesal Bell yang ekspresi wajahnya kini berubah menjadi kesal.
Ketiga temannya mengangguk setuju. Pasalnya, sebagai teman, merekalah yang tau bagaimana Bell. Bell bahkan tidak pernah berselisih di jalan dengan Moana, dan bagaimana bisa ia di tuduh pernah membully si anak baru itu.
"Okey, mulai sekarang kita war beneran!" Ucap Sasa penuh dendam. Dia benar-benar tidak terima nama baiknya hancur hanya karna gadis penuh tipu muslihat seperti itu.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelampiasan Badung
Teen FictionBell menatap pemandangan di depannya dengan kesal. Sebagai perempuan, Bell sangat mengakui bahwa si anak baru itu memang cantik. Hanya saja, ia tidak tahu ternyata seluruh cowok-cowok tampan sumber moodnya, membenci dirinya tanpa sebab secara teran...