Suasana tampak ramai saat Bell sedang berjalan menuruni tangga. Ia mengintip sedikit, ingin melihat siapa tersangka yang membuat keramaian dirumah mereka padahal hari masih pagi. Dan ternyata, itu adalah Momo serta auntinya. Belum lagi ada Sean juga yang ternyata pulang hari ini tanpa pemberitahuan.
"Abang!!!" Panggilnya centil yang langsung berlari dari arah tangga menuju dapur mereka.
Melihat Bell yang berlari, Sean langsung merentangkan tangan. Ia merindukan adik kecilnya itu. "Bell-nya abang tambah tinggi ya?" Ucap Sean menepuk pucuk kepala adiknya itu.
"Iya dong. Walau aku cuma remaja yang lagi dimabuk deadline tugas sekolah, aku tetap masih remaja yang masih pertumbuhan loh" ucapnya manja, yang langsung bergelayut manja di lengan abangnya.
Melihat tingkah anak-anaknya, Angel dan Rainer cuma bisa geleng-geleng kepala. Saat ini aunti mereka sedang mempersiapkan sarapan mereka, Papa mereka sibuk membaca koran, sedangkan Momo serta Mama mereka saat ini sedang membahas sesuatu yang menyangkut keamanan lingkungan rumah mereka.
Karna sarapan masih belum dimulai, Bell memilih duduk di paha kiri Sean sambil memelintir rambut panjang mamanya, yang tampak tidak terganggu sama sekali.
Gadis centil itu menceritakan segala hal, termasuk pertemuannya dengan para perampok saat sedang berada di mini market taman kompleks mereka.
"Tau gak bang, Bell udah makin strong loh. Bell bisa menumbangkan empat perampok itu sendirian. Tapi sayang, Bell malah di rumorkan melakukan penyerangan ke salah satu korban, yang ternyata temen sekolah Bell" adu gadis itu manja dengan wajah cemberutnya.
"Sayakan udah nawarin Bell, dia mau dibereskan apa enggak" ucap Momo nimbrung yang duduk di seberang meja mereka.
"Cuma rumor kok. Bell juga bisa nyelesain sendiri. Cuma lagi nunggu waktu aja. Bell mau memperlihatkan seperti apa antagonis yang sebenarnya" jelas Bell bersemangat.
"Kalau gitu, makannya di perbanyak adek. Kamu itu kedorong angin, pasti langsung jatuh. Strong itu kayak Mama nih" ucap Angel yang juga ikut nimbrung. Tampaknya, Momo dan Mama mereka sudah selesai dengan pekerjaan mereka.
Bangkit berdiri, Bell berkacak pinggang menatap mamanya, lalu berucap, "aku tuh udah banyak makan Mama. Tapi kayaknya, Bell cacingan deh, makanya berat Bell enggak tambah- tambah" jelas gadis itu kesal.
"Kalau gitu, hari ini habis pulang sekolah, kita pemeriksaan seluruh tubuh lagi ya nak. Harus dipastikan apa penyebabnya itu." Ucap Rainer sambil memberikan korannya kepada salah satu ajudannya, yang berdiri tak jauh dari mereka, karna Historia tampaknya sudah selesai mempersiapkan sarapan mereka.
Pemeriksaan tubuh adalah hal yang paling di benci oleh Bell. Pasalnya, hampir setengah umurnya, ia hanya melakukan hal itu untuk memastikan kesehatannya. Papanya yang protektif selalu memiliki jadwal check up khusus untuknya dan Papanya juga lah yang selalu menemani Bell untuk pemeriksaan.
Walau ia membencinya, Bell tidak bisa menolak ajakan papanya. Ia sangat paham mengapa papanya terlalu protektif dengan dirinya. Bell bahkan pernah melihat Papanya menangis melihat rekaman saat mereka dilahirkan. Setiap kali papanya menonton tayangan ulang itu, Papanya masih selalu menangis walau saat ini mereka sudah berumur delapan belas tahun.
Jika Papanya selalu mengkawatirkan kondisi kesehatan mereka, maka Mamanya berbeda. Mamanya selalu memastikan tingkat keamanan mereka sempurna. Dengan bantuan Momo yang melatih anak buahnya sendiri, Mama mereka sangat terbantu dengan keamanan mereka. Bukan hanya bodyguard mereka yang bisa beladiri. Mereka juga dipaksa harus memiliki ilmu dasar mengenai beladiri. Keprotektifan mamanya jugalah yang membuat Mamanya memasang GPS lengkap di seluruh badan mereka, agar bisa memantau mereka. Bell tidak akan pernah protes. Sebaliknya, ia bersyukur memiliki orangtua seperti Mama dan Papa mereka.
"Jangan melamun pagi-pagi oy babyku" ucap Saka tiba-tiba sudah berdiri disamping mereka, lalu memberikan kecupan selamat pagi untuknya.
"Eh, abang pulang ya?" Tanya Bell heran. Pasalnya, setelah berpacaran dengan pacarnya, yaitu Vodka, Saka jarang pulang. Dalam waktu seminggu, ia hanya tidur dua kali di rumah, sedangkan sisahnya, abangnya itu menginap di rumah Vodka.
"Iya, Vodka lagi balik ke Dubai kemarin. Kamar kamu kenapa dikunci sih? Kan abang gak bisa masuk" gerutu Saka yang saat ini sedang menyisir rambut basahnya menggunakan jari-jarinya. Ini adalah pemandangan yang menyegarkan bagi kaum seperti dirinya, si pencinta cowok tampan.
"Enggak sengaja mungkin. Ku juga lupa." Ucapnya singkat, lalu Bell mengalihkan pandangannya ke arah Momo. "Mo, aku boleh minta bodyguard yang tampan gak? Ku butuh penyegaran" ucap gadis itu, meminta dengan manja.
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa Bell mereka merupakan perempuan kaum pencinta cowok tampan. Hal itu selalu membuat masalah untuk kaum laki-laki yang berada di rumah mereka, Rainer, Momo, Sean dan Saka. Mereka tidak suka jika Bell mengidolakan cowok tampan. Namun tidak dengan Mama mereka, Angel, yang tampaknya juga dulu alumni kaum pencinta cowok tampan. Para laki-laki tidak bisa melakukan apa-apa, ketika si boss mereka, alias Mama mereka sudah bertitah.
"Okey, nanti mama yang pilihin!" Ucap Angel cepat, agar para laki-laki mereka tidak sempat menolak terlebih dahulu.
^^^
Biasanya, saat pagi hari, Sakalah yang bertugas mengantarnya ke sekolah. Namun berhubung karna Sean sedang pulang, abang pertamanya itulah yang mengambil alih tugas ini untuk sementara.
Sudah lima menit mereka sampai di depan gerbang sekolahnya. Lebih tepatnya, di depan gerbang sekolah milik sekolah laki-laki yang berada di belakang sekolah mereka. Gerbang depan sekolah mereka terpaksa harus diberikan beberapa perbaikan karna tawuran tempo lalu yang merusak fasilitas sekolah mereka, dan untuk sementara waktu, mereka akan melewati gerbang sekolah laki-laki yang berada di belakang sekolah mereka.
"Abang, udah ih, lepasin! Ku mau masuk" ucap Bell yang ketujuh kalinya kepada Sean, yang sedari tadi tidak melepaskan genggaman tangannya.
"Bentaran Bell. Abang masih kangen. Soalnya, selesai antar kamu, abang cuma ke kantor Papa sebentar trus balik ke asrama" jelas Sean manja, sifat yang jarang orang luar tahu.
Biasanya, Sean akan bersikap dingin dan cuek kepada orang luar, tapi ketika kembali ke rumah, sifat manja Sean akan melebihi Bell. Bahkan pacar abangnya itu sudah mengeluh berkali-kali dengan sifat manja Sean yang tidak bisa di tolak itu.
"Yaudah kalau gitu lepasin tangannya dulu deh, trus jauhin kepalanya. Mobil abang ini tembus pandang tau, semua orang lihat Bell sekarang. Malu aku!!" Keluh Bell yang curi-curi pandang dengan sekitar. Pasalnya, saat ini Sean sedang memarkirkan mobilnya di lapangan basket yang tak jauh dari tempat parkiran. Sean malas berurusan dengan jalanan yang macet jika harus berhenti di pinggir jalan, dan Sean malas harus mengeluarkan mobilnya dari parkiran sekolah mereka, lantaran ini jam kedatangan para murid-murid. Jadilah Sean memutuskan dengan seenaknya memarkirkannya di lapangan basket, yang berada ditengah- tengah gedung sekolah. Semua orang jelas memandang ke arah mobil sport milik Sean, apalagi dengan pemandangan Sean yang bersandar ke bahunya sambil menggenggam telapak tangannya.
Tapi ketika mendengar itu, sifat jahil Sean muncul. Abangnya itu malah menarik wajahnya mendekat lalu memberikan banyak kecupan di seluruh wajahnya.
Bell yang tampak kaget hanya bisa terdiam.
Sean memang kurang ajar. Sekarang, dirinya pasti menjadi bahan gosip oleh semua orang.
"Aaaaa abanggg!!!" Teriaknya kesal.
Tbc
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelampiasan Badung
Teen FictionBell menatap pemandangan di depannya dengan kesal. Sebagai perempuan, Bell sangat mengakui bahwa si anak baru itu memang cantik. Hanya saja, ia tidak tahu ternyata seluruh cowok-cowok tampan sumber moodnya, membenci dirinya tanpa sebab secara teran...