"Momo, bajuku cantikkan?" Tanya Bell dengan nada centil. Gadis itu baru saja selesai dimandikan oleh auntinya, Historya.
Bell yang tampak segar dengan aroma sabun serta lotion babynya membuat Momo tidak tahan untuk mengendus aroma anak kecil itu. Ia segera mengangkat Bell ke dalam gendongannya, lalu mengendus aroma gadis itu.
"Harumnya putri Momo ini" ucap Momo tersenyum senang, masih mengendus-endus pucuk kepala serta pipi gadis itu.
Bell terkekeh geli, gadis itu bahkan berusaha menjauhi kepala Momo, karna merasa kegelian. Historya yang melihat itu hanya bisa geleng-geleng kepala. Walau Momo mengatakan tidak pernah merasakan kasih sayang orangtua, tapi pemandangan di depannya sudah cukup memperlihatkan bagaimana Momo memeberikan kasih sayangnya terhadap seorang anak, walaupun itu hanyalah anak dari bossnya. Ketiga keponakannya selalu menganggap Momo sebagai keluarga mereka, dan begitu juga sebaliknya.
Memang perhatian Momo lebih tercurahkan kepada Bell, si bungsu briliant yang punya kondisi spesial. Sejak Bell masih bayi, kedua orang itu sudah punya ikatan spesial. Momolah yang menemani Bell selama perawatan, dan Momolah yang menjadi saksi mata dari usaha keras Bell untuk bertahan hidup.
"Baju kembang Bell juga cantikkan? Kata aunti, Bell kayak princes" celoteh Bell riang.
Historya dan Momo hanya bisa terkekeh geli. Gadis kecil ini bisa dikatakan cerminan dari sebuah kebebasan. Ada lima rumah yang berada di lingkungan milik Briliant, dan di lima rumah itu, Bell punya lemari sendiri untuk menyimpan pakaian serta barang-barangnya. Sejak kecil, Bell selalu meminta menginap di rumah orang-orang. Itulah mengapa ikatan semua pekerja dan teman-teman dari abangnya yang tinggal di rumah-rumah itu, dengan Bell sangat erat.
^^^
"Orang cantik selalu di maklumi. Orang jelek selalu kena imbas" celutuk Ajeng ketika mereka memilih duduk di lapangan basket lagi, menemani Sasa untuk bermain basket sendiri.
Semua orang mengangguk setuju, termasuk Sasa yang jauh lebih dingin dan cuek dibandingkan mereka. Saat ini Sasa sedang istirahat, setelah kecapekan ngejar bola.
"Seperti lo Bell! Udah dengar rumor terbaru kan? Katanya lo ngebully si Moana lagi bahkan sampai berani melempar pisau ke dia karna emosi" ucap Sun membuka topik hangat yang menjadi bahan pembahasan mereka kali ini.
Semua orang kembali mengangguk. Bell juga sudah mendengar rumor tidak menyenangkan itu tadi, disaat ia hendak ke toilet. Kini semua laki-laki yang mengidolakan Moana sedang memburunya, karna rumor tanpa sebab itu.
"Gue memamg ngelempar pisau ke arah dia, tapi targetnya bukan dia. Tapi tersangka kemarin. Kalian jadi saksi matanya dan itulah kesialannya. Mana ada yang percaya ucapan kita" gerutu Bell kesal.
"Maka dari itu gue bilang, orang cantik selalu dimaklumi dan orang jelek kayak kita yang kena imbasnya. Gue cuma enggak nyangka kalau dia nyebarin rumor yang enggak berdasar gitu. Gue sampai sekarang enggak tau masalah dia apa sama kita, sampai ngebet banget ngejatuhin lo" tukas Ajeng mulai tampak kesal.
Sekali lagi, semua orang menganggap Bell sebagai si antagonis yang manja dan pernyataan mereka sebagai orang yang terdekat Bell, tidak akan pernah bisa di dengar.
"Jangankan cantik, tinggi aja kurang mah! Makanya selalu jadi bahan rumor begitu" dengus Bell mulai sedikit terganggu dengan romor tentangnya.
Sebenarnya ini mudah di selesaikan. Dia punya segala hal dan Papanya sudah berkali-kali menawarkan untuk menyelesaikan masalah ini. Hanya saja selalu Bell tolak, karna toh semua rumor itu tidak ada yang benar dan akan menghilang begitu saja. Tinggal menunggu waktu saja.
Tapi ternyata semua romor tentangnya, bukannya menghilang malah semakin berkembang menjadi sesuatu yang mengganggu ketenangannya. Ini jelas tidak bisa dia biarkan begitu saja lagi.
Maka dari itu, Bell dan teman-temannya memutuskan untuk mendatangi si korban secara langsung. Bell harus mendengar penjelasan Moana, pasalnya, pelanggan yang berada di mini market itu hanya mereka berenam. Bell dan teman-temannya, serta Badai dan Moana.
Berhubung Badai sedang pergi keluar kota untuk muncak, maka satu-satunya orang yang perlu ia dengar penjelasannya adalah Moana, si gadis yang dirumorkan menjadi korbannya.
Namu siapa yang bisa menyangka, mereka malah bertemu di lorong penghubung sekolah mereka dan sekolah khsusu cowok yang berada di belakang sekolahnya.
Sialnya, Moana saat ini sedang bersama ketua OSIS dari sekolah tetangga, Issaacc. Bell berusaha berkonsentrasi memasang tampang sinis dan tidak mempedulikan sesosok cowok tampan yang berada di depannya.
"Kebetulan kita ketemu" ucap Bell datar dengan wajah sinis. Ternyata wajahnya itu mampu mengitimidasi Moana, sehingga gadis itu memilih menyembunyikan tubuhnya di belakang tubuh Issaacc.
"Lo enggak bawa pisaukan?" Tanya Issaacc sinis.
"Untungnya enggak. Gue cuma bawa kapak, karna pisau enggak bisa patahin tulang di lehernya hanya sekali tebas" sinis Bell.
"Dan lagi, gue bukan mau berurusan sama lo. Jadi minggir, karna urusan gue sama perempuan yang di belakang lo" tegas Bell sinis.
Namun tindakannya itu malah membuat Moana semakin menyembunyikan tubuhnya, memperagakan sebagai korban bully yang teraniaya. Sungguh memuakkan.
"Lo keterlaluan! Tindakan lo itu udah termasuk pengancaman" amarah Issacc memperjelas bahwa acting Moana berhasil menipu laki-laki itu.
"Gue bukan berurusan sama lo, jadi shut up!! Dan lo Moana, ini peringatan pertama dan terakhir dari gue. Kalau gue masih dengar rumor mengenai gue tentang ngebully lo lagi, jangan berharap lo bisa tenang! Enggak perlu jadi brengsek kalau lo mau jadi bahan perhatian" tegas Bell dingin.
Setelah mengatakan kalimat itu, ia dan teman-temannya kembali melanjutkan langkah mereka menuju kelas. Terkadang, jenis seperti Moana ini harus di keraskan untuk sadar diri.
Bell bukan manusia sempurna yang punya tingkat kesabaran yang tinggi. Jadi jelas tindakan Moana seenaknya seperti itu harus diperingatkan. Bell wujudnya aja manusia. Tapi dalamnnya adalah mimpi buruk yang seharusnya tidak boleh dibangunkan oleh siapapun. Sifatnya yang sebelas duabelas dengan mamamnya jika menyangkut kemarahan. Jika sampai sifat itu keluar, Bell tidak akan segan-segannya menghancurkan keseluruhan hidup orang itu hingga tidak besisa dan hanya bisa berharap untuk hilang secepatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pelampiasan Badung
Novela JuvenilBell menatap pemandangan di depannya dengan kesal. Sebagai perempuan, Bell sangat mengakui bahwa si anak baru itu memang cantik. Hanya saja, ia tidak tahu ternyata seluruh cowok-cowok tampan sumber moodnya, membenci dirinya tanpa sebab secara teran...