"Noona?" Minhyuk mengenal betul pemilik tubuh tinggi semampai itu. Andai masih miliknya, rasanya sangat ingin ia menggapainya. Noona yang kerepotan membawa beberapa barang belanjaan menengok.
Lelaki tampan bernama minhyuk itu berdiri memegangi sebuah keranjang berisi beberapa roll tissue toilet. Ia mengenakan hoodie berwarna abu dengan tulisan Supreme yang besar.
"Minhyukah" Noona tersenyum.
Mereka bersama berjalan ke kasir untuk membayar belanjaan masing-masing.
"Tak lengkap kalau pulang sebelum makan malam. Peniel menjemputmu?" Tanya Minhyuk.
"Malam ini dia harus kembali ke perusahaan untuk menandatangi beberapa berkas. Kau tau dia harus mengejar bukan?" Katanya tersenyum.
"Kalau begitu temani aku makan malam. Aku memaksa" Minhyuk membuka pintu bagasi mobilnya dan memasukkan semua barang belanjaan Noona kesana.
"Baiklah, kuhubungi Penielku nanti" Mereka berlalu menuju sebuah restoran cepat saji di tempat lain.
Dalam perjalanan Noona dan Minhyuk mengobrol biasa mebahas hal-hal umum. Minhyuk tetap fokus dan mengendarai mobilnya dengan tenang sampai seseorang terlihat berlari hampir menerjang mobilnya.
"Oh SHIT!!" Minhyuk membanting setir dan menginjak pedal rem. Mobil berdecit dan berhenti. Untung saja jalanan sedang kosong. Noona turun dari mobilnya menghampiri seorang perempuan berkebangsaan asing yang hampir tertabrak itu. Kelihatannya perempuan itu terjatuh. Ia bangkit membersihkan diri hendak pergi.
"ARE YOU NUTS?!" nada suara Noona meninggi. Tapi perempuan muda itu hanya menatapnya.
"Sorry" sambil berlalu. Noona menatap punggung perempuan itu dengan kesal dan kembali ke mobil Minhyuk.
Noona melihat Minhyuk gemetar dan menunduk. Anxiety, gangguan kecemasannya datang lagi. Nafasnya terdengar berat dan giginya beradu.
"Minhyukah?" Noona memegangi pundak Minhyuk "gwenchana?" Minhyuk menatapnya. Terlihat panik dan tak bisa berkata-kata. Tangannya masih ada di kemudi. Minhyuk bergeming menepikan mobilnya dan kembali diam.
Tak ada yang bisa Noona lakukan. Dulu jika hal seperti ini terjadi, biasanya Noona akan memeluknya dan menenangkannya seperti menenangkan rengekan anak kecil. Kali ini tidak bisa. Minhyuk bisa salah paham. Jadi ia membiarkan Minhyuk berdiam diri sampai tenang.
Tangan Minhyuk masih gemetar. Noona menarik lengan itu dan menggenggamnya dengan lembut sambil mengusapnya. Dada Minhyuk bergemuruh. Ia bisa saja salah paham, walau ia tau Noona hanya berbaik hati menenangkannya.
"Look at me" katanya, Minhyuk menatap mata coklat keabuan itu "gwenchana" kata Noona sambil tersenyum. Minyuk menutup matanya dan mengatur pernapasannya dengan baik sampai tenang.
"Gomawo" katanya melepaskan tangannya dari Noona.
"Haruskah kita pulang saja? Lebih baik kau istirahat" kata Noona. Minhyuk menggeleng.
"Aku mau makan sebelum pulang" katanya menatap Noona.
"Okay, ayo" Mereka berlalu lagi, menuju restoran tujuan mereka, sekali lagi.
***
Mereka duduk berhadapan di sebuah restoran yang menyajikan ayam goreng beraroma bawang putih dan madu. Minhyuk menatap wanita di hadapannya penuh cinta.
"Rasanya senang bisa kembali ke korea" kata Noona menghirup dalam-dalam udara di sekitarnya.
Mereka duduk di ruangan terbuka sambil melihat lalu lalang orang yang melintas.
"Aku senang bisa melihatmu kembali, Noona. Kau tampak bahagia" Kata Minhyuk. Seorang pelayan menyajikan seporsi ayam goreng berikut dengan dua piring bersih dan beberapa macam saus. Tak lupa cola dingin dan dua buah gelas.
"Aku merindukan Yook Sungjae tiap kali makan ayam" kata Noona memberikan beberapa potong ayam ke piring Minhyuk.
Tak banyak yang mereka bicarakan, hanya menikmati potongan ayam goreng kering dan cola sambil bercanda tentang masa lalu.
"Kau tak berubah" kata Noona tiba-tiba. Minhyuk bingung. Noona mengambil tissue dan mengelap sisa saus yang menempel di ujung bibir Minhyuk. Minhyuk diam saja menatapnya.
"Gomawo" katanya pelan. Mereka berpandangan.
"Kau harus seger punya pacar. Kau tampan" kata Noona sambil tersenyum. Mereka menghabiskan sisa ayam dan Minhyuk mengantar Noona pulang.
***
"PENIEL!!" Peniel menoleh ke sumber suara yang memanggilnya cukup kencang
"Kau?"
YOU ARE READING
NOONA 2 ✅
Fanfiction"Kenapa berkeras membiarkanku bahagia kalau akhirnya kau hancur, Lee Minhyuk?. Kau pikir aku senang melihatmu begini?" Peniel membuang muka. Minhyuk masih memegangi kerah baju lelaki kekar berkepala plontos di depannya. "Aku mempercayaimu, brengsek...