WANITA SIMPANAN

43 6 10
                                    

Minhyuk menemui Eunkwang yang sedang termenung di ruangannya.

"Tumben sekali kemari" kata Eunkwang. Minhyuk diam saja, ia duduk di sofa ruang kantor Eunkwang.

"Aku mau menanyakan sesuatu" kata Minhyuk. Sungjae Hyunsik dan Peniel menyusul masuk.

"Haruskah aku keluar ruangan?" Tanya Sohee yang ada di ruangan itu juga.

"Tetaplah disitu" kata Hyunsik.

"Hyung, kau mengencaninya?" Tanya Sungjae pada Eunkwang sambil melirik tajam Sohee.

"A .. ada apa ini?" Eunkwang tergagap.

"Issue itu menyebar cepat ke seisi perusahaan. Mereka bilang kau mengencani Sohee. Eunkwang, kau punya Yuri. Kau gila?" Cecar Minhyuk.

Hari itu mereka kaget karena mendapat pesan berantai yang bilang kalau Eunkwang mengencani sekretarisnya, Sohee. Minhyuk sakit kepala karena benerapa atasan ikut mengintrogasinya.

Pintu ruangan diketuk. Yuri menyembul tersenyum dari balik pintu bersama Changsub. Changsub mendorong kursi roda Yuri dengan bersemangat.

"Kenapa kau membawanya kesini?" Bentak Eunkwang. Minhyuk menatap Eunkwang tajam dan menggelengkan kepala. Yuri marah.

"Aku bosan, tapi ternyata kita tak diinginkan disini, ayo Changsub oppa, bawa aku keluar dari sini" mata Yuri berkaca-kaca. Eunkwang menghela nafas barat. Ia menyusulnya. Mereka semua menyusulnya.

"Yuri ...."

Pertengkaran dan konfirmasi dari Eunkwang diluar ruangannya berhasil meredam konflik dan kabar burung yang beredar. Sohee kembali ke ruang kerjanya pasti dengan perasaan tak enak.

Dari kejauhan Minhyuk melihat Noona menghampirinya.

"Bahkan aku dapat berita itu" kata Noona mengangkat ponselnya. Ia menatap Sohee "Sohee ya? Kau tak kenapa-kenapa?". Minhyuk menatap perempuan itu kasihan. Sohee hanya menunduk dan tersenyum tipis.

"Tumben sekali, terakhir kali kau kemari masih jadi kekasihku" Minhyuk terkekeh.

"Aku mencarinya"

"Siapa? Peniel? Tadi ia ada disini" kata Minhyuk mengelilingkan pandangannya lalu melihat adik-adiknya ada di ruangan Eunkwang.

"Kau benar-benar sesibuk itu peuni?" Kata Noona menghampiri pria plontos itu dan memeluknya dengan hangat.

"Aaaaah, aku sangat ingin membunuh mereka berdua" kata Minhyuk. Sungjae dan Hyunsik terbahak.

"Aku kesal karena ia sibuk sampai tak punya waktu untukku" kata Noona merengut.

"Sibuk? Memangnya kau sibuk apa?" Tanya Sungjae. Minhyuk mendelik tajam pada Peniel.

"Eeeeeu itu ..." Peniel tergagap.

"Ini dia biang keladinya" Noona memotong ucapan Peniel ketika melihat Eunkwang masuk ruangan.

"Hooo lihat wanita cantik ini ada diruanganku" Eunkwang memeluk singkat Noona "ada apa ini?"

"Harusnya aku yang bertanya" Noona menyipitkan matanya.

"Aaaah, itu hanya salah paham. Perempuanku mudah marah akhir-akhir ini" kata Eunkwang menatap adik-adiknya.

"Kwangie, kenapa kau begitu keras pada Penielku? Kau jahat sekali"

"Keras? Apa maksudmu?" Eunkwang bingung.

"Persiapan comeback" kata Peniel.

"Aaaah itu, comeback kita semakin dekat, Noona. Peniel harus fokus karena ini comebacknya pasca hiatus. Ia harus menghasilkan banyak uang" kata Eunkwang.

"Syukurlah kalau begitu. Aku hampir gila karena dia tak pernah ada dirumah akhir-akhir ini"

"Mungkin dia punya simpanan" celetuk Sungjae.

"Yaaaa!!!" Bentak Peniel.

"Galak sekali, aku kan hanya bercanda"

Minhyuk diam dan memperhatikan, air wajah Eunkwang berubah, tak disangka Penielpun sama. Apakah ada yang mereka sembunyikan?.

"Aku akan membunuhnya kalau dia ketahuan punya wanita lain" kata Minhyuk "aku sudah merelakan bunga mawarku untuknya, awas saja kalau dia berani macam-macam" ia bangkit berdiri dan berlalu meninggalkan ruangan.

Peniel menatap Noona dengan hangat.

"Ayo kita pulang, aku ingin makan Pizza" Peniel memeluk wanita itu dari belakang. Eunkwang tersenyum saja. Sungjae dan Hyunsik menatapnya sebal.

***

"Kau cantik sekali malam ini" Peniel menatap wanita yang sedang mengoleskan lotion ke tubuhnya dengan hati-hati.

"Percuma saja cantik, kalau tak dicintai" Noona merengut.

"Kenapa bicara begitu? Aku mencintaimu"

Noona bangkit menyalakan lilin aroma lavender yang sejuk dan menghampiri Peniel. Lelaki itu meyambutnya. Ia dengan segera menciumi bibir dan leher Noona dengan penuh gairah sampai mereka berdua tersengal. Lengan Peniel menyusup entah kemana, lingerie Noona tak lagi beraturan bentuknya.

"Kau tak meniduri wanita lain kan?" Tanya Noona. Peniel diam dan menatap dalam wanitanya itu.

"Tidak" katanya mantap sambil menggeleng. Noona melingkarkan lengannya di leher Peniel dan mereka menghabiskan malam beraroma lavender itu dengan manis seperti biasa.

Ada perasaan rindu yang teramat sangat pada Noona di relung hatinya, entah kenapa.

***

NOONA 2 ✅Where stories live. Discover now