"You?" Minhyuk bertemu Rose yang sedang termenung di balkon kamarnya. Rose harus mempelajari bahasa Korea selama setahun untuk bisa kembali bersekolah umum. Untuk saat ini ia hanya harus menunggu ayahnya mencari guru privat resmi.
Rose berdiri menopang tubuhnya setengah menunduk pada pagar. Minhyuk baru saja pulang sekolah dan bicara menggunakan bahasa Inggris seadanya yang ia pelajari di sekolah.
"Lets be friend" katanya menyodorkan sebatang permen dalgona yang dibelinya di kantin sekolah. Rose menatapnya dalam diam kemudian masuk ke kamarnya. Minhyuk memasang tampang kecewa dan memasukkan kembali dalgonanya ke kantong baju. Bukan tanpa alasan ia ingin menjadi teman Rose. Setiap pagi ia melihat anak perempuan itu mengantar ayahnya berangkat kerja. Ia tak tau mereka punya asisten rumah tangga atau tidak, tapi Rose selalu duduk termenung menatap langit dari balkon kamarnya setiap kali Minhyuk melintas pulang sekolah.
Minhyuk beranjak hendak masuk ke rumah ketika Rose memanggilnya.
"Hei!!" Katanya. Minhyuk terkejut dan berbalik ke sumber suara. Rose mendekatinya "berikan padaku?" Katanya dalam bahasa inggris ringan. Butuh beberapa waktu bagi Minhyuk untuk mencerna kalimat Rose sampai ia mengerti.
"Aaaaah, itu" katanya mengambil dalgona yang ia masukan kembali ke kantong baju tadi. Ia menyerahkannya pada Rose. Rose menerimanya dan memutar-putar gagang dalgonanya.
"Ini coklat?" Tanyanya. Minhyuk kembali agak diam, bahasa Inggris agaknya sulit.
"No, it candy, candy" katanya.
"Aaah, candy!" Wajah Rose sumringan dan membuka bungkusan dalgona yang diberikan minhyuk dan memakannya "mmmm, this is sweet" katanya senang.
"Yeopo" kata Minhyuk pelan. Rose yang tak mengerti menatapnya "aniya aniya" kata Minhyuk, Rose tambah tak mengerti.
"Namamu Lee kan?" Tanya Rose. Mereka memutuskan untuk duduk di sebuah bangku taman di depan rumah Minhyuk.
"Lee itu nama keluargaku, namaku Lee Minhyuk" katanya terbata
"Lee what? Maaf aku benar-benar sulit melafalkannya" kata Rose. Minhyuk benar-benar berusaha keras mencerna apa yang dikatakan Rose. Untungnya ia mengerti.
"Minyok, kamu bisa memanggilku begitu atau apapun sesukamu" kata Minhyuk. Ia paham Rose kesulitan.
"Kapan kau lahir? Sepertinya kita seumuran" tanya Rose lagi
"Tahun 1990, katanya. Bagaimana denganmu?"
"Aku? Aku tahun 1989" kata Rose tersenyum. Minhyuk menatapnya.
"Dalam budaya kami, tidak boleh menyebut nama kepada orang yang lebih tua sebagai sopan santun" Rose agak bingung dengan aksen bahasa Inggris Minhyuk tapi ia memahaminya.
"Jadi kau harus memanggilku apa?, apakah oppa?" Tanyanya. Minhyuk terbahak dan menggeleng.
"Noona" ia menatap Rose "Rose Noona". Rose senang mendengarnya.
"Jadi mulai sekarang panggilah aku Noona" katanya. Minhyuk mengangguk dan mengakhiri obrolan mereka disana. Ia masuk ke dalam rumah.
***
Malam itu seperti biasa, Minhyuk dan keluarganya makan malam bersama.
"Aku dengar mereka belum dapat guru bahasa, kenapa tak appa coba saja, lagipula kasihan sekali anak itu, asisten rumah tangganya masih baru dan tak menginap, jadi kalau ayahnya belum pulang, ia sendirian dirumah" kata Eomma antusias. Minhyuk tak banyak bicara.
"Temanilah dia kalau kau sedang dirumah, Jung Min. Bahasa Inggrismu bagus kan?" Kata Appa
"Minhyuk berbahasa inggris lebih baik, lagipula appa tau sebentar lagi ujian semester. Aku tak punya banyak waktu dirumah" Jungmin menghindari appanya. Appa mendengus.
"Baiklah, nanti appa akan bicara pada ayahnya" kata Appa lagi. Semua makan dengan hidmat.
Setelah makan Minhyuk naik ke kamarnya dan mengintip lewat jendela. Rumah Rose gelap. Ayahnya belum pulang kerja. Hanya sebuah ruangan yang merupakan kamar Rose yang lampunya menyala.
"Kemana ibunya?" Kata Jungmin tiba-tiba. Minhyuk mengangkat bahu. Ia baru sekali bicara pada Noona barunya itu.
Mereka beranjak.
***
Minhyuk menepikan mobilnya di depan rumah Noona. Peniel belum kembali, rumah Noona gelap gulita.
"Akan kubantu mengangkat barang-barangmu" katanya turun dari mobil. Noona tak keberatan. Minhyuk membawa beberapa dan meletakannya di teras rumah.
"Terima kasih, Minhyuk. Mau masuk dulu?" Tanya Noona.
"Aah, terima kasih Noona. Aku mau kerumah Eunkwang, mengajaknya minum" kata Minhyuk menolak halus. Kemudian ia undur diri dan berlalu.
***
"Aku bertemu noona" kata Minhyuk di kediaman Eunkwang malam itu.
"Tidak lagi minhyuk, aku tak mau kalian bertengkar karena wanita" Eunkwang menatapnya tajam.
"Aaaah tak ada yang mendukungku sekarang. Ayo temani aku minum?"
"Kemana changsub?"
"Dia punya masalah lebih rumit"
Mereka bergegas mencari udara segar dan minuman keras.
(Cerita Minhyuk menemui Eunkwang bisa teman2 baca di Dear My Ahjussi 2 chapter pertama)
YOU ARE READING
NOONA 2 ✅
Fanfiction"Kenapa berkeras membiarkanku bahagia kalau akhirnya kau hancur, Lee Minhyuk?. Kau pikir aku senang melihatmu begini?" Peniel membuang muka. Minhyuk masih memegangi kerah baju lelaki kekar berkepala plontos di depannya. "Aku mempercayaimu, brengsek...