Peniel menatap Noona yang sedang mencuci piring lekat-lekat.
"Kenapa menatapku begitu?" Tanya Noona tersipu. Peniel mendekatinya dan memeluk tubuh wanita itu dengan erat.
"Perusahaan memberikanku tempat tinggal lagi. Lokasinya lebih dekat dengan kantor" kata Peniel. Noona berhenti. Ia menatap Peniel dengan tajam. "Aku mungkin akan memindahkan beberapa barangku kesana agar bisa bermalam jika latihan berakhir terlalu larut".
"Kau akan tinggal disana?" Tanya Noona. Peniel memeluknya semakin erat sambil mengecup bahu Noona.
"Tidak, kecuali terpaksa" kata Peniel. Noona mematikan keran air dan menarik lengan Peniel. Mengajaknya duduk.
"Aku bertemu Minhyuk sore ini" kata Noona. Peniel mendengarkannya dengan antusias "ia membantuku mengangkat beberapa barang dan mengantarku pulang. Kami sempat makan ayam goreng dulu tadi". Peniel hanya tersenyum. Ia tak lagi punya perasaan cemburu pada Hyungnya itu sejak mereka bertemu di Paris. Walau selalu terselip ketakutan Noona akan kembali padanya.
Ia mendekati Noona dan mengecup keningnya.
"Aku senang kalian berdua baik-baik saja dan kau tetap milikku" kata Peniel. Noona memeluknya dengan erat dan mereka menghabiskan malam mereka dengan hangat seperti biasa.
***
"Noona" Minhyuk memanggil Rose yang terlihat berjalan tergesa. Rose berhenti, berbalik ke sumber suara.
"Ah, Lee .." katanya sumringah.
"Sedang apa?" Tanya Minhyuk memperhatikan bungkusan yang dibawa Rose.
"Hamburger" katanya singkat "aku harus makan siang. Asistenku tak bisa memasak" katanya melanjutkan.
Minhyuk menatapnya.
"Ayo ikut ke rumahku" ia menarik lengan Rose.
Rose masuk ke rumah Minhyuk dan memperhatikan sekeliling. Banyak foto tergantung dalam figura. Foto-foto Minhyuk dan Jungmin sewaktu kecil.
"Waaaah, kau tampan" gumam Rose. Minhyuk tersenyum simpul. Wajahnya memerah.
Eomma Minhyuk keluar dari ruangan.
"Ada seorang gadis di rumahku?" Kata Eomma dengan senyum merekah.
"Hai bibi" kata Rose santai. Minhyuk menepuk punggung lengan Rose dan meminta Rose mengikuti gerakannya. Minhyuk menundukan wajah dam tubuhnya.
"Anyeongaseo" Minhyuk berkedip pada Rose dan memintanya melakukan hal yang sama. Eomma tersenyum. Rose mengikutinya.
"A - anye - o - aseo" katanya terbata. Eomma mengelus pundaknya dan tersenyum ramah.
"Itu sopan santun kepada orang tua di korea" kata Minhyuk. Rose mengangguk mengerti. "Eomma, apa Noona boleh makan siang disini bersama kita? Setiap hari ia membeli hamburger. Ia harus makan nasi, bukan?" Kata Minhyuk pada Eommanya. Eomma setuju. Minhyuk mengajak Rose ke ruang makan.
Eomma menyiapkan beberapa makanan dan peralatan makan yang biasa mereka gunakan termasuk sumpit. Rose mengikuti cara Minhyuk memegangnya. Mereka mulai makan.
"Selamat makan" kata Minhyuk dan Eomma
"Selamat makan" kata Eomma. Rose tak mengerti tapi ia berusaha menyesuaikan. Ia kesulitan menyumpit makanan dengan sumpitnya karena selama ini ia tak pernah makan menggunakan sumpit. Eomma melihatnya kebingungan. Ia menyumpitkan sedikit kimchi dan meletakannya di mangkuk nasi Rose.
"Namamya kimchi, ini makanan khas korea. Harus selalu ada setiap kali makan. Kau akan terbiasa memakan ini" kata Eomma. Sejujurnya Rose tak mengerti apa yang Eomma katakan, tapi ia melihat kelembutan seorang ibu yang sudah lama tak dirasakannya. Minhyuk mengambilkannya sendok agar Rose mudah menyendok makanannya.
Sejak saat itu Rose sering berkunjung ke rumah Minhyuk. Bukan hanya karena Rose menyukai masakan Eomma, tapi ia kesana untuk mempelajari bahasa Korea dari Appa Lee. Minhyuk bertemu dengannya hampir setiap hari. Terkadang walau tak ada jadwal belajarpun, Minhyuk akan senang hati mengajarinya kosakata sederhana.
Noona dan Minhyuk menjadi cepat akrab dan dekat sedekat kacang dan wortel.
***
"Kau menyukaiku?" Gadis itu berdiri dihadapannya. Ia menunduk. Gadis itu menangis. Ia memeluknya. Mengusap kepalanya dan membiarkannya menangis sampai terlelap dibawah langit malam yang dingin.
YOU ARE READING
NOONA 2 ✅
Fanfiction"Kenapa berkeras membiarkanku bahagia kalau akhirnya kau hancur, Lee Minhyuk?. Kau pikir aku senang melihatmu begini?" Peniel membuang muka. Minhyuk masih memegangi kerah baju lelaki kekar berkepala plontos di depannya. "Aku mempercayaimu, brengsek...