Rumah itu tak begitu tua untuk ukuran rumah pensiun. Minhyuk mendorong kopernya mengikuti ayah Noona dan Noona.
"Kau tidur disini" kata Ayah menunjuk kamar Noona.
"Dad, itu kamarku" Noona tersipu.
"Lalu kenapa? Aku tak akan mendengarkan apa-apa" Minhyuk ikut tersipu
"Daddy ..." Noona melotot tajam
"Ayahmu ini pernah muda, Rose. Lagipula kalian sudah sering melakukannya bukan?" Ayah berlalu sambil tersenyum-senyum gemas. Minhyuk menarik wanita itu dan menyudutkannya di tempat tidur.
"Kali ini aku tak mau tidur sembarangan lagi. Aku harus memastikan calon istriku kembali ke pelukanku terlebih dahulu" Kata Minhyuk dengan posisi di atas tubuh Noona. Noona tersenyum. Minhyuk mengecupnya "kembali padaku, ya?" Katanya memastikan dengan serius.
"Jika sudah begini, bukankah aku tak bisa menolaknya?" Kata Noona. Minhyuk menciumi wanita itu dengan manis "mandilah, dan turun untuk makan malam. Akan kusiapkan makan malam terlebih dahulu".
Hari itu, di Australia, Rose Emerald, Noonanya kembali jadi bunga mawar kecintaan Minhyuk. Setelah begitu panjangnya drama percintaan yang mereka harus lalui, tubuh tinggi semampai, rambut coklat, mata abu kecoklatan itu kembali jadi calon nyonya Lee Minhyuk satu-satunya.
Kembali menjadi Wortel dan kacang yang saling mencintai dalam semangkuk sup yang manis. Minhyuk dan Noona kembali dimabuk cinta, menjalin lagi tali kasih yang sempat putus dan tergantikan itu.
***
Hari itu Peniel datang pada Eunkwang. Hari sebelum ia kembali ke Amerika.
"Aku akan berlari ke arahnya Hyung" kata Peniel
"Noona?" Tanya Eunkwang. Peniel menggeleng. Eunkwang menghela nafas dan menatapnya "sudah kuduga, pergilah"
Peniel memutuskan untuk pulang ke Amerika dan mencari Jesselyn. Ya, Jesselyn. Benar ia mencintai Noona, perasaan itu pasti. Tapi hatinya lebih memilih Jesselyn karena sebuah banyak alasan.
Peniel terbang ke Newyork dan tak menemukan Jesselyn dimana. Ia pun kembali ke Chicago.
Pagi itu Jesselyn berjalan santai disekitar taman, hidupnya membaik. Ia kembali bekerjadi di sebuah toko mainan anak-anak sebagai kasir. Hari ini ia libur.
"Pennie? Sedang apa kau disini?" Jesselyn melihat Pennie, Anjing milik Peniel berlari ke arahnya "anjing yang manis, kemari, beri aku pelukan" kata Jesselyn tersenyum cerah "tapi bagaimana kau bisa kemari? Bagaimana jika tersesat?" Katanya menatap anjing gemas itu sambil mengusap lehernya. Seseorang berdiri di hadapannya. Jesselyn menengadahkan wajahnya. Peniel disana. Shin Donggeun. Peniel.
"Hai, Jesselyn" katanya dengan mata berair "sudah kubilang aku akan menemuimu, kan?" Jesselyn terdiam.
Peniel, lelaki yang ia rindukan itu ada di hadapannya.
"Kau ..."
"Kau tau seseorang bisa saja jadi pelangi yang indah, tapi aku selalu takut ia buru-buru menghilang. Maka aku memilih untuk menemukan cahaya baru yang bisa menyinariku setiap waktu" Peniel tak pernah pandai berkata-kata, tapi hari ini, untuk pertama kalinya ia mampu mengucapkan kalimat semacam itu untuk Jesselyn. Jesselyn memeluknya. Peniel menyambutnya "I Love You, J".
"I Love you too, Peniel"
Hari itu, Peniel memilihnya, memilih Jesselyn yang ia temukan hampir mati ditangan ayah tirinya sendiri. Memilih cahaya baru. Cahaya yang tak perlu ia takutkan untuk menghilang lagi dari pandangannya.
"Kembalilah ke Newyork, bersekolah lagi akan lebih baik" kata Peniel suatu malam "Yuri dan Eunkwang disana, haruskah kita kesana?"
"Darimana aku dapat uang untuk bersekolah lagi?" Jesselyn memeluk tubuh tanpa busana itu dengan erat.
"Aku PENIEL, Jesselyn. BTOB Peniel" kata Peniel dengan Ekspresi lucu.
"Ah menggemaskan" Jesselyn mengecup pipi gemas itu dan terlelap di pelukan Peniel.
TAMAT
YOU ARE READING
NOONA 2 ✅
Hayran Kurgu"Kenapa berkeras membiarkanku bahagia kalau akhirnya kau hancur, Lee Minhyuk?. Kau pikir aku senang melihatmu begini?" Peniel membuang muka. Minhyuk masih memegangi kerah baju lelaki kekar berkepala plontos di depannya. "Aku mempercayaimu, brengsek...