2. 30 AM
Joanna sedang menatap Teress yang tengah mabuk-mabukan. Bersama teman-teman yang lainnya. Hingga membuat keadaan apartemen Teressa tampak seperti kapal pecah sekarang. Karena si pemilik acara memang menginginkan acara bridal shower di apartemen saja. Sebab, calon suaminya melarang jika dirinya keluar apartemen sejak seminggu sebelum acara pernikahan dilangsungkan.
"Aku ke kamar mandi sebentar!"
Seru Joanna sembari berjalan sempoyongan, karena dia juga ikut meneguk alkohol seperti teman-temannya. Namun tidak begitu bayank, karena toleransinya terhadap alkohol memang sangat rendah jika dibandingkan dengan teman-temannya.
"Halo? Jeffrey, kenapa? Sudah kukatakan kalau aku sedang---"
Kamu mabuk? Aku tidak bisa tidur, aku sedang dalam perjalanan ke apartemenmu. Kamu di mana sekarang? Aku jemput.
"Di apartemen Teressa, aku berniat menginap. Bersama yang lain juga, kamu tidak perlu datang. Dah!"
Setelah mematikan ponselnya, Joanna langsung duduk di dalam bath up Teressa yang tentu saja masih kering sekarang. Membuatnya langsung terlelap dan tidak lagi sadar akan apa yang sedang terjadi selanjutnya.
8. 50 AM
Joanna baru saja membuka mata, pemandangan pertama yang dilihat adalah televisi di kamarnya. Serta memo kecil yang tertempel di kaca riasnya.
Sudah kubuatkan sarapan di meja makan, segera makan sebelum kembali rebahan. With love, your Jay!
Joanna terkekeh pelan, lalu menuruni ranjang dan memasuki kamar mandi kamar. Guna buang air kecil dan menggosok gigi sebelum sarapan. Karena Jeffrey pasti telah menyiapkan sarapan yang lezat untuknya. Sebab, Jeffrey mamang jauh lebih pandai memasak daripada dirinya.
Setelah menyantap sarapan nasi goreng ayam yang Jeffrey buat, Joanna langsung menduduki sofa. Kemudian mendial nomor si pacar yang telah membuatkan sarapan super enak untuknya. Sekaligus susu coklat yang masih hangat, pertanda dia baru saja berangkat kerja.
"Halo, terima kasih sarapannya. Aku sangat suka, kamu sibuk hari ini? Makan siang nanti, kita makan di luar, ya?"
Kenapa tidak masak sendiri? Ah, karena masakanmu tidak enak, ya? Kasihan sekali kakakku karena memiliki pacar sepertimu. Manja, suka mengadu dan tidak bisa memasak apapun!
"Meta?"
Iya, ini aku. Kenapa? Terkejut, ya? Kak Jeffrey sedang di kamar mandi. Jangan besar kepala! Hubunganmu dengan kakakku masih dangkal! Kalian masih bisa dipisahakan. Jujur saja, aku memang tidak suka padamu. Kau miskin dan tidak cukup cantik di mataku! Kau tidak cocok dengan kakakku! Tapi mau bagaimana lagi, dia sudah dibutakan oleh cinta padamu. Mau sekerasa apapun aku mengatakan keburukanmu, dia tetap akan bersamamu. Jadi, Joanna---lebih baik jauhi kakakku! Kau tidak pantas dengannya! Tidak punya kaca, hah!? Menjijikkan!
"Aku menjijikkan? Lalu apa kabar denganmu? Kau siapa? Hanya adik tiri, kan? Lalu, untuk apa aku menuruti ucapanmu? Kenapa? Mau marah? Jujur saja, sebenarnya kau iri, kan? Iri karena tidak bisa menemukan laki-laki seperti kakakmu! Atau, jangan-jangan---kau justru menyukainya? Kasihan! Aku juga tidak akan melepas Jeffrey selagi aku masih mampu! Hanya bocah ingusan sepertimu, mana mungkin bisa mempengaruhiku!
Joanna terkekeh pelan ketika sambungan telepon langsung dimatikan. Karena dia telah berhasil membuat Meta kesal. Meta, dia memang seumuran dengan Jeffrey, itu sebabnya mereka sering menyebut nama ketika memanggil. Itu pula yang menyebabkan Meta begitu kurang ajar pada Joanna karena merasa lebih tua dan ingin dihormati.