Ceklek...
Pintu terbuka, para tamu undangan langsung menoleh ke belakang. Pada Meta, si pengantin wanita yang sedang berjalan anggun bersama si kakak. Iya, Jeffrey datang dan saat ini sudah berada di samping Meta. Membawanya menuju altar dan membuat Jessica langsung menitihkan air mata.
Setelah pemberkatan usai, Jeffrey langsung berjalan munuju tempat duduk khusus tamu laki-laki. Bersama Johnny yang sedang merangkulnya haru saat ini.
"Good job!"
Jeffrey hanya mengendikkan bahu saat ini. Pandanganya juga mulai tertuju pada penjuru ballroom hotel ini guna mencari keberadaan wanita yang dicintai. Kalau-kalau Joanna diundang dan bersedia datang hari ini. Namun sayang, tidak ada Joanna di sini ini. Membuat Jeffrey kembali menatap mempelai sepasang mempelai yang tampak bahagia hari ini.
Bohong namanya kalau Jeffrey tidak penasaran akan Joanna. Akan kebenaran tentang Joanna yang sudah menikah dan memiliki anak seperti apa yang telah Meta katakan sebelumnya. Atau, justru itu hanya omong kosong belaka untuk menggertak dirinya.
Tok... Tok... Tok...
Jeffrey mengetuk rumah sederhana yang terletak di salah satu perumahan penuh tanaman hijau di Jakarta. Di mana kata Johnny, itu adalah tempat Joanna tinggal sekarang. Bersama Liana dan mungkin juga bersama anak dan suaminya.
Ceklek...
Pintu rumah terbuka, menampilkan Joanna yang sedang memakai pakaian rumah dan rambut disanggul asal karena dia sedang sibuk memasak dalam porsi besar.
"Mama! Paketan Malvin, ya?"
Jeffrey dan Joanna yang awalnya saling pandang, kini langsung tersadar. Pintu rumah juga sudah terbuka lebar hingga membuat Jeffrey dapat melihat jelas keadaan di dalam rumah Joanna yang cukup berantakan karena penuh mainan anak yang berceceran.
"Oh, bukan. Om teman Mama, ya?"
Jeffrey langsung menegang, kedua tangannya mengepal di saku coat yang dikenakan. Rahangnya juga mengeras dan air matanya sudah menggenang di pelupuk mata. Karena masih belum rela jika Joanna menjadi istri laki-laki lain selain dirinya.
"Iya, dia teman Mama. Malvin masuk, ya? Mama mau berbicara dengan Om ini sebentar."
Malvin, anak laki-laki berusia sekitar empat-lima tahun ini tampak mengangguk singkat. Lalu kembali memasuki rumah setelah pintu ditutup Joanna dari luar. Membuat Jeffrey refleks mundur satu langkah karena takut Joanna merasa kurang nyaman karena tidak memiliki ruang.
"Ada apa? Dia bukan anakmu! Aku sudah menikah lima tahun yang lalu!"
Jeffrey tersenyum singkat, lalu menatap Joanna yang kini tampak seperti ibu rumah tangga sungguhan karena saat ini masih memakai apron di depan tubuhnya.
"Siapa? Siapa suamimu?"
"Orang biasa, bukan orang kaya sepertimu. Langsung saja, apa tujuanmu datang? Aku sangat sibuk sekarang!"
"Tidak ada, aku hanya ingin melihatmu saja. Aku akan pulang sekarang."
Sebelum Jeffrey pulang, tiba-tiba saja Liana datang. Dia datang diantar oleh taksi online dan membawa banyak belanjaan. Karena sejak pindah di perumahan pada tiga bulan sebelumnya, Joanna mulai membuka usaha catering kecil-kecilan di rumah. Pelanggannya, tentu saja hanya tetangga terdekat ketika sedang ada acara arisan dan yang lainnya. Karena seluruh harta Joanna dan Liana sudah habis untuk pengobatan Malvin yang memang sedang mengidap sakit parah.
"Jeffrey, mau ke mana? Ayo masuk!"
Jeffrey menegang di tempat ketika Liana berkata demikian, membuatnya melirik Joanna yang kini mulai mengambil alih belanjaan ibunya.