10/10

669 127 38
                                    

10. 10 PM

Jeffrey baru saja tiba di Jawa Tengah, atau lebih tepatnya di kediaman orng tua Joanna bersama Johnny setelah mendapat kabar jika Rendy telah berpulang. Kabar itu bukan didapat dari Joanna, namun dari Selena yang merupakan salah satu teman baik Joanna di Jakarta yang memang berasal dari desa yang sama dengannya.

Setelah menuruni mobil, Jeffrey langsung melihat Joanna yang sedang duduk lesehan di ruang tamu bersama para tamu yang datang pada saat itu. Dengan pakaian serba putih dan tudung. Wajahnya juga bengak dan pandangannya sayu. Sama seperti Liana yang baru saja datang dari belakang dan dipapah seseorang berbaju biru.

"Jangan langsung ke sana! Banyak orang, tidak baik kalau kamu menginterupsi mereka. Kita duduk di sana saja, dengan tamu-tamu pria."

Bisik Johnny setelah melirik Jeffrey yang ingin mendekati Joanna. Sebab, dia benar-benar telah dibuat kalang kabut sejak fajar hingga petang. Bukan, bukan karena Joanna. Tetapi karena keluarganya yang terus saja bersikap jahat pada Joanna. Seolah lupa akan segala kebaikan si wanita hingga tega membuangnya seperti sekarang.

Iya, Jeffrey sudah tahu jika 5% saham keluarga Joanna di Extra Next sudah dicaikan. Itu juga yang membuatnya marah besar dan bahkan sempat bertengkar hebat kembali dengan ibunya.

Beberapa menit kemudian.

Johnny yang memang ramah dan mudah bergaul dengan berbagai kalangan, tentu saja dapat berbaur dengan mudah bersama orang-orang di sana. Namun tidak dengan Jeffrey yang sejak tadi hanya diam dan sesekali melirik Joanna yang tidak kunjung menyadari kehadirannya.

"Aku adik satu-satunya, kalau Joanna menikah, sudah jelas aku yang akan nikahkan!"

Jeffrey langsung menoleh pada sumber suara, pada pria paruh baya berambut panjang yang saat ini tengah memakai sarung kotak-kotak hitam dan kemeja putih tulang. Dia juga sedang merokok menggunkan tangan kanan, hingga Jeffrey dapat melihat jika salah satu jarinya ada yang hilang.

"Pasti lucu karena jari kananmu hilang satu."

Goda salah satu pria bertubuh tambun, membuat Adam selaku paman Joanna hanya tertawa pelan saat itu. Karena jari manis di tangan kanannya memang buntung karena terkena alat penggiling kayu.

Kini, Jeffrey sudah menatap Joanna kembali. Menatap Joanna yang kini sudah berdiri dan memapah ibunya memasuki salah satu bilik. Mungkin itu adalah kamar yang akan mereka gunakan untuk tidur malam ini.

3. 50 AM

Fajar hampir datang, namun Jeffrey dan Johnny tidak kunjung terlelap karena menunggu kapan Joanna keluar kamar dan menyapa mereka. Mengingat Jeffrey sudah cemas dan terus saja menggigit bibir bawah hingga berdarah.

"Itu, Jeff!"

Jeffrey langsung berdiri dari duduknya, lalu mendekati Joanna yang sedang memunguti sampah di depan rumah. Sendirian, karena semua orang masih terlelap di depan rumah dan di teras tetangga.

"Jo..."

Joanna langsung terperanjat dan menoleh ke belakang, menatap Jeffrey yang kini sudah berada di dekatnya. Dengan wajah pias dan bibir bawah yang berwarna keunguan. Seperti baru saja terkena bogeman.

"Kenapa kemari? Keluargamu tidak memberi tahu akan apa yang baru saja mereka katakan padaku dan keluargaku? Pergi! Hubungan kita sudah berakhir sejak kau membela adikmu kemarin!"

Air mata Jeffrey sudah menggenang di pelupuk mata, karena dia benar-benar mencintai Joanna dan enggan berpisah seperti apa yang baru saja dikatakan.

"Sayang, aku tidak mau berpisah. Aku mohon, jangan seperti ini. Aku mencintaimu, ingin menghabiskan sisa hidupku denganmu dan idak peduli jika orang tuaku menentang itu."

Jeffrey langsung merogoh saku celana, mengambil kotak bludru warna merah tua yang di dalamnya sudah terdapat cincin cantik dengan taburan berlian di setiap sisinya.

"Aku tidak mau! Simpan cincin itu untuk wanita lain! Aku tidak ingin berurusan denganmu apalagi keluargamu lagi! Pergi! Jangan sampai ibuku melihat kamu ada di sini! Karena ibuku pasti akan kembali sakit hati jika melihatmu datang kemari! Pergi! Jeffrey---jika kamu sungguh mencintaiku, kamu tidak akan membiarkanku disakiti sedalam ini. Jadi, tolong pergi! Menjauh dari hidupku mulai detik ini! Karena aku tidak mau terluka karena keluargamu lagi!"

Joanna mendorong Jeffrey, membuat Johnny langsung mendekat dan menarik Jeffrey. Sebab, beberapa orang sudah bangun karena mendengar keributan yang tercipta saat ini.

8. 10 AM

Jeffrey baru saja tiba di rumah dan langsung mengemasi barang-barangnya. Tentu saja Sandi dan Jessica melihat. Namun mereka diam saja sebab merasa bersalah setelah mendengar berita jika Rendy meninggal karena mengalami serangan jantung ketika dalam perjalanan untuk berobat.

"Jeffrey, sepertinya dia mau pergi dari rumah. Tidak mau kau cegah?"

Tanya Sandi pada Jessica yang kini menampilkan wajah cemas. Karena Jeffrey tidak pernah tinggal di luar rumah kecuali ketika kuliah di Amerika. Sebab Jessica tidak mengizinkan Jeffrey tinggal di apartemen sendirian meskipun sebenarnya mampu diwujudkan.

Bahkan ketika di Amerika, Jeffrey tinggal bersama teman Jessica dan Johnny yang sebelumnya telah dititipi Jessica untuk terus melaporkan akan apa yang selama ini si anak lakukan.

Begitu juga ketika di Jakarta, itu sebabnya Jessica tidak menentang ketika Jeffrey mendekati Joanna. Karena dia tidak ingin dicap sebagai ibu diktator karena selama ini telah terlalu banyak ikut campur di hidup anaknya.

Namun, tidak untuk sekarang. Karena Joanna tampak begitu tamak di matanya. Apalagi setelah Meta melaporkan banyak hal yang tidak-tidak dan membuat Jessica mulai mencabut restunya.

Tanpa pikir panjang, Jessica langsung mengikuti Jeffrey yang baru saja menyeret koper besar menuju teras. Berniat mencegahnya pergi dari rumah.

"Jeffrey! Berhenti! Mau ke mana kamu!? Ini rumahmu! Kamu tidak boleh pergi sebelum menikah dan---"

"Aku tidak akan menikah! Aku akan hidup sendiri! Aku juga tidak akan kerja di Extra Next lagi! Kunci mobil, kartu kredit dan seluruh fasilitas yang Mama beri juga sudah kutinggal di kamar! Silahkan ambil! Aku tidak butuh itu semua! Akan kubuktikan pada Mama kalau aku bisa bahagia meskipun tanpa harta!"

Jessica menatap Jeffrey dengan berkaca, kedua tangan yang sebelumnya telah digunakan untuk mencengkram jaket Jeffrey juga telah dilepas paksa. Membuat Jessica tidak lagi dapat membendung air mata dan menggeleng pelan sebab tidak ingin kembali ditinggal oleh orang yang dicinta.

Namun sayang, tekad Jeffrey sepertinya sudah bulat sekarang. Karena dia benar-benar sudah kecewa dengan orang tuanya. Terlebih ibunya, wanita yang telah melahirkannya. Sehingga dia berniat untuk pergi saja. Toh, sudah tidak ada lagi yang bisa diperjuangkan sekarang. Joanna, wanita yang dicinta---dia sudah tidak lagi mau dengannya karena orang tuanya begitu tega menyakitinya yang telah banyak berjasa sebelumnya.

Jeffrey jelas malu. Malu karena memiliki ibu serakah seperti Jessica, namun dia tidak bisa membenci apalagi menghukumnya. Sehingga Jeffrey memutuskan untuk pergi saja, agar Jessica bisa merenungkan kesalahan dan sadar kalau bisa.

Karena banyak yang harus dijelasin, jadi aku tambah dua chapter lagi.

Tbc...

VACATION [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang