Tamatin malem ini, yuk! 100 comments for next chapter!Jeffrey kembali menghampiri Meta yang masih menjerit ketakutan. Terlebih orang-orang di sana takut mendekat karena suara Meta memekik begitu kencang dan membuat mereka yang ingin membantu, kini justru mulai menjauh karena segan.
"SINGKIRKAN ULAR ITU! AAA! TAKUT!!!"
Jeffrey mengambil ranting yang ada di dekatnya. Lalu diarahkan pada kepala ular hingga si ular mulai melilitkan badan pada ranting yang masih dipegang. Membuat Meta menatap takjub sekaligus senang karena Jeffrey ternyata lebih peduli dengannya daripada Joanna.
Ya, Meta merasa memang seharunya dialah yang lebih dipedulikan. Bukan Joanna yang hanya orang baru di hidupnya. Jeffrey dan Meta, mereka bertemu untuk yang pertama kali ketika sama-sama usia lima tahun, bersekolah di TK dan SMA yang sama setiap tahun karena mereka lahir di tahun yang sama yaitu pada tahun 1997.
Keduanya sangat dekat, bahkan sangat dekat. Hingga Jeffrey kuliah di Amerika dan Meta di Jerman. Kemudian kembali berjumpa setelah Jeffrey memiliki pacar, tentu saja hal itu membuat Meta merasa tersisihkan. Karena selama ini, Jeffrey selalu ada untuknya. Tidak seperti sekarang yang terus saja menempel pada Joanna.
"Sudah! Jangan teriak-teriak!"
Pekik Jeffrey setelah meletakkan ranting berisi ular tadi pada semak-semak yang agak jauh dari kerumunan orang. Lalu membantu Meta berdiri sekarang. Memeriksa bagian tubuhnya apakah ada yang terluka lagi atau tidak. Karena sejak tadi, darah terus saja mengalir dari dahi Meta. Itu juga yang menyebabkan Jeffrey tidak tega dan kembali mendekati Meta sebelum memeriksa keadaan Joanna yang kini sudah dipapah Johnny mendekati mereka.
"Sayang, kamu tidak apa-apa?"
Joanna menggeleng pelan, namun Johnny masih terus saja menahan Joanna yang ingin melepaskan diri sekarang.
"Kita ke pusat bantuan saja. Ada di atas, kamu papah Meta dan aku yang memapah Joanna."
Jeffrey mengangguk singkat, lalu mengikuti Johnny yang kini membawa Joanna menuju tempat pusat bantuan. Karena di sana ada petugas keamanan yang memiliki peralatan medis sederhana guna mengobati luka mereka.
6. 30 PM
Jeffrey sedang mengemudi dalam diam. Karena sejak tadi perasaannya gundah sebab Joanna terlihat kecewa padanya. Memang tidak dikatakan, namun dia bisa merasakan. Dari tatapan mata dan gesture tubuh Joanna yang terus saja menolak ketika dia berniat menyentuhnya.
Bahkan, Joanna menolak duduk di depan dengan dalih bahunya masih sakit karena menghantam batu besar. Sehingga kini Johnny yang berada di depan dan membaca maps untuknya. Sedangkan Meta, tentu saja dia sudah duduk di belakang bersama Joanna. Dengan dahi yang sudah diperban karena luka yang didapat cukup dalam juga.
"Lurus terus, setelah itu belok kanan. Di sana akan ada pom mini dan lurus saja."
Jeffrey mengangguk singkat, lalu melirik Joanna yang sedang memejamkan mata sembari melipat kedua tangan di depan dada. Sepertinya kedinginan karena AC masih dihidupkan. Sehingga Jeffrey berinisiatif untuk mematikan AC sekarang.
"Kenapa dimatikan? Panas!"
Pekik Meta sembari membuka jendela, karena dia memang merasa panas sekarang. Berbeda dengan Joanna yang merasa kedinginan karena hanya memakai celana panjang dan jaket saja. Berbeda dengan Meta yang sudah berpakaian lengkap dan ditambah selimut tebal milik Joanna.
"Kalau begitu berikan selimutmu pada Joanna, dia kedinginan!"
Joanna langsung membuka mata, menatap Jeffrey dari kaca yang berada di depan.