Arunika mencangklong tas di bahu kanan, tangannya terus membolak-balikkan catatan Bahasa Inggris milik Cika. Hari ini akan diadakan tes lisan.
Sebenarnya, Arunika bukan gadis yang bodoh. Dia memiliki kemampuan untuk belajar dan mempelajari pelajaran dengan baik. Hanya saja, karena malas, dia dianggap kurang dari teman yang lain.
Mencetak nilai 90 di setiap mata pelajaran itu tidak sulit baginya. Karena walau setiap hari kepalanya terkulai di atas meja, tetapi telinganya mendengar dan otaknya menyerap penyampaian guru dengan baik.
"Sorry."
Arunika melirik Airin malas. Karena masih pagi dan dia tidak mau berurusan dengan guru BK, Arunika memilih merunduk dan mengambil buku yang jatuh akibat bersenggolan dengan Airin.
Airin membantu memunguti kertas-kertas yang merupakan catatan penting lalu berdiri sambil mengulurkannya untuk Arunika.
"Sorry. Gue terlalu fokus sama novel yang gue baca."
Arunika merampas kertas miliknya dengan cepat. "Nggak peduli," katanya lalu berlalu dari sana.
"Arunika. Kata Nakula nanti ada razia. Lo harus hati-hati."
"Thanks bitch." Arunika langsung menapaki anak tangga menuju kelasnya.
Ucapan Arunika jelas membuat Airin jengkel. Beberapa orang di sana, yang mendengar desisan Arunika dibuat merinding. Arunika benar-benar seperti ranjau darat. Jika dipijak, maka akan meledak. Tidak peduli sengaja atau tidak sengaja.
Terus mengapalkan materi dan beberapa kata kunci, Arunika teringat jika sebentar lagi suara nyaring Cika akan terdengar. Lebih baik ia membelokan kakinya menuju gudang penyimpanan alat kebersihan. Tidak jauh, hanya melewati kelasnya dan uks.
Namun ketika tangannya siap memutar engsel pintu, suara langkah kaki membuat Arunika mengurungkan niatnya. Saat menoleh ke samping, benar saja. Sosok ketua osis tercinta berdiri tak jauh dari dirinya.
"Lo mau bolos?"
"Urusannya sama lo apa?"
"Nggak ada, sih."
"Terus?"
"Gue cuma mau ambil sapu."
Mata Arunika menyipit. Telinganya yang tajam sudah mendengar nyanyian Cika. Saat melongo ke bawah, benar saja, gadis itu berjalan menuju kelas. Dia belum siap mendengar ocehan sahabatnya karena kesulitan menghapal.
Arunika melirik Raden. "Apa liat-liat?"
Raden menggidikkan bahunya tak acuh. Dia terus menatap Arunika yang masuk ke dalam gudang dan memilih duduk di bangku yang sudah dimakan rayap.
"Gue pikir anak kayak lo nggak peduli sama nilai." Raden mengambil kemoceng dan sapu lidi.
Arunika hanya diam. Dia fokus menghapal.
"Gue bisa bahasa asing. Mau gue kasih tau cara ngehapal supaya cepat?"
Arunika membalik halaman buku catatan. Dia masih mendiami Raden.
Raden mendekati Arunika dan berdiri di depannya. "Hei."
"Berisik. Pintu keluar ada di sana," ucap Arunika sinis sembari menunjuk pintu.
Raden bisa melihat kilatan amarah yang tertahan di sana. Apa Arunika benar-benar sosok psikopat seperti yang tergambar di sebuah novel terjemahan? Mata sayunya yang terlihat muak itu justru lebih menyeramkan dibandingkan preman pasar minggu.
Berkedip, Raden mundur selangkah. "Jangan bolos."
"Lo bisa diem, kan?"
"Gue cuma kasih tau aja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Person
Teen Fiction-Defenisi jahat itu seperti apa?- ISINYA ORANG STRESS SEMUA! Arunika Selia tidak akan pernah meninggalkan kebiasaan buruknya. Merokok, membolos dan membanting tubuh siapa saja yang sok tahu tentang hidupnya. Hingga di hari Kamis pada bulan Septembe...