Guys, ini semua nggak baik untuk ditiru. Banyak adegan kekerasan dan tidak ada sopan santunnya. Jangan dicontoh, ya, pinter🥺
Selamat membaca✨
Arunika duduk di kursi makan dengan seragam sekolah dengan sepasang kantung mata yang semakin menghitam. Dia memilih menyendokkan nasi ke atas piring tanpa memerhatikan ibu dan saudari tirinya yang sibuk berbicara dengan papa.
Kalau ada yang bertanya bagaimana dan apa yang akan Arunika lakukan saat ini maka ia ingin sekali membunuh ketiganya saat ini juga.
"Mas. Obat Geovano habis tuh," ucap Ibu tirinya dengan wajah sok paling suci.
Arunika diam sembari mendengarkan.
Papa mengangguk. "Iya nanti ditebus," katanya lalu menatap Arunika, "Kamu dengar sendiri gimana pedulinya Mama sama Geovano?"
Selena menyahut, "Kita semua sayang sama Geovano, Pa. Aku seneng punya adek laki-laki."
Arunika mengeratkan pegangan pada sendok dan garpu. Ia masih berusaha untuk sabar.
Ibu tiri menghela napas lalu berucap pelan, "Tapi namanya Ibu tiri, gimana aja tetap salah, Mas. Aku sebenernya capek tinggal di rumah ini, pengen ngontrak karena ngerasa di penjara."
Kaki Arunika mulai gelisah ingin menendang ibu tirinya sampai tidak bisa berkata lagi. Kalau ada setan yang paling manipulatif, maka ada ibu tirinya di puncaknya. Mulutnya pintar sekali berdusta. Wajahnya saja yang cantik, tapi kelakuannya mirip Lucifer. Entah pun Lucifer lebih baik dari wanita tua itu.
"Aku capek ngurusin Geovano yang suka ngelawan samaku, aku capek denger tetangga bilang aku gak peduli sama Geovano lah, sama Arunika lah. Yang katanya aku pilih kasih lah. Aku capek, Mas..." Ibu tiri itu menitipkan air matanya.
Kesabaran Arunika hampir mengambil kewarasannya, ia mendongak dengan sepasang mata yang menatap ibu tirinya sadis. Tatapan itu seolah mengataka, "Mau mati kapan? Sekarang apa nanti? Pakai pisau atau didorong ke jurang? Mau nunggu dipanggil Tuhan atau melalui gue?"
Seolah tidak gentar karena suaminya masih ada di sana, wanita itu justru menatap sang suami dengan tatapan paling tersakiti. "Lebih baik aku ngontrak aja, Mas. Percuma kalau tinggal sama kamu batinku tertekan gini. Gugat aku sekaliaAAAARRGH!"
"ARUNIKA!"
Semuanya jelas memekik hebat saat pisau makan menancap pada jam dinding besar yang badannya terbuat dari kayu.
Jantung ibu tiri hampir lepas saat merasakan angin yang terbawa saat pisau itu melesat dan hampir memotong telinga kanannya.
Selena menangis sejadinya. Tapi, dia tidak bisa marah ketika Arunika menatapnya dengan garpu di tangan kiri kakaknya itu.
Saat mulut papa ingin terbuka, Arunika langsung menyeletuk, "Kasih istri Papa itu kontrakan. Biar puas sekalian. Dia bilang capek ngurusin kami?" Gadis itu tertawa culas. "Ngurusin apa? Apa Anda nyuci pakaian kami? Apa Anda ada tolongin Geovano waktu dia kecebur di kolam? Apa Anda ada peduli waktu dia kejang?! JANGAN MANIPULATIF SEOLAH ANDA YANG PALING TERSAKITI DI SINI!"
Plak!
Wajah Arunika terhempas ke samping. Pipinya ditampar keras oleh papa sampai sebagian wajahnya tertutupi oleh rambut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Bad Person
Teen Fiction-Defenisi jahat itu seperti apa?- ISINYA ORANG STRESS SEMUA! Arunika Selia tidak akan pernah meninggalkan kebiasaan buruknya. Merokok, membolos dan membanting tubuh siapa saja yang sok tahu tentang hidupnya. Hingga di hari Kamis pada bulan Septembe...