Sieben : Golden Cage

1.6K 229 15
                                    

Keheningan memenuhi ruangan. Jaemin duduk dengan mata menatap kosong, tidak berniat membuka mulutnya kembali.

Akhirnya setelah beberapa saat, Jaemin mampu mengeluarkan suaranya. "Aku tidak bisa, aku punya kekasih."

"Kekasih? Pemuda Lee itu?" MoonYoung menatap cucunya dengan wajah meremehkan. "Apa kau bahkan tahu dimana dia sekarang?"

Jaemin menundukan kepala, tidak mengatakan apapun tetapi hatinya sangat kesal. Dia ingin menjawab dia tahu keberadaan Mark, namun urung karena dia sendiri tidak tahu sekarang Mark masih berada di Korea atau ujung dunia lainnya.

Prianya tidak bisa ditebak.

"Nenek, aku tidak mau dijodohkan."

"Kau tidak memiliki hak untuk menolak, Moon Jaemin. Kau adalah satu satunya pewaris keluarga Moon, dan ini adalah langkah awal yang harus kau lakukan sebagai pemimpin masa depan."

Jaemin mendengus, bukan Seo Jaemin, neneknya memanggil dengan marga Koreanya.

Jaemin tau karakter neneknya, perdebatan hanya akan membuang buang waktu mereka. Jadi jaemin hanya menutup mulut. Dia lalu berdiri dari duduknya dan meninggalkan ruangan itu-tanpa memberi hormat sedikitpun.

--oOo--

Langkah kaki Jaemin membawanya kembali ke kamar lamanya. Masih sama, tidak berubah sama sekali. Begitupun dengan jumlah furniture ataupun tata letak semua barang miliknya. Hanya keadaannya yang bersih menandakan ruangan ini dirawat dengan sangat baik setiap harinya.

Jaemin tersenyum miris memikirkan keadaannya. Di satu sisi dia terus menunggu pria yang bahkan dia tidak tahu ada dimana, disisi lain neneknya mendorongnya ke perjodohan.

Jaemin menghela nafas, pikirannya kembali ke empat tahun lalu. Ketika dia hanyalah remaja labil yang secara gamblang mengungkapkan perasaannya pada Mark. Yang lebih mengejutkan saat itu adalah Mark menerimanya. Hanya saja, beberapa hari kemudian Mark menghilang begitu saja. Tidak ada satupun yang tau dimana lelaki Canada itu berada.

Semua orang berusaha mencari namun hasilnya nihil, waktu bergulir cepat dan tanpa Jaemin sadari empat tahun berlalu tanpa pria itu. Jaemin selalu menunggunya, namun Mark tidak pernah kembali. Sampai beberapa hari yang lalu mereka bertemu di kelab malam dan Mark menciumnya tanpa permisi.

Cukup lama Jaemin berkutat dengan pikirannya, ketika sebuah ketukan pelan menyadarkan pemuda itu.

"Tuan Muda, ini saya. Bolehkah saya masuk?"

"Boleh."

Tak lama dari jawaban itu, Kyungsoo membuka pintu kamar Jaemin dan perlahan masuk. Langkah kakinya ringan saat mendekati Jaemin dan duduk dibelakangnya. "Ijinkan pria tua ini memberi nasihat, Tuan Muda."

Jaemin tidak langsung menjawab, setelah hening beberapa saat dia kemudian berkata. "Anda memihak nenek?"

"Tidak Tuan Muda, saya hanya memberi saran menurut pendapat saya."

"Apa pendapat Paman?"

"Saya tahu, Tuan Muda menjalin hubungan dengan Tuan Mark. Namun, seperti yang tuan Muda ketahui. Tuan Mark bahkan tidak bisa dihubungi. Dia memutus komunikasi dengan keluarganya pun dengan keluarga Nakamoto." ujar Kyungsoo tenang.

"Nyonya Besar semakin tua, beliau ingin melihat anda mewarisi keluarga Moon dan menikah dengan seseorang yang pantas. Bagaimana kalau Tuan Muda mencoba menjalaninya terlebih dahulu. Mungkin anda bisa memulai lembaran baru."

Jaemin masih terdiam.

"Calon yang dipilihkan Nyonya Besar adalah seorang pewaris perusahaan ternama. Dia seorang pria yang berpendidikan tinggi dan sopan. Nyonya Besar yang memilih sendiri dengan hati hati, karena Nyonya Besar sangat menyayangi Tuan Muda."

Regular [ Markmin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang