Sechs : Seoul

1.6K 238 15
                                    

Jaemin menatap pemandangan atas kota Seoul yang semakin membesar. Wajahnya tak menunjukkan emosi apapun, tetapi kepalanya penuh dengan berbagai macam pemikiran. Dia bahkan tidak menyadari kapan pesawat itu benar benar mendarat.

"Tuan Muda, kita sudah sampai." Suara tenang Kyungsoo lah yang menyadarkan lelaki muda itu bahwa mereka sudah mendarat di Korea.

Jaemin melirik sekilas ke arah Kyungsoo dan mengangguk pelan. Tatapannya terlihat sedih namun juga dingin. Dia lalu berdiri dari tempat duduknya dan berjalan terlebih dahulu, diikuti Kyungsoo yang mengekor dibelakangnya.

Jaemin berhenti tepat didepan tangga pesawat, membuat semua orang bingung. Namun tidak ada yang berani menyela. Pemuda tersebut hanya diam menatap lingkungan Bandar Udara Incheon dengan wajah datar, terlebih terdapat dua lusin penjaga berpakaian hitam tengah menunggunya di landasan. Ini adalah hak istimewanya sebagai VIP.

Jaemin memperhatikan para pengawal dengan seksama. Mereka adalah orang orang kepercayaan ayahnya dulu, walau sudah banyak yang berganti dengan wajah wajah baru. Mengingat hubungan ayah dengan neneknya yang kurang baik. Jaemin melangkahkan kakinya menuruni tangga dengan tenang. Ketika pemuda itu sampai di bawah, semua pengawal menyapa dengan hormat.

"Tuan Muda." seru mereka serentak.

Jaemin mengangguk sekilas dan meneruskan langkahnya ke arah para penjaga yang sudah membukaka jalan untuknya, diikuti Kyungsoo yang setia menyusul dibelakang.

.

.

Ada dua mobil hitam yang sudah menunggunya dibelakang penjaga, Jaemin memasuki mobil paling depan bersama dengan Kyungsoo. Sementara sebagian penjaga menaiki mobil kedua dan sebagian lagi tetap berada ditempat.

Jaemin menghela nafas pelan. Sekarang dia tengah merepresentasikan keluarga Bangsawan Moon, dia tidak lagi menjadi Jaemin yang bebas. Pemuda itupun mau tak mau harus menerima fakta bahwa hidupnya tak lagi sama sekarang.

Keluarga Moon adalah salah satu keluarga yang diakui dan dihormati oleh Presiden Korea. Oleh karena itu, sebagai pewaris tunggal keluarga, Jaemin harus memperhatikan setiap perilakunya. Satu kesalahan akan menjadi sangat fatal. Dia mungkin akan menyesal seumur hidup apabila satu kesalahan itu dimanfaatkan oleh musuh keluarganya.

Jaemin menatap pemandangan yang terus berubah dari balik kaca mobil. Tempat ini telah banyak berubah, namun rasa sakitnya masih sama. Jaemin menunduk dan menatap jemarinya yang sedikit bergetar.

Dia sudah lari bertahun tahun dari tempat ini, juga lari dari kenyataan hidupnya yang pahit. Pun menolak mengakui bahwa dirinya adalah pewaris tunggal keluarga Moon. Namun pada akhirnya, dia tetap harus kembali ke tempat ini.

Jaemin menghela nafas untuk yang kesekian kalinya. Tetapi tersedak di detik berikutnya saat dia tiba tiba menangkap sosok yang cukup familier. Jaemin tertegun dan tanpa sadar berkata,  "Hentikan mobilnya."

Sopir dengan cekatan menepi dan menghentikan mobil. Untung jalanan tidak terlalu ramai sehingga tidak ada masalah yang terjadi. Jaemin tidak menggubris saat Kyungsoo bertanya dengan wajah heran. Matanya hanya berfokus ke arah salah satu hotel mewah di kota itu-tidak, lebih tepatnya dia melihat seseorang yang sedang berada di lobby itu.

"Mark?" Jaemin bergumam pelan.  "Siapa pemilik hotel itu?" Jaemin tiba tiba bertanya.

"Seorang pengusaha asal Busan, Joseph Jeon. Dia adalah penguasa bisnis pehotelan di Korea." Kyungsoo tidak tahu apa yang dipikirkan Jaemin, namun dia tetap menjawabnya dengan sangat baik.

Jaemin terus memperhatikan dengan wajah penasaran, terlebih saat dia melihat Mark menjawab tangan salah seorang disana. Jaemin tidak tahu siapa orang itu.

Regular [ Markmin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang