Acht : Kidnapped

2K 274 74
                                    

Jaemin menahan diri sekuat mungkin untuk menekan batuk karena tersedak air liurnya sendiri.

Semua aura sombong dan dingin yang susah payah dia ciptakan menghilang seketika. Sementara matanya menatap pria tampan dengan setelan jas yang berdiri di sisi ruangan.

Aura dominan pria itu seakan mematikan fungsi sarafnya.

Jaemin berteriak dalam hati. Mengutuk siapapun itu yang tengah mempermainkannya.

Kalian pikir sendiri, bukankah ini sebuah lelucon yang sangat bagus? Saat kau melihat pria yang sangat kau cintai ternyata menghadiri acara perjodohanmu?

Jaemin menggigit bibir bawahnya pelan. Kenapa dia bisa selemah ini terhadap tatapan Mark. Kenapa dia harus merasa bodoh oleh perasaannya terhadap Mark. Jaemin merasa ingin berteriak saat ini juga, namun dia menahan diri.

Pemuda berhanbok merah itu perlahan berjalan menghampiri MoonYoung dalam diam. Kesombongannya menghilang dan dia hanya berdiri dibelakang MoonYoung. Kepalanya tertunduk sedih.

"Angkat kepalamu!" perintah MoonYoung tegas.

Jaemin tidak menurutinya, dia mungkin tidak ingin mendengarkan. Tiba-tiba dia merasa membenci neneknya, membenci hidupnya.

Dia bahkan tidak menyadari ketika seorang pria tampan berjalan menuju ke arahnya. Pria tersebut tersenyum tenang dan menyapa MoonYoung dengan sopan. Barulah Jaemin menyadari kehadiran pria itu.

"Jangan sungkan Hwang, kemarilah. Temui Jaemin kami." MoonYoung berujar dengan wajah hangat.

Sementara Jaemin masih mempertahankan raut tidak perdulinya. Namun sebenarnya, Jaemin sedikit kaget saat melihat Hwang Hyunjin. Lelaki itu sedikit diluar ekspetasinya.

Dia memiliki aura pemimpin yang khas, juga tampan dan menarik. Terlebih saat dia tersenyum. Singkat kata, sebenarnya Hwang Hyunjin adalah calon tunangan yang sempurna. Terlalu sempurna bahkan.

Jaemin terlalu sibuk dengan pikirannya sehingga dia tidak menyadari MoonYoung sudah berlalu, meninggalkannya bersama Hwang Hyunjin.

"Lama tidak melihatmu di Korea, Nana."

Lama tidak melihatmu di Korea? Nana?  Kenapa dia memanggil nama kecilku? Apa dia mengenalku? Berbagai pertanyaan melintas di kepala Jaemin. Tetapi dia tidak bisa menemukan jawabannya.

"Pardon, apa kita pernah bertemu sebelumnya?" Jaemin bertanya sopan.

Hyunjin tertawa pelan membuat Jaemin sedikit kebingungan. "Kau mungkin lupa, kita pernah bertemu beberapa kali. Saat kau berkunjung ke kediaman keluargaku dan saat... hm maaf, pemakaman orang tuamu."

Jaemin merenung sejenak, membuat Hyunjin berfikir dia telah mengucapkan kata kata yang tidak seharusnya.

"Maaf, maafkan aku. Aku tidak bermaksud."

Sudut bibir Jaemin berkedut kaku, tetapi dia tetap tersenyum dan menggeleng pelan. "Tidak apa apa," ujarnya tenang.

Hyunjin sepertinya merasa sangat bersalah, jadi dia mencoba mencari topik pembicaraan baru. Awalnya Jaemin hanya menanggapi seadanya, namun ketika dia menatap mata pria itu. Hanya terdapat ketulusan disana, jadilah Jaemin mulai menanggapi dengan benar kali ini. Bahkan Jaemin mulai berfikir Hyunjin cukup menarik.

Pemuda itu berpengetahuan luas dan cerdas. Dia mengerti perkataan Jaemin dan mampu memahami maksudnya dengan baik, hal yang jarang Jaemin temui, mengingat betapa beratnya topik pembicaraan yang dia minati. Namun Hyunjin mampu mengimbanginya dan membuatnya terksan.

Jaemin tertawa pelan saat Hyunjin mengatakan sebuah lelucon kecil. Namun tawanya langsung kaku ketika dia melihat seorang pria tengah menatapnya tajam. Dia merasa seperti istri yang tertangkap selingkuh.

Regular [ Markmin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang