dari 1001 bentuk pertanyaan yang biasa manusia tujukan kepada semesta, cuma satu yang bener bener gak pernah absen jihoon pertanyakan di dalam hatinya, entah kepada siapa soalnya gak ada yang beri jawaban sampai detik ini.
tentang kenapa si boneka kertas, asahi gak suka banget sama dia. jangankan sama eksistensinya, gak sekali dua kali jihoon diam diam jadi cicak di dinding buat nguping monolog atau dialog asahi yang isinya ujaran kebencian terhadap dirinya.
ahh, kalo di pikir pikir itu gak penting. sama gak pentingnya dengan persensi jihoon di mata asahi. seperti saat ini, ketika akhirnya berada di kamar apartemen sepulang dari acara pernikahan mereka.
"sa, mandi dulu." kata jihoon alus.
"lo mandi tinggal mandi, sana!" tapi asahi bakal selalu ngebentak dia.
udah berasa sinema hidayah, indosiar banget kalo di pikir pikir.
"lo gak mandi? seharian keringetan man-"
"berisik, jangan ganggu, gue mau tidur!" asahi mendelik tajam ke dia. setelah itu menelusupkan kepala ke bawah bantal.
jihoon biasa aja. gak, tadinya dia kerap kali sakit hati sama perlakuan asahi, cuma rasa rasanya kalo gak di bawa ke dasar hati mah aman, sans.
"ya udah" kata dia, tetep menutup obrolan meskipun asahi gak akan peduli.
jihoon ngehela napas sambil ngelepas jas dan ikat pinggangnya buat dia letakin di atas sofa. dia lirik asahi yang senyap.
mungkin dia emang capek banget. pikirnya.
mengingat acara tadi bener bener berlangsung seharian, dari pemberkatan di gereja yang berlangsung dari pagi sampai siang lalu lanjut resepsi sederhana di kediaman keluarga jihoon. sederhana tapi tetep menguras tenaga lantaran harus berdiri dan senyum serta ngobrol sama karib dan saudara.
ngerasain air hangat meluk seluruh tubuhnya, jihoon memusatkan pikiran kepada saat dirinya dan asahi ngucap janji sehidup semati di altar tadi pagi.
dia dan asahi terlibat skenario klasik berjudul perjodohan, mereka sebagai korban-hanya asahi, sementara jihoon melakukan semuanya dengan keikhlasan. toh dia gak punya pacar, gak punya hati yang akan sakit kalo dia menikahi asahi.
gemericik air seolah memberi ketenangan semu buat jihoon. mengingat dia gak punya waktu untuk libur seperti pasangan baru menikah pada umumnya. meskipun sebenernya jihoon yakin asahi gak akan sudi liburan berdua sama dia.
malam ini pun, jihoon cukup tau diri buat keluar kamar setelah selesai sama urusan mandi. bermalam di atas sofa sambil nge-cek kabar terbaru mengenai himpunan yang menjadi tugas terbesarnya di kampus.
ngerasa ada sesuatu yang gak dia bawa. jihoon melangkah kembali ke kamar, berusaha buat gak menciptakan suara. jihoon menemukan asahi yang duduk dengan kepala menelusup di lutut yang menekuk. dia nangis.
jihoon mengurungkan niat untuk masuk, dia takut ganggu asahi dan menimbulkan masalah. lagipula jihoon tau kenapa asahi nangis, dia gak pernah bersedia menikah.
apalagi menikah sama jihoon.
pagi tiba, jihoon bangun ketika ngerasain pegal di tulang tengkuknya karena tidur di sofa tanpa bantal. padahal sofa ada bantalnya, cuma udah dia peluk karena udara cukup dingin dan jihoon lupa matiin ac. terlalu lelah dan keburu ketiduran.
pas dia duduk berniat mengumpulkan nyawa, asahi lewat tanpa kata.
"sa, mau kemana?"
"ke kampus lah!"
"gak mau bareng aja?"
asahi yang berdiri gak mau balik badan, dengan nada dingin dia bilang, "gak. gue gak mau dateng ke kampus sama lo!" lalu pergi meninggalkan jihoon yang mengatupkan bibirnya. gak niat menahan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Redamancy [JiSahi]
Fanfictionㅤㅤ(n.) the act of love the one who ㅤㅤloves you, a love returned in full. pernah di : #1 on #jisahi #4 on #asahi #1 on #mashiho #1 on #redamancy #1 on #hamada #1 on #yoshinori #1 on #treasure #1 on #jeongharu #1 on #junkyu #2 on #damdo #1 on #yoshih...