Hari ini adalah hari kepulangan ake daritadi pagi ake tak sabar untuk pulang ke rumah ia sudah bosan seminggu di rumah sakit.
Namun indi yang di tunggu-tunggu tak menampakkan batang hidungnya dua jam telah ake lalui hingga kedua orang tuanya bosan menunggu.
Hingga 30 menit berlalu barulah pintu terbuka menampakkan indi terlihat pelipis indi di plester membuat ake langsung bangkit menghampiri indi.
*****
Terlihat sekali ake marah menggenggam tangan indi dengan sangat erat, tadi di rumah sakit ake selalu bertanya namun indi hanya tersenyum seakan tak terjadi apa-apa.
Indi sama sekali tak mempersalahkan toh yang menabraknya sudah meminta maaf dan bertanggung jawab dengan membawanya ke rumah sakit dan membiayai perawatannya.
Sampai di rumah indi segera membantu mendorong kursi roda ake menuju kamarnya. Ake tak juga melepaskan pegangan tangannya membuat indi bernafas frustasi.
"Di." Panggil ake.
"Apa." Jawab indi.
"Nikah yuk." Ucap ake mengagetkan indi.
"NIKAH. KITA AJA BARU KENAL BEBERAPA HARI." Teriak indi membuat ake mengernyitkan dahinya.
"Maksud kamu?" Ake bingung.
"Ah, lupakan aku je dapur dulu." Kata indi.
Bepum juga ake menjawab indi sudah melangkahkan kakinya menuju dapur. Terlihat beberapa pelayan tengah menyiapkan makan siang.
Setelah pembicaraan nikah tersebut indi tak ingin lagi berbicara dengan ake, membuat ake yang makan di sebelahnya selalu curi-curi pandang terhadap indi.
Indi dan ake sama-sama terdiam di dalam mobil, setelah makan siang indi pamit pulang ake bersihkeras untuk mengantar indi pulang.
Sampai di depan rumah indi, saat indi akan keluar ake memgang pergelangan tangan indi.
"Aku mau secepatnya kita nikah". Nada ake terdengar tegas.
"Mak..sud k..amu?"
"Siap-siap nanti malam atau pagi hari kamu akan dengar orang tua kamu akan setuju." Ucap ake tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun.
Lalu ake mrncium kening indi dengan lembut dan tulus membuat jantung keduanya berpacu dengan cepat. Indi dengan cepat-cepat keluar dari mobil usai adegan cium terdebut.
Indi menutup pintu rumahnya dengan kencang lalu memegang jantungnya yang masih berdetak tak karuan.
Dering telepon membangunkan indi ia melihat jam di dinding pukul lima pagi terpampang di layar nama ayah membuat indi membelakkan matanya.
Indi segera mengangkat telepon tersebut terdengar suara ayah indi mengucapkan salam.
"Nak apa indi serius ingin menikah muda?" Tanya ayah membuat indi terkejut.
"Maksud ayah?" Indi bingung.
"Ake udah cerita semuanya sama ayah. Katanya kalian pengen nikah muda tapi kamu takut bilang sama ayah". Bilang ayah membuat indi makin syok.
" kalau misalnya indi memang mau nikah muda. Ayah gak masalah apalagi calaon kamu baik dan kamu bahagia. Insyaalah minggu depan ayah sama ibu ke sana. Yauda ya nduk assalamualaikum." Tutup ayah indi.
Indi yang masih mencerna semuanya bingung menanggapi apalahi ayahnya sudah memberikan restu. Dan pertanyaan nya lagi dri mana ake tau orang tuanya.
Hal itu membuat indi gila dan menjambak-jambak rambutnya niatnya hanya untuk menolong tidak lebih kenapa juga harus terjebak dalam sebuah hubungan yang tidak jelas.
KAMU SEDANG MEMBACA
SUAMIKU AMNESIA
Ficção Geralpernahkah kalian memikirkan ketika berada di jalan yang sepi seorang diri berjalan kaki tiba-tiba melintas mobil di depan kalian mengalami kecelakaan. berniat melakukan kebaikan namun terjadi tak terduga ingatannya berbanding terbalik dengan kenyat...