"Lo?? Lo sama Sir Jeon? Begini?" Jimin menganga. Kedua tangannya dibentuk mengerucut dan saling menempel, tak lupa ia memelankan kata Sir Jeon sebab ia tahu, buruk jadinya jika seseorang tahu perihal hubungan Taehyung dan Jeongguk.
Ketika Taehyung mengangguk, Jimin merasa lemas, namun senang di waktu bersamaan. Ia tak menyangka sosok bernama Jeongguk yang banyak digilai mahasiswa dan mahasiswi itu merupakan pasangan benang Taehyung dan memang sedang ada apa-apa dengannya.
"Bisa gak, kapan-kapan, kita nongkrong bareng gitu sama dia. Lo paham, kan? Dia masih muda. Dia pasti masih suka nongkrong ala ala remaja gitu."
Taehyung mengedarkan pandangan ke cafetaria, lalu mengangguk kecil, mengundang seruan senang dari sang lawan bicara.
"Lo gak makan? Katanya tadi belum sarapan?" Jimin kembali bertanya. Ia sedikit menangkap gerak-gerik Taehyung yang gugup dan kerap melihat ke arah pintu. "Lo kenapa?"
Taehyung menggeleng. Ia menggigiti bibir bawahnya, lalu menatap Jimin. "Jim, kalau lo baru pdkt terus nerima ajakan makan siang orang lain, gak masalah kan?"
Itu bukan masalah sama sekali, Taehyung berpikiran begitu. Terlebih, seseorang yang mengajaknya adalah Park Seojoon, orang yang sudah akrab dengannya. Ia tak terus-terusan memandang Seojoon sebagai sosok mengagumkan yang pernah ia sukai, tidak. Tentu, Taehyung juga menganggap Seojoon seperti kakaknya sendiri. Orang yang sering membantunya memahami materi sekolah yang sulit.
Taehyung tak menemukan alasan bahwa Jeongguk akan cemburu akan hal itu, meskipun pada kegiatan ciuman mereka hari itu, Jeongguk sedikit menciumnya dengan rasa posesif ketika mereka membicarakan Seojoon.
"Orang lain siapa dulu? Mantan lo? Ya bisa jadi masalah lah."
Mungkin Jeongguk akan cemburu. Mungkin juga tidak. Kenapa ia harus cemburu?
Merasakan getaran di ponsel yang menampilkan pesan Seojoon, ia segera berdiri dan berpamitan pada Jimin, juga Jeongguk.
jeongguk hyung, aku pulang dulu yaa? aku makan siang sama seojoon hyung lalu pulang. see you.
─────
"Mhm, Papa udah rencanain ini dari lama. Cabang perusahaan baru akan dibangun lagi di Seoul. Terus karena Papa belum juga baikan, dia pengen jabatannya segera dialihkan."
Taehyung tersenyum sendu, berempati terhadap kabar bahwa ayah dari lelaki di depannya sedang terbaring di rumah sakit. Taehyung mengenalnya, pria itu begitu baik dengan wawasan luas disertai rasa humor yang cukup banyak hingga Taehyung senang mengobrol dengannya.
Orangtuanya dan orangtua Park Seojoon telah mengenal sejak lama. Bahkan, sejak SMP hingga SMA Seokjin dan Seojoon pergi ke sekolah yang sama. Taehyung mengenal laki-laki itu seperti kakaknya sendiri, sampai di usia enam belas ia baru menyadari perasaan yang tumbuh untuk Seojoon adalah sesuatu yang lain.
Hanya saja, Taehyung bungkam sebab Seojoon pernah berkata ia ingin berpacaran dengan seseorang dengan umur minimal dua puluh tahun meskipun pada waktu itu diam-diam Seojoon juga menunggu Taehyung mencapai usia yang cukup.
Taehyung jarang bertemu dengannya sejak Seojoon fokus pada pendidikan S2-nya di luar negeri. Ia berproses untuk mengasingkan perasaan itu, dan ia berhasil. Ia senang bisa bertemu dengan Park Seojoon, namun bukan berarti hal itu ada hubungannya dengan perasaan yang lalu. Taehyung hanya kesal ketika Seokjin menggodanya mengenai hal itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Connected To Jeon - KOOKV
FanfictionPerihal Jeon Jeongguk, Kim Taehyung, dan benang merah mereka yang terhubung.