14

6.1K 646 58
                                    



"Kenapa kemarin gak ngampus?" 

"Gue pusing, Jim. Abis mabuk." 

"Lagi?!" Jimin melotot dengan mata sipitnya, yang mana tidak terlihat seperti pelototan bagi Taehyung yang merapatkan jaket karena suhu dingin. 

"Gue ada acara makan malam, Jim. Dikasih wine jadi pusing." 

Gedung perkuliahan mereka nampak tak seramai biasanya, sebab mata kuliah Jimin dan Taehyung berakhir lebih awal dari jam makan siang. 

"Oh, yang di story lo itu ya? Cakep banget by the way yang di tengah. Itu yang namanya Park Seojoon?" 

Taehyung hanya mengangguk, menggenggam tangannya sendiri di dalam saku jaket seraya keduanya berjalan keluar dari kelas Jeongguk. Ia melirik ke jendela gedung. Lagi, hari ini hujan turun lebih deras. Suhu semakin dingin karena musim gugur ada di pertengahan, Taehyung benci ini. Ia akan lebih memilih bergelung di dalam selimut seharian daripada berkutat dengan buku dan catatan di ruang kelas. 

Sikutan di lengannya membuat Taehyung menoleh, ia menatap sahabatnya dengan heran sebab Jimin sedang tersenyum aneh. "Kalau Seojoon masih single, gue mau–" 

"Gak!" Taehyung mendengus. "Gue gak mau ngenalin lo ke Seojoon, ya. Katanya lo mau jadi stripper, gak mau nikah." 

"Siapa tau Seojoon mau punya babyboy kayak gue?" 

"Dia bukan orang yang suka kayak gituan." Mereka berpisah di anak tangga terakhir lantai satu. Taehyung mengacak pelan rambut Jimin sembari melihat kepergian laki-laki itu keluar gedung, sementara ia, seperti biasanya, harus ke ruangan Jeongguk untuk menjadi budak. 

Budak. Slave. Entah kenapa pikiran random itu tiba-tiba muncul, menyebabkan Taehyung menggelengkan kepalanya dan merasakan pipinya menghangat. 

"Taehyung," Taehyung berhenti melangkah. Ruangan Jeongguk tinggal beberapa langkah lagi, namun ia harus tertahan sebab sebuah suara memanggilnya. Lagi pula, sebelumnya Jeongguk pamit menuju toilet terlebih dahulu, mungkin dosen itu belum ada di ruangannya. 

Namun Taehyung juga sedikit menyesal menghentikan langkah guna mengobrol dengan si pemanggil. "Ya?" 

"Aku mau ngomong sedikit," Hoseok menggigit pipi bagian dalamnya, menandakan bahwa ia sedang gugup. Ia jarang merasa gugup, namun berdiri berhadapan di lorong gedung berdua dengan mantan kekasih yang disakitinya membuatnya merasa aneh. 

"Ngomong apa?" 

Hoseok mengusap pelan tengkuknya yang tak terasa apa-apa. Sejenak ia mengamati Taehyung, laki-laki itu tampak baik-baik saja. Rambutnya tampak begitu halus, pipi berisi, mata yang menatap lebar namun cantik. Tidak ada yang pernah berubah dari diri Taehyung kecuali perilaku dan perasaannya kepada Hoseok. 

"Kalau diingat lagi, sejak saat itu kita belum pernah ngobrol dan aku belum minta maaf secara baik-baik." 

"Kamu mau minta maaf lagi?" 

Hoseok meraih lengan lelaki itu ketika ia melihat Taehyung bersiap pergi. "Taehyung. Aku ngerti aku udah buruk di mata kamu, udah jadi penjahat nomor satu di hidup kamu. I'm sorry, I really am. Urusan kamu maafin apa gak aku gak perlu tau, tapi aku pengen kamu ngerti kalau I'm here whenever you need me." 

"Hyung, kenapa juga aku membutuhkan orang yang udah hancurin aku?" 

"None of us knows the future." 

"At least aku yakin di masa depan pun aku gak butuh kamu." 

Kalimat itu menusuk diri Hoseok, namun bukan berarti ia tak menerimanya. Ia paham ini risikonya menjadi perusak hubungan mereka hingga ia harus menerima segala umpatan dan hinaan yang Taehyung katakan. 

Connected To Jeon  -  KOOKVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang