6

193 23 5
                                    

Sejak kejadian Rega mengantar Ana ke rumah sakit. Hubungan mereka membaik, tak jarang mereka terlihat pergi bersama. Bukan hanya berdua tapi berlima, bersama para sahabat masing-masing.

Tidak hanya kebahagiaan yang Ana dapat bisa berteman dengan mereka. Tapi juga tatapan kebencian dari para fans Rega. Entah itu di akun sosial medianya, atau di kampus saat berpapasan dengan Ana.

Kedekatan mereka membuat asumsi para fans bahwa tidak hanya sekedar teman biasa. Bahkan ada fans baru yang mendukung mereka menjadi sepasang kekasih.

Pagi ini mereka berlima berjalan menuju kelas masing-masing. Mereka sudah seperti model yang lagi catwalk. Gaya cool dari mereka membuat fans Rega atau mahasiswa yang melihat berteriak, tetapi Guntur mengacaukan semuanya dengan kelakuan isengnya. Ia melambaikan tangannya seperti model papan atas yang lagi show di tengah keramaian fans. Para mahasiswi yang melihat hal tersebut, mendelik kesal.

Sudah sampai di pertengahan jalan, mereka harus berpisah karena berbeda gedung.

"Nanti beneran traktir kita kan Sil?" tanya Guntur memastikan.

"Iyaa, langsung ketemu di kantin aja"

Yup, hari ini adalah ulang tahun Sisil. Ia ingin mentraktir sahabat dan teman-teman barunya tersebut.

***

Mata kuliah pertama sudah selesai tiga menit yang lalu. Setelah membereskan buku Ana langsung berdiri dan menghampiri Sisil.

"Gue ke kamar mandi bentar yaa"

"Iya, nanti gue samperin" jawab Sisil tanpa melihat Ana, ia masih sibuk mencatat beberapa materi.

Dipertengahan jalan menuju toilet Ana dihadang tiga cewek yang tidak ia kenal.

"Lo Ana kan?" tanya salah satu dari mereka.

"Iya, ada apa?" balasnya dengan senyum dan sopan.

"Gausah gatel sama Rega deh lo, nempel sana nempel sini, ngikutin Rega terus"

Ana hanya senyum, ia berniat pergi. Tidak ingin meladeni mereka.

"Heh, gue belum selesai ngomong" sambil menggeser tubuhnya sedikit mengikuti gerak Ana. "Gue ingetin yaa, Rega itu calon pacar gue. Jadi lo jangan deket-deket lagi sama dia. Ganggu tau gak"

"Maaf, aku sama Rega cuma temen, ga lebih. Dan gaada alasan untuk menjauh tiba-tiba"

Ia emosi dengan jawaban Ana, hingga tangannya terangkat untuk mendorong Ana. Tapi keberuntungan berpihak kepada Ana. Ada seseorang yang mencekal tangan cewek   tersebut lalu menghempaskannya.

"Heh, berani-beraninya main tangan sama sahabat gue" geram Sisil

"Gue gaada urusan sama lo"

"Ganggu sahabat gue, lo berurusan sama gue" bentak Sisil

"Songong banget lo, hormat sama senior" teriak salah satu yang tadi hanya menyimak.

"Dih, kalo lo mau dihormati maka hormati dulu orang lain, dan gue ga sudi hormat sama lo lo pada" ketus Sisil

Mereka bertiga kesal dengan ucapan Sisil lalu kembali ke gedung fakultasnya. Sisil hendak mengejar mereka tetapi ditahan oleh Ana.

"Udah"

Ana dan Sisil langsung menuju tujuan yang sempat tertunda.

Sesampainya di kantin, Ana dan Sisil segera menuju tempat yang biasa mereka berlima tempati. Disana sudah ada Rega dan sahabatnya.

"Lama banget" decak Guntur

"Ke toilet dulu" jawab Ana

"Ga, bilangin sama fans fanatik lo" adu Sisil

Rega hanya mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Tadi mereka—" Belum selesai Sisil bicara, Ana langsung mencubit pelan paha Sisil. Untuk tidak mengadu hal tersebut kepada Rega.

"Kenapa pada diem, buruan pesan yang kalian mau, Sisil bawa banyak duit kok" sela Ana mengalihkan perhatian mereka.

Sisil yang mendengar ucapan sahabatnya tersebut langsung melotot. Semua pesan sewajarnya, berbeda dengan Guntur, ia pesan banyak sekali.

"Buset banyak amat, awas ga habis" sindir Sisil

"Tenang"

Setelah selesai makan dalam rangka birthday Sisil mereka meminta tolong salah satu orang yang ada di kantin untuk mengabadikan momen.

***

Joging di Minggu pagi, sudah menjadi kebiasaan mereka berlima sejak kedekatan mereka terjalin 3 bulan terakhir.

Di taman dekat kampus mereka berlari-lari kecil sesekali sambil bercanda. Tapi yang paling banyak berdebat siapa lagi kalau bukan Guntur dan Sisil. Disana juga ramai dari anak-anak hingga orang dewasa.

Tiga cowok berjalan di depan sedangkan yang cewek di belakang mereka. Lelah mengitari taman mereka mencari tempat duduk untuk mengistirahatkan tubuh.

Ana berjalan cepat demi menyeimbangkan langkahnya para cowok yang sangat lebar, hingga tidak sengaja ia menginjak tali sepatunya sendiri. Beruntung didepannya ada punggung seseorang tidak sampai membuatnya jatuh ke tanah.

"Sorry" ucap Ana langsung menjauh dari tubuh Rega yang menjadi tumpuannya.

Rega berbalik melihat Ana lalu berjongkok mengikat tali sepatu Ana. Guntur dan Sisil  tersenyum geli melihat mereka yang tampak menggemaskan. Sedangkan Habib diam menyimak.

Tidak mereka sadari ternyata ada yang memotret kegiatan Ana dan Rega diam-diam.

***

TBC

Terima kasih sudah membaca 🌻

Bagaimana chapter ini???

Lauhul Mahfudz (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang