13

142 14 0
                                    

Ana sudah memutuskan untuk mendengarkan penjelasan Rega sore ini. Di taman kampus yang sudah lumayan sepi.

Ana sudah menunggu Rega di kursi taman. Jujur ia masih takut jika berduaan dengan Rega, tapi ia ingin mendengar penjelasan Rega. Soal Sisil ia menunggu di kursi taman agak jauh tapi bisa melihat ke arah Ana.

Tidak lama kemudian Rega berserta dua temannya datang. Mereka berdiri dihadapan Ana. Sedangkan Ana mengalihkan pandangannya, ia melihat ke arah Sisil.

"Boleh duduk?" tanya Rega

Ana hanya mengangguk. Kursi taman hanya muat untuk dua orang, tanpa ada meja, dan tidak lupa keduanya menjaga jarak. Guntur dan Habib hanya berdiri diam di sebelah Rega.

"Aku minta maaf, aku benar-benar menyesal. Aku bodoh banget, aku udah hancurin kepercayaan kamu." ucap Rega menyesal.

"Gue dalang semua ini Na" tambah Guntur tiba-tiba.

Ana kaget tapi ia masih mempertahankan untuk tidak melihat kearah mereka.

Akhirnya Guntur menjelaskan asal mula ide konyolnya. Tidak ada yang dikurangi atau dilebih-lebihkan. Rega pun ikut menjelaskan.

"Untuk tindakan aku yang nggak sopan di club itu, aku minta maaf Na. Jujur nggak ada niatan jelek ke kamu. Gara-gara alkohol sialan itu aku lepas kendali. Maaf Na" terang Rega yang kecewa terhadap dirinya sendiri.

"Gue juga Na, nggak seharusnya gue ngasih ide gila, gue juga minta maaf tindakan kasar gue waktu di club" tambah Guntur.

Habib hanya diam menyimak. Sedikit Ana bernafas lega, ia mengira jika pertemanannya hanya mainan bagi mereka. Ana masih memalingkan wajahnya dan tidak bicara sedikitpun. Sudah tidak tahan hingga air matanya meluruh.

"Yaudah kalau gitu, makasih udah mau dengerin penjelasan kami. Sekali lagi maaf Na, lo boleh kok nggak maafin kami, karena kami udah keterlaluan. Yang penting lo udah mau dengerin penjelasan yang sebenarnya aja udah bersyukur." ucap Guntur mengakhiri karena dari tadi tidak mendapat respon dari Ana.

Guntur menepuk pundak Rega, ia tau sahabatnya itu masih galau, dari tadi belum mendengar suara Ana. Bahkan melihatnya saja Ana enggan.

"Yaudah Na, makasih dan maaf sekali lagi. Mungkin kata maaf nggak bakal bisa buat kamu lepas dari rasa takut itu." ujar Rega pasrah dengan apa pilihan Ana kedepannya. Entah memaafkan atau tidak.

Mereka pergi meninggalkan Ana. Segera Ana menghapus kasar air matanya yang masih berjatuhan. Tidak ada alasan lain lagi untuk tidak memaafkan mereka. Ana adalah tipikal orang yang tidak enakan, dan setelah ia mendengarkan penjelasan dari orang yang bersalah maka ia berusaha melupakan masalahnya. Dan fokus memperbaiki untuk kedepannya.

"Tunggu" panggil Ana.

Seketika mereka berhenti melangkahkan dan berbalik menghadap Ana. Ana berdiri menghampiri mereka, dengan sedikit tersenyum tapi air matanya tidak dapat berhenti sejenak.

"Terimakasih udah jujur sama aku." Ucapnya yang menghadap Rega.

Lalu Ana melihat ke arah Guntur dan Habib lalu kembali ke Rega dengan tersenyum.

"Aku maafin kalian" beban yang selama ini hinggap terasa ringan setelah mengucapkan kalimat tersebut. Hingga Ana tersenyum tulus.

"Hah? Serius Na?" seru Guntur heboh sedangkan Rega hanya melongo. Kalau Habib? Yaa stay cool.

Rega sangat rindu sama suara itu, sangat rindu dengan senyum itu, ia sangat merindukan Ana. Hingga tidak sadar maju selangkah ingin memeluk Ana saat ini juga.

Dengan gerakan cepat Sisil menarik Ana untuk berada di belakangnya.

"Mau apa lo?" sengit Sisil kepada Rega.

Rega yang sadar dengan apa yang akan ia lakukan hanya tersenyum canggung dan menggaruk kepala yang tidak gatal.

Sementara Ana tersenyum malu di balik punggung Sisil.

Dan semuanya menertawakan raut muka Rega.

"Jadi kita baikan nih?"
"Yey makan-makan yang traktir Rega" ucap Sisil tiba-tiba yang sangat senang hingga memeluk Ana erat.

***

Semenjak bertemu lagi dengan Ana di perpustakaan. Revan memantapkan dirinya, memperbaiki dirinya, dan ia tidak pernah absen menyebutkan nama gadis tersebut dalam doanya.

Jika gadis tersebut jodohnya maka ia berdoa agar di lancarkan. Dan jika bukan pasti Allah sudah mempersiapkan jodoh yang lebih baik.

Revan juga memperbaiki diri bukan semata-mata hanya untuk Ana. Tetapi karena Allah. Ia ingin Allah juga memberikan pasangan yang baik. Pernah dengar jodoh adalah cerminan diri? Ya seperti itulah keinginan Revan.

***

Sesuai kesepakatan bersama. Siang ini Rega dkk berada di sebuah mal. Mereka memilih menonton bioskop lalu makan siang bersama.

Saat ini mereka berjalan beriringan yang membuat pengunjung lain tidak bisa lewat karena terhalang mereka berlima. Walaupun Ana sudah memaafkan mereka, tapi ia masih menjaga jarak dengan Rega, masih ada rasa takut jika berdekatan dengan Rega.

Pembicaraan mereka didominasi oleh Sisil dan Guntur, yang lainnya hanya menyimak, dan sesekali menimpali. Saat mereka berjalan menuju restoran. Habib tidak sadar jika ada anak kecil yang keluar dari toko. Hingga anak kecil itu menabrak dan membuat es krimnya jatuh.

"Yahh jatuh" ucap anak kecil tersebut, yang membuat langkah mereka berlima terhenti. Lalu menoleh mencari suara anak kecil tersebut.

Secara spontan Ana dan Rega menghampiri anak kecil itu, dengan berjongkok menyamakan tinggi dengan anak tersebut.

"Kakak ganti aja yaa? Mau rasa apa?" tanya Ana kepada anak kecil itu sambil mengelus kepalanya yang tertutup kerudung.

"Vanilla" jawabnya sambil tersenyum menatap Ana.

"Biar aku aja" cegah Rega.

Tanpa menghiraukan ucapan Rega, segera Ana bangkit dan memesan es krim vanilla. Sedangkan Rega hanya diam dan menemani anak kecil sembari menunggu pesanan.

Di lain sisi teman-temannya memperhatikan adegan tersebut. Tersenyum tidak jelas. Melihat mereka sudah cocok seperti keluarga kecil yang bahagia.

"Ini" ucap Ana dengan memberikan es krim vanilla kepada anak kecil yang ada di depannya.

Anak kecil itu menerima dengan senang. "Terima kasih kak" ucapnya tidak lupa dengan senyum manisnya.

Di balas dengan senyuman oleh Ana. Ia dari tadi melihat kanan kiri, mencari orang tua anak ini. Tidak jauh beda dengan Rega, ia juga mencari dimana orang tua anak ini, bisa-bisanya anak kecil ditinggal sendirian.

"Orang tua kamu mana?" Tanya Rega dan Ana barengan.

Sedangkan yang ditanya malah senyum-senyum. "Ciee barengan, kakak cantik sama kakak ganteng ini pacaran yaaa" ucapnya yang membuat mereka semua melongo. Bisa-bisanya ada anak kecil yang menyimpulkan jika bicara barengan yang tidak sengaja diklaim pacaran.

Lalu anak kecil itu berlari meninggalkan mereka ketika melihat ibunya. Ana dan Rega sempat kaget saat anak kecil tersebut berlari tiba-tiba, tapi saat anak itu memanggil mama mereka bernafas lega.

"Dasar bochild, udah tau aja pacar-pacaran" ucap Guntur tidak percaya dengan lontaran polos anak kecil.

***

TBC

Terima kasih sudah membaca 🌻

Bagaimana chapter ini???

Lauhul Mahfudz (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang