21

150 16 3
                                    

Happy reading
🌻
Jangan lupa vote

Acara resepsi diadakan di ballroom hotel tidak jauh dari rumah Ana. Resepsi berjalan dengan baik, lancar sesuai harapan.

Malam ini hingga seminggu ke depan Ana dan Revan tinggal bersama keluarga Ana, selanjutnya tinggal bersama keluarga Revan.

Pasutri baru sekarang sudah berada di kamar tepatnya kamar Ana. Mereka sudah membersihkan diri dan bersiap untuk tidur. Ana dan Revan sama-sama berbaring menatap langit-langit kamar.

Sudah 5 menit mereka diam dengan pikiran masing-masing, canggung itulah yang mereka rasakan. Mereka masih canggung satu sama lain.

"Revan" panggil Ana.

Ana bingung memanggil Revan dengan sebutan apa. Sepertinya melakukan pillow talk lebih baik untuk mengurangi rasa canggung.

"Ya?" balas Revan menoleh ke arah Ana.

"Emm, boleh nggak kalau habis dari rumah bunda kita balik lagi tinggal disini?" tanya Ana ragu masih menatap langit-langit kamar.

"Kenapa?" tanya Revan balik.

Mendengar respon Revan membuat Ana mengalihkan pandangannya menatap Revan sedih, sepertinya Revan tidak mengizinkan untuk tinggal dirumah orang tua nya.

"Gak boleh ya?" ucap Ana sedih.

"Saya tanya kenapa, bukan berarti gak bolehin"

Ana menunduk memilin ujung piyamanya "emm pingin nemenin mama sampai lahiran" lirih Ana.

Mendengar alasan Ana membuat Revan tersenyum.

"Boleh kok"

Ana langsung menatap Revan dengan mata berbinar "beneran?"

"Iya"

"Hehehe makasih"

Tiba-tiba muka Revan menjadi sendu, ia menatap Ana merasa bersalah.

"Maaf ya"

Ana menatap heran kenapa suaminya tiba-tiba minta maaf.

"Maaf kenapa?" tanyanya mengubah posisi tidurnya menghadap Revan.

"Belum beliin kamu rumah"

"Gapapa kok, aku bakal ikut kemana pun kamu pergi" kata Ana sambil tersenyum.

"Beli rumahnya sama kamu aja ya, biar kamu bisa pilih sendiri sesuai yang kamu mau" jelas Revan.

"Aku gak maksa loh, kalo belum ada uangnya yaa gapapa" sanggah Ana.

"Ada insyaallah"

"Eh iya kata bunda, kamu seangkatan sama aku berarti umur kita sama dong?" tanya Ana mengalihkan pembicaraan agar suaminya tidak merasa bersalah terus.

Revan harus segera memberitahukan kepada istrinya, supaya semuanya jelas dan tidak salah paham.

"Sebenarnya saya lebih tua setahun dari kamu, eh kan udah ada di CV dulu" jelas Revan yang memang sudah ada di CV ta'aruf dulu.

"Eh iya kah? Lupa hehehe" kata Ana meringis.

"Dasar" kekeh Revan sambil mengelus rambut Ana.

"Berarti kamu gap year?"

"Iya, saya pengennya kuliah dengan uang saya sendiri dan gak mau memberatkan orang tua, ya walaupun orang tua saya tidak mempermasalahkan itu. Setelah lulus SMA saya langsung mikir bisnis apa yang banyak disukai anak muda, dan strategis. Alhamdulillah orang tua saya mendukung keputusan saya." jelas Revan kepada istrinya.

"Ohh gitu, tapi bisnis apa yang kamu ambil?"

"Cafe, alhamdulillah sudah banyak pelanggan" jawab Revan, memang cafe nya akhir-akhir ini meningkat pesat.

"Alhamdulillah, terus dimana tempatnya?" tanya Ana ingin tahu.

"Kamu tau kok, bahkan jadi pelanggan tetap kayaknya" kekeh Revan.

"Ha? Aku tau?" Ana mikir dengan keras, ia sebelum kuliah memang jarang ke cafe-cafe, tapi semenjak kuliah dan bertemu sahabat-sahabatnya ia sering ke cafe hanya untuk sekedar makan atau ngerjakan tugas. Dan satu-satunya cafe yang sering Ana kunjungi adalah cafe depan kampusnya.

Ana langsung membelalakkan matanya saat menyadari itu semua. "Cafe senja?"

Revan hanya tersenyum mengangguk.

"Itu punya kamu?" tanya Ana masih tidak percaya, pasalnya siapa yang tidak tahu cafe hitz itu.

Revan terkekeh melihat ekspresi Ana.

"Aaaa bangga banget" ucap Ana langsung memeluk Revan erat tanpa sadar. Revan juga kaget dengan tindakan tiba-tiba dari Ana.

Ana tersadar lalu melepas pelukannya, ia malu dengan tindakannya. Revan tiba-tiba menahan pelukan Ana dan ia memeluk balik, mengusap punggung Ana dengan lembut.

"Dah yok tidur" pinta Revan.

Ana masih diam membeku, jantungnya berdetak sangat kencang.

"Selamat malam istriku" ucap Revan diakhiri dengan kecupan di kening Ana.

"Selamat malam suami" balas Ana malu-malu lalu menenggelamkan wajahnya di dada Revan.

Mereka berusaha membiasakan dengan kehadiran masing-masing, saling percaya, dan terbuka satu sama lain.

***

TBC

Terima kasih vote dan komennya 🌻

Bagaimana chapter ini???

Jika ada kesalahan dalam penulisan mohon ditandai, terima kasih.

Happy Wedding Ana&Revan 💌

Gimana-gimana? Hehehe

Lauhul Mahfudz (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang