1

1.2K 45 6
                                    

Sudah satu tahun lebih semua pelajar di Indonesia menjalani sekolah daring. Begitu pula dengan kampus tempat Ana menempuh pendidikan, menjadi mahasiswa baru tentu yang ditunggu-tunggu gadis tersebut, bertemu teman baru, pelaksanaan ospek, dihukum karena tidak lengkap atribut ospeknya, naksir dengan kakak BEM, tapi sayangnya itu hanya ada di novel-novel yang sering Ana baca. Nyatanya realita tidak seindah ekspetasi, keadaan bumi kita yang mengharuskan para mahasiswa baru memulai kuliah mereka secara daring.

Walaupun masih kuliah daring, Ana sudah memiliki kos untuk ia tempati. Menurutnya akan lebih menghemat waktu jika tinggal di kos, karena jarak rumah dengan kampusnya cukup jauh.

Kabar seminggu yang lalu dari kampus, mengharuskan Ana packing malam ini. Besok pagi ia akan berangkat menuju kos yang sudah ia booking. Ya, kabar tersebut adalah kabar untuk seluruh mahasiswa memulai kuliah luring. Sama halnya dengan teman-teman kampusnya, Ana juga sangat antusias mendengar kabar tersebut, sehingga senyumnya tidak luntur dari wajah cantiknya.

Tok.....tok.....tok.....

"Ana yukk makan dulu" panggil Kinan. Mamanya Ana.

Ana langsung bangkit dari posisinya, berjalan ke arah pintu kamar yang tertutup.

Ceklek

Dengan senyum yang masih ada di wajah cantiknya, Ana langsung menggandeng tangan Kinan untuk turun ke meja makan. Sudah ada sang ayah yang menunggu di meja makan, dengan memperhatikan dua bidadari kesayangannya.

Ana mengambil tempat duduk di seberang ayahnya. Sementara sang mama duduk disebelah suaminya.

"Happy banget kayaknya, senyum terus dari tadi" goda sang ayah yang melihat senyum anak semata wayangnya.

Masih dengan senyum yang merekah Ana menjawab "Iya dong, kan udah masuk kuliah yang beneran, ketemu teman yang selama ini cuma ada di layar" diakhiri dengan gelak tawa mereka.

"Dahh, yukk makan" sahut Kinan.

Mereka makan dengan sangat tenang, tidak ada pembicaraan saat makan. Hingga terdengar dentingan sendok dan garpu yang menandakan makan malam telah usai.

Setelah meneguk air putih Ana bertanya "Besok berangkat jam berapa, Yah?" yang ditujukan kepada Kevin sang ayah.

"Yaa terserah kamu, besok ayah free".

"Hmmm jam 8 gimana? Biar nggak macet" timpal Ana.

Weekend. Satu kata yang menandakan bahwa benar adanya jika diluar sana pasti ramai orang-orang mengisi waktu liburan mereka dengan keluarga.

"Oke".

Seketika suasana meja makan mendadak hening. Mereka bergelut dengan pikirannya sendiri. Tidak menyukai hal tersebut, hingga akhirnya Ana membuka suaranya kembali "Besok beneran mama nggak ikut?" tanya Ana dengan nada sedih.

Mendengar nada sedih dari anaknya, Kinan lantas tersenyum dan menggeleng "Mama kurang enak badan".

Benar saja, sejak tadi pagi Kinan sudah merasakan badannya tidak enak. Padahal ia juga ingin mengantar anaknya yang sebentar lagi mungkin akan jarang ketemu.

Ana mengangguk paham "Yaudah, Ana mau istirahat dulu" pamit Ana lalu menghampiri pasangan suami istri tersebut.

"Syafakillah mama sayang" ucap Ana sambil memeluk mamanya.

Tanpa ada yang tau mata Kinan berkaca-kaca.

"Selamat malam mama, ayah" lanjut Ana sambil mencium pipi ke dua orang tuanya.

Saat sudah menghilang menaiki tangga, Kevin yang peka langsung memeluk istrinya. Dan benar istrinya terisak dalam pelukannya.

"Sssttt.....udah ma, Ana kan cuma kuliah, lagian masih satu kota kan, nanti kita sering-sering jengukin dia." bujuk Kevin menenangkan istrinya.

Kinan masih terisak dan masih memeluk erat suaminya. Ya, beginilah kalau anak semata wayangnya tinggal jauh darinya. Selama ini Ana tidak pernah jauh dari kedua orang tuanya. Jika Ana ingin menginap dirumah temannya, maka Kinan akan membujuk Ana dan temannya supaya menginap dirumahnya saja.

***

Pagi hari di halaman depan rumah komplek Nirwana, terdapat dua keluarga yang sedang bercengkrama. Para orang tua mengantarkan anak mereka untuk pindahan (kos). Walaupun mereka menempuh pendidikan tinggi yang ada di kota ini, tetapi jarak tempuh dari rumah ke kampus cukup jauh, sehingga orang tua mereka memilih untuk mencari tempat kos yang dekat dengan kampus.

Setelah para orang tua mengobrol cukup lama, hingga akhirnya Ana yang sudah siap dengan menggunakan gamis warna merah muda dan dipadukan dengan pashmina warna hitam menghampiri mereka di halaman rumah. Tidak lama kemudian anak tetangga juga keluar rumah dengan menggendong tas ransel besar sambil mencari keberadaan ibunya, lalu menghampirinya. Ia tersenyum kepada mereka, yang masih belum selesai mengobrol.

"Ehh nak Rega sudah mau berangkat yaa?" tanya Kinan. Ya, anak tetangga tersebut bernama Rega. Ia juga menempuh pendidikan tinggi yang sama dengan Ana.

"Iya tante" jawab Rega sambil tersenyum ramah.

"Ohh iya, tante mau nitip nihh sama kamu" lanjut Kinan.

"Nitip apa yaa tante?" balas Rega sedikit bingung.

"Nitip anak kesayangan tante" sambil merangkul Ana. "Tolong jagain dia di sana yaa, kalau nakal tegur aja" lanjut Kinan dengan terkikik. Walau sepenuhnya ia berharap ada yang menjaga anaknya disana.

"Ihh mama dikira aku barang apa? Sampai dititipin segala" jawab Ana dengan nada kesal dan memanyunkan bibirnya.

Mereka semua kompak tertawa melihat raut wajah kesal Ana.

"Insyaallah tante saya bakal jagain Ana" balas Rega diakhiri dengan senyuman.

Suasana mendadak mellow saat Kinan memberi wejangan kepada anak semata wayangnya.

"Ihh mama kenapa jadi nangis-nangisan gini sihh" lirih Ana dengan mata berkaca-kaca. "Kan mama sama ayah bisa jengukin Ana kesana atau nggak Ana aja yang pulang setiap minggunya" lanjut Ana sambil terus memeluk Kinan.

"Nggak biar mama sama ayah aja yang kesana" jawab Kinan sambil membalas pelukan anaknya.

Interaksi ibu dan anak tersebut tidak luput dari perhatian mereka yang masih disana.

"Yaudah yuk berangkat" sela Kevin untuk mengakhiri drama ibu dan anak ini.

Sambil tersenyum Ana menggambil tangan mamanya untuk dicium. "Ana berangkat yaa ma".

"Hati-hati yaa nak" ujar Kinan sambil mencium kepala Ana lalu menatap Rega "Titip anak tante yaa" dengan mata yang berkaca-kaca.

Dibalas dengan senyuman dan anggukan oleh Rega.

Yang mengantar Ana ke kos hanya sang ayah, karena mamanya masih kurang enak badan.

"Rega berangkat sama kita aja yuk sekalian" tawar Kevin saat kendak memasuki mobil.

"Enggak usah om, saya berangkat bareng sama temen, sudah janjian" tolak Rega dengan sopan.

"Ohh yaudah kalau gitu".

"Assalamualaikum" pamit Ana sambil memasuki mobil.

"Waalaikumsalam" jawab mereka yang masih di halaman depan rumah.

Mobil yang ditumpangi Ana sudah melaju menuju tujuan. Rega juga ingin berangkat karena sudah ditunggu teman-temannya.

"Yaudah bu, tante, Rega berangkat dulu yaa, assalamualaikum" sambil mencium tangan ibunya tak lupa ia juga mencium tangan Kinan.

"Waalaikumsalam, hati-hati" jawab para ibu yang masih setia menatap kepergian mereka hingga tidak terlihat lagi.

Motor sport yang dikendarai Rega melaju dengan kecepatan sedang, tiba-tiba sudut bibirnya terangkat, entah apa yang membuat remaja tersebut tersenyum dalam perjalannya menuju kos bersama teman-temannya.

***

TBC

Terima kasih sudah membaca🌻.

Bagaimana chapter ini???

Lauhul Mahfudz (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang