Setelah dirayu beberapa kali oleh Sisil akhirnya Ana mau berangkat ke kampus pagi ini. Ia juga berjanji agar selalu ada di dekat Ana.
Saat mereka melewati lorong menuju kelas, banyak mahasiswa yang berbisik-bisik, bahkan ada yang terang-terangan menyindir Ana.
Ana mempererat pegangannya kepada lengan Sisil. Mereka juga tidak paham apa yang mahasiswa bicarakan hingga melihat Ana sebegitu nya.
"Salah sangka gue selama ini"
"Iyaa, kelihatannya aja alim tapi kelakuannya—"
"Jalang" seru mereka kompak
"HAHAHAHA"
Ucap salah satu gerombolan cewek-cewek.
"Dibayar berapa sama Rega?"
"Bisa kali sama gue nanti malam" celetuk seorang cowok yang berjalan mendekati Ana.
"Heh! Kalian semua apaan sih?" bentak Sisil
"Jangan mau ditipu sama temen sok alim lo itu"
Seakan tahu pembicaraan mereka mengarah ke mana. Sisil segera membuka ponselnya untuk memastikan. Dan benar saja terdapat foto Ana dan Rega memasuki club malam.
"Dengar yaa, kalian semua gatau kejadian sebenarnya, jangan asal nuduh hanya karena foto doang" ucap Sisil dengan emosi yang memuncak.
Sementara Ana hanya pasrah menunduk dan mengeratkan pegangannya. Segera Sisil menarik Ana menuju kelas.
Dan ternyata di kelas pun tak jauh beda dengan di lorong tadi. Bahkan teman kelas Ana menyindirnya terang-terangan.
Ana tidak tahu harus berbuat apa, saat ini ia hanya bisa menangis dan ingin sendiri. Tetapi bentar lagi kelas akan mulai.
"Na, tenang yaaa, gua bakal bungkam mulut mereka nanti" geram Sisil
"Gue takut Sil"
***
Jam sudah menunjukkan waktu pulang. Kelas Ana sudah sepi dari 10 menit yang lalu. Semenjak pelajaran berlangsung Ana sama sekali tidak fokus, raganya di kelas tapi pikirannya entah kemana. Sisil yang setia menemani sahabatnya tersebut tidak tega. Ia kehilangan sosok periang, sosok yang jadi target jailnya.
"Yukk gue antar pulang" ujar Sisil
Sejujurnya Ana tidak ingin bertemu dengan orang-orang, ia ingin menunggu sampai keadaan kampusnya sepi. Walaupun mustahil untuk sepi di jam-jam sekarang.
Merasa tidak tega melihat Sisil yang sangat mengkhawatirkannya. Akhirnya Ana memutuskan untuk pulang.
Sampainya di depan pintu kelas, ternyata sudah ada Rega dan dua temannya. Kaget, takut, Ana langsung menyembunyikan dirinya dibelakang tubuh Sisil.
"Mau apa lo?" emosi Sisil seketika muncul melihat mereka bertiga.
"Gue mau minta maaf sama Ana" ucap Rega
"Sorry, Ana nggak bisa diganggu"
Ana sudah tidak tahan, ia takut, tanpa menunggu lama-lama, Ana langsung berlari menghindari mereka.
"Na" panggil Rega dan ingin mengejar Ana tapi ditahan oleh Sisil.
"Jangan egois, Ana masih takut sama lo" peringat Sisil kepada Rega.
"Gue bisa jelasin Sil, ini nggak seperti yang lo kira" ucap Guntur dengan nada penyesalan.
"Sorry, gue juga kecewa sama kalian"
Sisil langsung pergi menyusul Ana. Lalu Guntur menepuk pundak Rega. "Sabar, gue bakal bantu jelasin ke Sisil"
***
Setelah beberapa kali bujukan akhirnya Sisil mau mendengarkan dari pihak yang lain. Sekarang ini mereka berempat berada di taman kampus. Untuk bertemu dengan mereka Sisil berbohong kepada Ana jika ia ada urusan keluarga.
Guntur menceritakan semua permainan konyol mereka waktu itu. Tanpa dikurangi sedikit pun. Mendengar cerita tersebut membuat Sisil geram.
"Gue minta maaf, gara-gara gue semuanya kayak gini" ucap Guntur
"Ini emang salah gue, yang ngasih dare ke Rega untuk ngajak Ana ke club" lanjut Guntur
"Tapi kejadian yang di club diluar dugaan gue" ucap Guntur dengan penuh penyesalan
"Seharusnya lo mikir dong, kalau di dalam club itu ga mungkin baik-baik aja. Apalagi dipengaruhi alkohol" geram Sisil
"Gue juga minta maaf, karena gue gabisa jaga amanah dari Tante Kinan" ujar Rega yang dari tadi hanya menyimak.
"Gue nyesel banget, sampai Ana nggak sudi liat gue" lanjut Rega menyesal
"Lo ga mau minta maaf juga?" sindir Sisil ke Habib yang hanya diam menyimak.
"Gue ga ikutan"
"Ck"
"Terus gue harus gimana Sil?" tanya Rega frustasi
"Yaa lo usaha kek, buat dapat maafnya Ana"
"Dia selalu menghindar, lo tau itu" seketika Rega ingat raut muka Ana waktu pertama kali ketemu setelah kejadian malam itu "Kabar dia gimana Sil?"
"Kayak yang lo liat, dia kacau, gaada semangat lagi, sedih gue" keluh Sisil yang mengingat kondisi Ana akhir-akhir ini.
"Gue bakal bantu, supaya Ana mau ngomong sama kalian" lanjut Sisil yang kasihan dengan mereka tetapi lebih kasihan sama sahabatnya sendiri, ia ingin mengembalikan Ana yang dulu, dan berdamai dengan masalahnya.
"Serius?" tanya Rega dan Guntur antusias
"Hmm, tapi kasih Ana waktu untuk tenangin diri dulu"
***
Tidak jauh dari tempat mereka ternyata ada seseorang yang tidak sengaja mendengar obrolan mereka. Akhirnya ia tahu alasan yang membuat Ana ketakutan malam itu. Gadis yang akhir-akhir ini selalu ia sebut dalam doanya.
Ternyata Ana satu kampus dengannya, fakta yang baru ia ketahui. Ya karena Revan anak yang pendiam selalu ke perpustakaan, tidak peduli tentang gosip yang booming. Sejujurnya Revan ingin bertemu dengan Ana lagi. Tapi Ia tidak tahu caranya, ia hanya bisa menyebutkan nama tersebut dalam setiap doanya dan ia serahkan kepada Allah.
Manusia memang bisa merencanakan, tapi hanya Allah yang berhak menentukan.
***
TBC
Terima kasih sudah membaca 🌻
Bagaimana chapter ini???
Semoga suka, jangan lupa share ke yang lain yaa cerita ini :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lauhul Mahfudz (END)
EspiritualBismillah Lauhul Mahfudz Kita tidak tahu apa yang ditulis Allah di Lauhul Mahfudz, tentang masa depan kita, tentang orang-orang yang datang dan pergi, tentang umur kita, bahkan jodoh kita. 🌻 Kanaya Anadita seoran...