Chapter 1 : Percintaan Panas

26.2K 120 0
                                    

Di dalam sebuah kamar apartemen yang berukuran cukup besar, seorang pria dewasa dengan seorang gadis muda tengah bergelut meraup kenikmatan duniawi. Embusan angin dan suara derasnya hujan yang membasahi Kota Jakarta malam itu tak menyurutkan niat keduanya untuk mencapai puncak kenikmatan bersama.

Keduanya saling menelusuri titik-titik sensitif satu sama lain, hingga desah penuh kenikmatan pun lolos keluar berkali-kali dari bibir manis sang gadis. Lampu kamar tidur yang temaram dan embusan angin dingin dari pendingin udara menjadi saksi kala kedua insan yang sedang dimabuk cinta itu sedang menikmati indahnya sebuah percintaan yang tidak seharusnya mereka nikmati.

Derit tempat tidur berbunyi seirama dengan gerak tubuh sang pria di atas tubuh gadis muda yang dicintainya tersebut. Tanpa rasa bersalah dan tanpa halangan keduanya bergerak bersamaan berusaha mencapai sebuah pelepasan yang merupakan puncak kenikmatan dari sebuah percintaan.

"Ahh, ya disitu, Mas. Umm," desah sang gadis sambil memejamkan mata.

Peluh keringat dan napas yang memburu ikut mewarnai percintaan keduanya. Sang gadis melingkarkan keduanya tangannya ke leher pria yang baru saja menjadi kekasihnya sambil sesekali bibir keduanya saling beradu, berusaha sekedar mencecap rasa dari bibir ranum pasangannya.

Beberapa saat kemudian, keduanya pun mencapai pelepasan bersama-sama. Sang pria berbaring di samping gadis itu, mereka berusaha menstabilkan napas yang terengah-engah, bagai seseorang yang telah berlari bermil-mil jauhnya. Tangan keduanya saling mengggenggam dan pandangan mata pun saling menatap dengan penuh cinta.

"Mas, sudah puas? Kalau mau lagi bilang ya," tanya gadis cantik bermata indah tersebut sambil menarik selimut yang terletak di bawah kakinya untuk menutupi tubuh telanjangnya, lalu kembali berbaring.

"Aku lelah, Sayang. Kamu cukup kuat ya," jawab pria itu sambil memandang ke langit-langit kamar.

"Demi kamu, aku kuat. Makasih ya, Mas, malam ini aku klimaks beberapa kali. Nikmat sekali."

"Mas senang kalo kamu bisa orgasme. Oh iya, Mas harus pulang, istri menunggu di rumah."

Pria itu berbalik, menoleh pada gadis muda yang berada di hadapannya dan menjawab, "Aku akan kembali lagi besok. Tenang saja dan terima kasih sudah kasih Mas pelayanan yang memuaskan."

"Lalu, bagaimana kalau istri Mas tahu dengan hubungan kita ini?"

"Aku belum tahu. Kita lihat saja nanti."

"Mas, aku tidak mau berpisah dari kamu. Bagaimana kalau aku mengandung anakmu, Mas."

"Kamu serius?" tanya pria itu tanda tak percaya.

"Iya, dengan begitu ikatan kita menjadi lebih kuat," jawab gadis itu seraya membelai wajah kekasihnya.

"Aku selalu menginginkan hadirnya keturunan tapi Melinda tak kunjung hamil hingga saat ini, meski kami telah berkonsultasi dan berobat ke mana-mana. Aku memiliki segalanya, tapi rupanya Tuhan belum mempercayakan aku dan Melinda untuk menjadi orang tua."

"Maka dari itu, Mas. Aku bersedia mengandung anakmu. Ayo kita coba."

"Tapi, status kita masih belum jelas. Kasihan anak itu nantinya."

"Kita berusaha saja dulu, Mas. Bukankah Mas bilang akan mengatur masalah ini?"

"Iya, tapi semua butuh proses. Tidak semudah itu, Nara."

"Tapi, aku benar-benar ingin menjadi seorang ibu." Nara memeluk erat tubuh Dicky. Keduanya pun saling berpelukan erat satu sama lain.

"Untuk saat ini, biarkanlah semuanya berjalan apa adanya dulu. Aku berjanji akan mengatur semuanya."

"Terima kasih, Mas. Aku sayang sama kamu."

"Aku juga."

Sementara itu, di sisi lain dari kamar kost tadi. Tepatnya di sebuah restoran yang terbilang mewah, seorang wanita sedang mengikuti acara arisan para ibu-ibu muda. Wanita itu bernama Melinda Halim. Seorang yang berpendidikan tinggi dan taat agama, ia juga memiliki paras yang cantik dengan tubuh yang tinggi semampai serta proporsional.

Banyak orang berkata jika pandangan mata Melinda indah dan tampak sendu. Semua itu benar adanya. Matanya yang bulat yang dipercantik dengan bulu mata yang tebal, alis mata tebal yang tertata rapi, tulang hidung yang tinggi serta bibir mungil berwarna merah muda.

Tiga tahun lalu, ia menikah dengan kekasih sejak masa sekolah menengah dulu yang bernama Dicky Halim. Mereka menjalin kasih cukup lama, hingga akhirnya tiga tahun lalu Dicky menikahinya.

Namun, hingga saat ini keduanya belum dikaruniai keturunan. Hal ini membuat Melinda resah dan rendah diri, karena semua wanita di arisan yang ia ikuti telah memiliki anak. Jadi ketika mereka membahas tentang keunggulan anak-anak mereka, hati Melinda sedih dan sakit. Sama seperti ketika malam ini. Beruntungnya, seorang wanita yang bernama Kartini menyela pembicaraan para ibu-ibu.

"Maaf, Ibu-ibu. Bagaimana jika kita membahas hal lain?" ujar Kartini.

"Boleh, bosan juga ya kita selalu bahas anak-anak terus. Memangnya ada bahan gosip apa, Jeng?" tanya salah seorang ibu pada Kartini.

Di dalam ruangan khusus itu, duduk enam orang ibu-ibu muda yang tergabung ke dalam arisan eksklusif yang dikepalai oleh Kartini. Beliau merupakan ibu RT di kompleks tempat mereka tinggal. Suaminya kaya raya dan hidup mereka cukup membuat iri semua orang, tetapi ada yang tidak Kartini ketahui, semua orang yang hadir tahu mengenai perselingkuhan yang dilakukan oleh suaminya.

Malam itu, semua mata memandang ke arah Kartini dan menunggunya untuk membahas bahan gosip yang panas serta spektakuler. Usai mengembuskan napas panjang, Kartini menaruh gelas yang semula dia pegang.

"Begini, aku mau curhat sebenarnya. Mungkin bagi kalian, hidupku nampak sempurna dan nyaman dengan segala fasilitas yang kupunya. Namun, semua itu hanya tampak luar. Selama ini aku kesepian, suamiku sudah tidak memberi nafkah batin. Aku tersiksa. Namun, siksaan ini masih diperparah dengan hadirnya orang ketiga. Bahkan, mereka sudah memiliki seorang bayi yang baru saja lahir. Setelah mengetahui hal ini, aku tidak ingin menyapa suamiku lagi. Kami diam satu sama lain. Rasa cinta yang ada di dalam hati seketika berubah menjadi rasa benci. Belum ada jalan keluar yang kami bicarakan, dan aku pun tidak mau dimadu," jawab Kartini.

"Ya ampun, kami turut bersedih, Jeng. Lalu, apa rencanamu selanjutnya?" tanya salah seorang ibu.

"Aku tidak tahu, aku menunggu kesiapan hati untuk membahas hal ini bersama dengannya. Di antara kami sudah ada anak-anak, tentu tidak semudah itu untuk bercerai. Dampak psikologis yang akan ditanggung anak-anak tidak dapat kubayangkan," jawab Kartini sedih.

"Iya, Jeng. Sama-sama tidak ada jalan keluar, mungkin memang lebih baik jika dimadu," ucap salah seorang ibu.

"Dimadu? Belum tentu suami kita adil," ucap Melinda.

"Melinda benar. Istri muda biasanya memiliki banyak kelebihan. Tubuh kita sudah tidak seperti dulu, sedangkan mereka muda, cantik dan energik. Para laki-laki biasanya menyukai tipe seperti itu," ucap salah seorang ibu.

"Lebih baik kau pikirkan dulu masalah ini baik-baik, lalu bicarakan dengan suamimu. Sebab wanita itupun memiliki anak dengan suamimu. Aku turut bersedih, andai aku di posisimu, aku tidak tahu lagi harus bagaimana," ucap Melinda.

"Terima kasih, Ibu-ibu. Aku merasa sedikit lega dapat meluapkan perasaanku di sini kepada kalian semua. Tolong doakan agar aku dan keluargaku diberi jalan yang terbaik," ujar Kartini.

"Pasti, Jeng." Semua orang yang hadir ikut menguatkan dan memberi semangat kepada Kartini. Tanpa mereka tahu jika suami salah seorang dari mereka pun sedang melakukan perbuatan yang sama di malam itu.

To be continued ... 

Terjerat Cinta Wanita PenggodaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang