BTS 8

2.6K 409 69
                                    

⁜  ⁜  ⁜

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

⁜  ⁜  ⁜

Dengan pesawat khusus, penerbangan ke Amsterdam tidak memakan waktu lama. Setelah memakan sedikit kudapan dan berbincang dengan rekannya tentang misi kali ini, yaitu menyelamatkan sandera dari tangan teroris, pesawat mulai mendarat di bandara Schiphol.

Bandara itu besar dan luas. Sebagian besar rambu dan pengumuman ditulis dalam bahasa Belanda dan Inggris. Sebagian kecil dalam bahasa Polandia. Tapi Zhan tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Ia cukup tahu bahwa populasi imigran Polandia di Belanda mencapai angka yang cukup besar. Selain itu, turis dari berbagai negara yang mengunjungi negara ini juga terbilang banyak.

Butuh beberapa menit untuk menyusuri kota yang dipenuhi jalan-jalan sempit, kereta dorong, dan para pengendara sepeda. Ada jalur khusus untuk sepeda di sebelah jalur kereta dorong. Jalanan dipenuhi orang lokal dan turis yang sampai saat ini Zhan tak mengerti bagaimana orang-orang itu bisa bergerak.

* * *

Zhan sudah pergi selama seminggu. Yibo mendorong kursi menjauhi komputer dan menatap langit di luar jendela. Mengapa langit berwarna biru di saat seharusnya kelabu, seperti hatinya belakangan ini yang sarat dengan kesedihan dan air mata. Yibo merindukan Zhan-nya. Bahkan kura-kura miliknya kini jadi tidak terawat karena ketiadaan pemuda manis itu untuk merawatnya.

Yibo mendesah berat mencerminkan isi hatinya yang sesak. Ternyata begini rasanya patah hati. Sangat menyakitkan.

Lamunan Yibo tentang kenangan bersama Zhan buyar oleh suara ketukan di pintu.

"Yibo!" Lisa memasuki ruangan dengan wajah senang. Tentu saja dia senang karena saingannya kini sudah tidak ada.

Zhan sudah tidak datang ke kampus selama satu minggu dengan alasan urusan penting di luar kota. Sewaktu Yibo membaca pengajuan surat cutinya, pria itu langsung lemas dan merasa separuh jiwanya hilang.

"Yibo, aku membuat makan siang terlalu banyak hari ini. Ayo, makan bersamaku." Yang sesungguhnya itu hanya taktik Lisa untuk mendapatkan kembali perhatian Yibo.

Namun, Yibo tak berselera. Sejak Zhan pergi, ia sudah kehilangan banyak selera dalam hidupnya. Selera untuk makan, selera untuk bekerja, atau pun selera untuk bertemu dengan orang lain.

"Lisa," Yibo membuka suaranya yang lesu. "Aku hargai perhatianmu padaku. Tapi aku sedang tidak ingin makan."

Kekesalan mulai menjalari diri Lisa. "Apa kau masih marah padaku?"

"Bukan itu. Aku hanya tidak berselera untuk makan." Yibo menyandarkan sebelah tubuhnya pada dinding, sambil melipat tangan di depan dada, ia memperhatikan pemandangan di luar jendelanya.

Lisa berjalan menghampiri pria itu. "Apa kau tahu bahwa kau sudah semakin kurus?"

"Tak masalah. Kalau itu bisa membuat dia kembali padaku aku rela melakukannya."

BACK TO SCHOOL ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang