《7》

369 55 0
                                    

••••

Malam ini Jeno sudah berdiri di halaman belakang istana bersama dengan Dong-min tentunya. Membawa pedang dan berpakaian seperti prajurit. Jeno dibuat tergelak dengan penampilannya sendiri. Baru pertama kali ia menggunakan pakaian aneh ini.

Dibawah sinar rembulan dan dikelilingi cahaya lilin yang diletakkan di sebuah bambu yang dilapisi kaca bohlam pada bagian lilin itu. Jeno seharian ini pun giat belajar dengan Dong-min kecuali saat kejadian tadi pagi.

"Om. Kita mau belajar tarung?" Tanya Jeno dengan pandangan mengarah pada senjata yang dipegangnya. Di depan sana Dong-min sedang mengasah pedangnya.

"Tentu. Kau harus pandai bertarung jika ingin menyelamatkan calon istrimu."

Eii berbicara tentang Jaemin...membuat Jeno sedikit penasaran rupa calon istrinya apakah ia cantik atau justru maskulin kan tidak mungkin jika menyandang nama istri berwajah sangar.

Dan juga ia penasaran dengan tubuh Jaemin, uh apa pria itu mempunyai tubuh mulus dan cantik seperti wajahnya? Jeno jadi tidak sabar untuk segera menemuinya.

"Hei!" Dong-min menepuk bahu Jeno saat pria itu menyelam dalam khayalan nya.

Jeno menoleh terkejut dan dengan cepat ia mengatakan, "ah ya. Ayo kita berlatih om!"

"Kau sedang memikirkan apa?" Goda Dong-min tersenyum seraya menaikkan sebelah alisnya.

"Tidak. Tidak ada."

"Kau menyembunyikan sesuatu ya? Hm? Memikirkan apa?"

'Kepo banget ni orang.' Batin Jeno namun sebisanya ia berusaha sabar.

"Jadi latihan? Kalau tidak, aku mau tidur saja."

Dong-min kembali tersenyum kali ini lebih lebar karena perlahan Jeno sudah bisa berbahasa baku. Akhirnya perjuangan nya tidak sia-sia.

"Ok. Jadi kau menantangku ha? Perlihatkan kemampuan mu pangeran."

Jeno tersenyum miring. Ia pun mengayunkan pedang dan bergerak maju. Mereka melakukan gerak dasar terlebih dulu mulai dari serangan, pertahanan, dan elakan.

Sekitar 30 menit mereka gunakan untuk berlatih yang sangat menguras tenaga itu. Jeno mendudukkan diri di lantai semen yang dijadikan pijakan pada halaman seraya mengusap keringat dan melepaskan satu persatu pakaian pelindung tadi.

"Lelah ha?" Tanya Dong-min yang masih bergerak sendiri menggunakan pedang sesekali melirik Jeno sedang sibuk mengatur nafas.

"Kau pikir! Ini pertama bagiku." Kata Jeno. Tangannya melepas pengaman pada bagian dada.

Dong-min terkekeh lalu ia menghentikan kegiatan nya dan berjalan pelan menuju Jeno. Memasukkan pedang nya pada wadah khusus ia terduduk disamping Jeno.

Mereka menikmati hembusan angin malam dan indahnya bintang bertaburan di langit gelap. Dong-min menghela nafas dengan pandangan menatap awan hitam itu.

"Selama kau koma semua berubah, pangeran."

Jeno mengalihkan pandangannya pada Dong-min setelah memandang langit malam menampilkan bulan dan bintang.

Ia memasang wajah bingung dengan menautkan kedua alisnya menatap Dong-min yang tidak lepas dari gelapnya awan.

"Hm? Apa maksudmu?"

Dong-min menoleh sebentar menampilkan senyumnya kemudian mengalihkan pandangan lagi.

"Selama kau tidur panjang. Ayahmu dan Hwang Honji semakin bermusuhan. Karena penyebab kau koma adalah tak lain anak pria Hwang itu, Hyunjin namanya." Jelas Dong-min.

Jeno tertunduk dengan raut bingung nya. "Hyunjin?" Gumam Jeno.

Ia mendongak menatap Dong-min. "Aku pernah mendengar nama itu. Si Hyunjin itu yang menculik Na Jaemin bukan?"

Dong-min menoleh lalu tersenyum menggoda membuat Jeno mengernyit. "Kau sudah tau tentang Jaemin rupanya." Dong-min mengedipkan sebelah matanya.

"Eii kau menjijikan uncle. Dan aku tau dari ibu jadi jangan salah sangka."

"Oh ya? Apa kau tidak penasaran dengan calon mu itu? Aku pernah melihatnya sekali saat aku menghadiri jamuan keluarganya..."

Bohong jika Jeno tidak penasaran. Bahkan tubuhnya sudah keringat dingin duluan memikirkan wajah calonnya. Ah sial dia malu sekali.

"...dan kau tau, wajahnya sangat cantik mengalahkan berbagai wanita dari kalangan bangsawan. Kulitnya begitu putih dan halus dan dia juga mempunyai senyum yang sangat manis." Dong-min menelisik respon Jeno.

Ia ingin tertawa saja melihat Jeno yang mengadah keatas dengan mata memejam sepertinya ia membayangkan wajah Jaemin. Terlihat juga Jeno beberapa kali menjilati bibirnya sensual.

Sontak Dong-min memukul kepala Jeno membuat nya tersadar dan mengusap pelan bagian yang dipukul.

"Astaga kenapa kau memukulku pak tua?"

"Kau membayangkan apa ha? Membayangkan bercinta dengan Jaemin?"

"Yak! Tidak...bukan...aku ah sudahlah aku mengantuk." Jeno segera berdiri dan memilih pergi, dalam hati ia mengumpat karena ketahuan berfantasi liar dengan membayangkan calon nya.

Dong-min hanya terkekeh melihat punggung Jeno yang menjauh. "Dasar."

••••






Prince?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang