••••
Jakarta, 09.15 AM.
"Jadi gimana?" Tanya lelaki berambut pirang bernama Hendra. Seraya mengambil kacang kulit di meja ia bertanya pada teman-temannya yang terduduk diam di sofa.
Niat hati Hendra mengusulkan mengadakan acara tracking ke sebuah destinasi pilihan nya yang lumayan tenang dan tidak banyak pengunjung. Sekedar menyegarkan otak.
Disinilah mereka. Di kediaman Zeno-si ketua geng. Menurut mereka rumah Zeno nyaman, luas, bersih, wangi dan tentunya banyak makanan. Rumah ini juga terlihat sepi karena orang tuanya sedang berbisnis di luar negeri.
Gion mengangguk menjawab pertanyaan Hendra. Ia meneguk sebentar colanya lalu melanjutkan, "ayo lah. Gua juga suntuk di rumah terus. Dikurung macam anak perawan."
Dino melirik kearah Zeno yang asyik bermain dadu. Setelahnya ia memberi kode pada Hendra dan Gion untuk menanyakan juga ke Zeno. Semua harus berdasarkan kesepakatan bersama bukan?
Gion yang memang duduknya bersebelahan pun menyenggol pelan lengan Zeno membuat lelaki berambut merah kecokelataan itu menoleh.
"Lo mau ikut kagak?"
Zeno menaikkan sebelah alisnya. Ia tidak mendengarkan diskusi temannya tadi karena terlalu fokus memutar-mutar dadu.
"Kemana bre? Tumben amat pada mau keluar. Biasanya juga bantuin emak ngurusin si bohay."
Sontak Gion memukul belakang kepala Zeno. Ya tidak ada salahnya juga perkataan si bangsat ini namun jangan diumbar juga. Bohay itu ayam betina milik ibu Gion.
"Mulut lo! Mau gua cincang ha?
"Halah belaga kejam lo nyet. Semut mati aja lo nangis berhari-hari."
"Wah ngelunjak lu Zen. Gua aduin bohay ni biar lo di perkosa."
"Sini lu aja yang gua perkosa." Zeno menggerling sebelah matanya pada Gion membuat si empu mendorong jauh tubuh Zeno hingga jatuh dari sofa.
"Sialan!" Umpat Zeno ketika bokongnya membentuk keras lantai marmer.
"Woii udah napa. Ini jadinya gimana? Pada setuju kagak? Mumpung bokap setor lele keluar kota." Hendra menengahi diangguki Dino yang mulutnya tersumpal kue hingga pipinya menggembung.
Sedikit fakta. Bapaknya Hendra adalah juragan empang yang biasa nyetor lele ke berbagai kota maupun desa.
Zeno beranjak berdiri seraya mengelus bokongnya yang sakit dan mendudukkan diri disamping Dino. Badmood lagi dia.
"Gua ngikut aja lah. Bosen juga dirumah gak ngapa-ngapain mending refreshing cari cewek sexy." Ujar Zeno. Ketiga temannya hanya mendelik malas. Terlampau biasa sifat playboy Zeno.
"Gua juga ngikut lah." Pasrah Gion, menyenderkan punggungnya di kursi.
"Oke sip. Berarti kita sepakatin besok berangkat ye?" Ucap Hendra seraya membuka kulit kacang lalu melahapnya.
"Yoi!" Kompak ketiganya.
••••
Dinasti Lee
Seorang pria berkulit putih dengan tubuh penuh luka terbaring lemas di sebuah ranjang kayu beralas kain. Matanya memejam dan sudah sebulan ia di prediksi koma oleh si tabib.
Sang tabib meracik berbagai ramuan guna menyadarkan sang pangeran yang sudah terlelap lama bahkan setelah kejadian peperangan dahsyat itu, pangeran belum membuka matanya. Efek tusukan pedang pangeran Hyunjin-putra mahkota kerajaan Hwang.
Terdapat banyak sekali bekas sayatan, tusukan di bagian perut dan lengan serta luka memar di wajah tampannya. Si tabib hanya meringis melihat tubuh mengenaskan putra mahkota keluarga Lee.
Suara keritan pintu membuat Johyun-tabib itu menoleh mendapati sang ratu berjalan anggun menatap sendu putranya yang terbaring tak berdaya. Melangkah mendekat tak lupa mengusap pelan rambut hitam anaknya.
"Bagaimana keadaannya? Apa belum ada perubahan?"
Johyun menggeleng pelan menjawab pertanyaan sang ratu. Berbagai tanaman obat sudah ia racik namun tubuh pangeran tak ber-reaksi apapun.
"Tidak ada perubahan Yang Mulia. Putra mahkota Lee tidak merespon semua ramuan saya."
Lee Soyoung-sang ratu, menghela nafas berat mengingat luka ditubuh anaknya tak hanya satu dan juga Johyun mengatakan putranya terkena tenaga dalam pasukan Hwang.
Ia jadi sangat menyesal membiarkan anak semata wayangnya ikut berperang dengan sang ayah. Entah karena apa kedua kubu itu saling menyerang bahkan Soyoung tidak tau.
"Aku berharap ada keajaiban datang." Ujarnya seraya membawa tangannya untuk mengusap lembut pipi tirus sang pangeran.
"Ne, saya juga mengharapkan seperti Yang Mulia Ratu katakan." Sahut Johyun menatap sayu pada kondisi pangeran yang tak kunjung mengalami perubahan.
"Yasudah. Tolong kau tetap berusaha meracik semua ramuan walau sangat mustahil untuk menyembuhkan. Aku akan meminta bantuan pada Yang Mulia Raja."
"Baik. Perintah dilaksanakan!" Tegas Johyun membungkukkan tubuhnya hingga siluet sang ratu menghilang dibalik pintu.
Johyun mengalihkan pandangan pada si pangeran. Sudah bertahun-tahun ia menjadi tabib kepercayaan kerajaan ini, baru sekarang ia merasakan keterpurukan mendalam Raja dan Ratu.
'Semoga ada keajaiban'
••••
Voment yok~
KAMU SEDANG MEMBACA
Prince?
Random[ BXB ] [ Nomin Area ] [ Mpreg ] Menjadi seorang pangeran di masa lampau? Itu tidak pernah terlintas dalam otak Zeno. Start: 271121 Fin: - ‼️tokoh dan karakter hanya fiksi jangan bawa ke RL. Homophobic bisa menjauh. Dan mungkin masih banyak kesalaha...