Pagi kali ini terlihat tak seperti biasanya. Jika biasanya Risa yang berkutat di dapur, berbeda dengan hari ini, karena Adit lebih dulu bangun dan berkutat di dapur untuk membuat sarapan. Sesuai perjanjian, Risa tidak akan menanggung tugas seperti perjanjian sebelumnya. Keadaannya seakan berbalik, menjadi keuntungan untuknya, leluasa tinggal di rumah itu dan menikmati hasil yang dia dapat.
Adit terlihat berbeda saat di dapur. Tangannya terampil memainkan alat dapur. Sudah menjadi hal yang tidak asing untuknya bermain alat dapur karena dia sudah sering melakukannya saat dalam tugas dan memaksanya untuk memasak karena jauh dari pusat kota.
Terdengar suara pintu terbuka membuat gerakan Adit sesaat terjeda, menoleh ke sumber suara. Risa terlihat rapi dengan mengenakan kaus hitam lengan pendek dipadu celana jins warna biru. Gadis itu tak pernah terlihat berlebihan dalam penampilan. Adit kembali fokus pada masakannya.
"Aku berangkat dulu." Risa pamit.
"Bisa tunda lima menit? Aku sudah masak untukmu," ungkap Adit.
Memasak untukku? Tumben. Risa membatin.
Adit menoleh ke belakang. Risa masih terlihat berdiri di depan pintu kamarnya. Dia bergegas menuang makanan yang dimasak ke dalam piring, lalu membawanya ke meja makan.
"Aku sudah selesai memasak dan tinggal makan saja. Kamu harus sarapan sebelum berangkat kerja." Adit meletakkan piring berisi nasi goreng di atas meja.
Demi menghargai akhirnya Risa menurut, berjalan mendekati meja makan lalu duduk di kursi. Dahinya terangkat karena hanya ada satu porsi makanan yang tersedia di atas meja.
"Kenapa hanya satu? Kamu?" tanya Risa.
"Aku mau olahraga jadi nggak perlu makan dulu. Bisa setelah pulang makannya. Beda sama kamu yang mau kerja dan harus makan terlebih dahulu."
Risa hanya mengangguk, lalu mulai bergerak untuk menyantap nasi goreng buatan laki-laki di depannya. Kali pertama Adit memasak untuknnya di pagi hari tanpa paksaan. Seketika gerakan Risa terhenti saat nasi goreng buatan Adit masuk ke dalam mulutnya.
"Kenapa? Nggak enak? Atau kurang sesuatu?" Adit memastikan.
Bibir Risa menyungging senyum, lalu kembali mengunyah makanan di dalam mulutnya. "Enak," ucapnya singkat di sela mengunyah.
"Kamu yakin?"
"Kalau tidak yakin mungkin aku sudah memuntahkannya."
Kali ini Adit yang tersenyum. Dia hanya hanya menyaksikan Risa yang sedang menikmati nasi goreng buatannya.
"Oh, iya. Setelah pekerjaanmu selesai aku ingin mengajakmu ke butik untuk persiapan nanti malam." Adit membuka obrolan penting.
Ah, aku hampir lupa jika nanti malam adalah acara lounching usaha baru dia. Aku belum ada ada persiapan apa pun mengenai pakaian untuk menghadiri acaranya.
Adit mengamati wajah gadis di hadapannya karena tak menanggapi ucapannya. Risa terlihat sedang melamun. "Aku menjamin keamananmu di sana," ucapnya meyakinkan.
Tatapan Risa sontak mengarah ke arah laki-laki di hadapannya. "Bukan itu," balasnya menepis. "Apa tidak lebih baik aku pakai pakaian yang ada saja? Aku masih memiliki gaun yang bagus untuk ke acara kamu," lanjutnya.
"Tinggal turuti saja perintahku." Adit beranjak dari kursi.
Tak ada jawaban dari Risa. Memilih diam adalah pilihannya. Membiarkan laki-laki itu dengan keputusannya. Menolak pun akan membuat keadaan keruh. Lagipula sudah lama Risa tak shopping. Apa yang Adit perintahkan akan menjadi kesempatan untuknya membeli pakaian baru.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Cop is My Husband (Tamat)
Random#1 in Bali (7 Desember 2021) #1 Pertemuan (11 Juni 2022) Aditya Putra. Dia rela melepas jabatannya sebagai pasukan khusus dalam dunia kepolisian karena menolak dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya, Fanya Laksmita. Adit tahu jika perjodohann...