"Tetap di sampingku, dan jangan ke mana-mana." Adit mengingatkan Risa saat mobil yang mereka naiki tiba di halaman tujuan.
Risa masih terpaku pada bangunan di depan sana. "Kenapa harus naik mobil jika tempatnya tak jauh dari rumah?" tanya Risa bingung. Dia tak tahu sama sekali mengenai bangunan itu, padahal lokasinya di depan kafe tempat Risa bekerja. Adit pun tak pernah bercerita jika bangunan itu akan menjadi tempat usahanya.
"Hanya untuk formalitas," balasnya sambil membuka pintu mobil. "Tetap di posisimu," lanjutnya menginstruksi.
Lalu, kenapa dia mengenakan pakaian formal, sedangkan usaha yang akan dia buka adalah tempat gym?
Pintu di samping Risa terbuka membuat pikirannya buyar. Sebuah tangan terulur di hadapannya. Sesaat menghela napas, meraih tangan Adit, lalu turun dari mobil. Mereka terlihat serasi layaknya pasangan pada umumnya. Adit terlihat sempurna dengan setelan jas warna hitam, sedangkan Risa terlihat anggun dengan gaun asimetris warna peach yang dibeli dari butik siang tadi. Sayang, hubungan mereka hanya sebatas simbiosis mutualisme saja. Keduanya jalan berdampingan menuju pintu masuk.
"Apa kamu tidak salah mengenakan pakaian ini untuk launching usaha barumu? Kenapa tidak mengenakan pakaian-"
Ucapan Risa terpotong karena Adit menghentikan langkah, membuatnya ikut menghentikan langkah, menatap ke arah depan. Seorang wanita berdiri persis di hadapan mereka. Risa sontak bertanya-tanya mengenai sosok wanita di hadapannya saat ini. Belum pernah melihat wanita itu sebelumnya. Pun bukan Fanya. Tatapan wanita itu mengarah pada Risa, meneliti penampilannya dari rambut hingga kaki. Risa merasa tak nyaman saat wanita itu seakan menelanjanginya.
"Sampai kapan kamu akan memanfaatkan wanita ini untuk menghindari pernikahan dengan Fanya? Berapa wanita lagi yang akan kamu manfaatkan?" tanya Wanita itu setelah puas menelanjangi gadis di hadapannya.
"Memanfaatkannya?" Adit tersenyum hambar setelah melontarkan pertanyaan itu. "Aku sudah mengenalnya lama, bahkan sebelum mengenal Fanya," lanjutnya.
Wanita di hadapan mereka saat ini adalah Anita, kakak Adit satu-satunya. Dia ikut membantu orang tuanya untuk membujuk Adit menerima perjodohan itu, karena tak ingin melihat orang tuanyabmenanggung malu dan dia bisa mendapat untung jika berhasil membujuk adiknya.
"Berhenti main-main, Adit. Cepat pulang dan minta maaf dengan Ayah sebelum kesabaran beliau habis."
"Keputusanku sudah bulat. Aku berhak menentukan pilihan sendiri. Ayah tidak berhak mengaturku, terlebih masalah jodoh."
"Kamu lupa kalau saat ini sedang mempertaruhkan keluargamu sendiri dan jabatanmu?"
"Jika kedatangan Kakak ke sini hanya untuk membahas masalah ini, lebih baik sekarang Kakak pergi. Aku nggak akan pulang sebelum Papa membatalkan perjodohan itu. Aku ingin memilih sendiri wanita yang nantinya akan menjadi istriku, dan terutama bukan dari kalangan kepolisian. Dan aku sudah siap melepas jabatan dan nggak diakui anak oleh mereka." Adit menarik tangan Risa agar mengikutinya, meninggalkan sang kakak yang masih berdiri pada posisinya.
"Mas Adit!"
Adit mengabaikan seruan itu. Mengenali suara yang menyerukan namanya. Siapa lagi jika bukan Fanya, wanita yang terobsesi akannya?
Langkah Adit terhenti ketika merasakan genggaman tangannya bersama Risa terasa berat. Dia sontak menoleh ke arah gadis di sampingnya. Risa terlihat menahan sakit. "Kamu kenapa?" tanyanya khawatir.
"Kaki aku sakit," eluh Risa sambil menjinjitkan salah satu kakinya yang lecet. Sudah cukup lama dia tak mengenakan hels, membuatnya kurang berhati-hati dalam melangkah. Terlebih mengimbangi langkah Adit yang lebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Ex-Cop is My Husband (Tamat)
Random#1 in Bali (7 Desember 2021) #1 Pertemuan (11 Juni 2022) Aditya Putra. Dia rela melepas jabatannya sebagai pasukan khusus dalam dunia kepolisian karena menolak dijodohkan dengan wanita pilihan orang tuanya, Fanya Laksmita. Adit tahu jika perjodohann...