~~~~~
Menikmati angin malam dengan sejuknya udara malam di kota ini memanglah yang paling baik.
Mungkin inilah yang di rasakan remaja yang satu ini, ya.... Saat ini sandy dengan perasaanya yang sangat gundah sedang berada di atap rumah sakit setelah ia mendapatkan kabar yang membuatnya harus berkutat lagi dengan pikirannya.
Jam sudah menunjukkan pukul dini hari dimana sebentar lagi sang mentari akan hadir bersamaan dengan langit biru yang cerah.
Ia, sudah memutuskan untuk pulang segera dan pergi sekolah.
Di rasa sudah cukup puas dengan angin malam saat ini, sandy pun melangkahkan kaki nya untuk pergi meninggalkan rumah sakit.
Tak ada niatan bagi diri nya untuk meminta izin, karena sandy tau pasti Ayah dan Abang nya tidak akan perduli.
Ingin rasa nya dia berlari ke ruang rawat sang ayah, menangis dalam pelukan nya dan meminta maaf.
Sandy sangat lelah jika harus seperti ini, ia masih belum siap jika harus meninggalkan keluarganya saat ini.
Andai saja tuhan mau berbaik hati pada sandy untuk mempertahankan keluarganya dan memberikan kesempatan untuk merasakan hangat nya pelukan sang ayah serta canda tawa dari keluarga kecilnya.
Sandy melihat arloji yang di pakai dan menunjukkan pukul 04:45 dini hari. Dia mulai berlari kecil mencari taksi di sekitar rumah sakit.
Tak lama dari itu ia pun menemukan taksi yang ada di dekatnya dan menaiki mobil itu.
"SANDY!!"
"Pa,pak berhenti pak, maaf pak kayanya saya tidak jadi naik" dengan cepat ia turun dari mobil dan mendapati sang kakak yang terengah-engah sebab lari mengejar taksi yang di tumpangi sandy.
Untung saja sandy belum terlalu jauh pergi.
Sandy terdiam menunggu sang kakak untuk berbicara terlebih dahulu.
Mereka bedua akhirnya mencari tempat untuk duduk.
Raut wajah taeil mulai serius, mata nya terus menatap sandy yang ada di depan nya.
"Ba,bang?? Kenapa si?" Ujar sandy agar tak ada lagi kecanggungan baginya.
Taeil menundukan kepalanya, memegangi lututnya kuat-kuat. Terdengar sebuah isakkan yang tertahan kecil namun masih terdengar oleh sandy.
Sandy takut sebenarnya, ia ingin menyentuh pundak abang nya tapi tak berani.
"Bang kenapa bang?"
"Jangan bikin sandy panik deh"
Tiba-tiba taeil pun berdiri dan menuntun sandy untuk mengikuti nya berdri juga.
BUGHH ...
Satu tinjuan lolos begitu saja tepat di perut sandy.
Yang di beri tijuan tentu saja merasa sakit.
Taeil menarik kerah baju sandy menatap nya dengan tajam kali ini, sampai-sampai sandy pun merasa merinding tak berani menatap nya.
YOU ARE READING
Sandyakala || {ON GOING}
Short Storysatu harap yang Sandy impikan, yaitu kehadiran nya yang di terima hangat oleh keluarganya. Semoga harap itu berlaku pada 'sandy' Note: No Copy copy Di buat pada tanggal 23.05.21 Di publish pada tanggal 31.05.21 🥈Senja [2] 12/06/21 🥇Acak [1]...