-Fiveteen. Sandyakala

92 6 7
                                    

.
.
.

'UGD'
(SEDANG OPERASI)

"Gila, jaemin gila ga nyangka gue dia bakal sekejam ini" lirih jeno  yang terlihat begitu panik dengan apa yang baru saja terjadi beberapa waktu lalu.

Jeno dan yang lain tak bisa berbuat apa pun saat itu, mereka sudah melihat tubuh sandy yang tak berdaya saat berusaha mendobrak pintu gudang ketika mendengar teriakkan sandy dari dalam.

Renjun sempat mengejar jaemin yang kabur tapi nihil kaki nya yang tinggi memberi langkah yang besar saat berlari jadi begitu cepat. Ya, singkat nya renjun kehilangan jejak jaemin.

Kecewa? Tentu, renjun maupun yang lain memang tidak begitu tau masalah apa yang sebenarnya terjadi di antara mereka. Tapi, untuk sebuah hukuman yang di lakukan seorang siswa SMA itu sudah kelewat batas dan kejam.

"Mana sandy? Kenapa adek gue bisa kaya gini ?!" Pria itu mencengkram kuat kerah baju milik jeno, tatapannya penuh kebencian seakan ia akan membunuh orang yang sudah membuat adik nya tak berdaya di atas kasur UGD dengan luka-luka yang di perban.

Jeno hanya bisa menunduk, ia juga merasa bersalah dan tidak tau harus bagaimana.

"Jawab gue BAJING!!!"

'BUGH'

Satu pukulan lolos tepat di perut jeno, taeil membuat jeno tersungkur ia menatap sekeliling teman-teman jeno disana dengan tatapannya yang sangat marah.

"Sekarang gue tanya sekali lagi, siapa yang buat adik gue kaya gini?" ujar nya penuh penekanan di akhir kata.

Tidak ada yang menjawab, hingga percakapan terpotong saat seorang pria paru baya dengan jas serba hijau nya keluar.

"Keluarga pasien?" Doc. Itu memanggil, sontak taeil menghampirinya, "saya dok, dengan kakak pasien" ujarnya khawatir.

"Jadi bagaimana kondisi adik saya dok?" Tanya nya penuh harap.

"Syukur lah luka tusukan di perut dan kaki nya tidak terlalu dalam jadi pasien bisa terselamatkan, namun pasien seperti nya kekurangan banyak darah karena luka benturan di sekujur tubuhnya ..." dokter itu menjeda kalimatnya dan ia menarik nafas untuk melanjutkan kalimatnya "... dan saya juga menemukan tumor pada pasien, apa sebelumnya pasien pernah berobat?" Lanjutnya, taeil terdiam pasalnya ia pun tidak tahu-menahu perihal tumor atau berobat yang dokter itu maksud.

"Saya kurang tau dok, dia gak pernah cerita bahkan di rumah pun kelihatan nya dia baik-baik saja ..." taeil menjeda kalimatnya, ntah kenapa tapi taeil mulai merasa gelisah, "ka-kalau boleh tau dok apa tumor nya berbahaya?" Lanjutnya kini tatapannya lebih teduh dari sebelumnya, rasa bersalah terus membuatnya gelisah.

"Seperti nya pasien pun tidak tau jika dirinya sedang sakit, mungkin sekarang kami akan mengambil tindakan pengangkatan tumor jika keluarga pasien mengijinkan"

"Pasti dok, pokoknya buat adik saya sembuh saya mohon dok"

"Kalau gitu keluarga pasien bisa ke tempat administrasi untuk segera melakukan operasinya"

"Baik dok" dokter itu hendak pergi namun ia membalikkan tubuh nya ke arah taeil berdiri, "kalau bisa tolong carikan obat yang biasa pasien konsumsi, mungkin pasien menyimpannya. Saya tunggu hingga besok pagi" ujar nya tersenyum lalu beranjak pergi dari pandangan taeil

Taeil berfikir sekira nya dimana sandy menaruh obat nya, "tapi ... apa yang terjadi sebenarnya dengan mu, sandy?" Lirih nya dalam hati.

Taeil melangkah melihat sang adik dari balik pintu ruang oprasi, hati nya sungguh merasa sakit saat melihat sandy yang begitu lemah di dalam. Taeil membalikkan badannya melihat anak-anak seumuran dengan sandy yang masih berada di kursi tunggu.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Mar 18, 2022 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

Sandyakala || {ON GOING}Where stories live. Discover now