chapter 10

3.8K 186 5
                                    

Sebelum baca klik dulu
Bintangnya
🌟🌟🌟

Tengkyuuuu buat yang udah VOTE
😘😘😘😘😘

Episode 10

"Kenapa salah? Apa suamimu akan marah?" tanya Max yang penasaran, apa benar perempuan di depannya ini sudah bersuami, tapi pastinya memang sudah, buktinya saja sudah punya anak. Benarkan? Namun tetap saja dalam hati kecilnya Max berharap jika Rani tidak memiliki suami.

"Sebenarnya kamu kesini ingin meminta maaf bukan? Karena sudah aku maafkan jadi lebih baik kamu segera pergi."

Rani mengalihkan pertanyaan Max yang tak nyaman untuk dia jawab. Lagipula kenapa pria dewasa di depannya itu malah repot-repot ingin tahu tentang kehidupannya?

"Aku akan pergi, tapi nanti setelah bertemu dengan suamimu. Aku ingin minta maaf padanya secara langsung."

"Suamiku sudah meninggal. Jadi kamu tak perlu meminta maaf kepadanya."

Rani sangat jengah dengan pria tampan yang sayangnya menyebalkan ini. Dia menahan emosinya karena pria tersebut seperti tak ingin pergi dari rumahnya.

"Kalau begitu bagus dong, artinya kamu sendiri saat ini. Jadi tak ada alasan untuk kamu tidak dekat dengan pria seperti diriku."

Rani tertawa dalam hatinya. Bagaimana mungkin pria ini Dengan tidak tahu malunya berbicara seperti itu?

"Selain tidak punya sopan santun, ternyata kamu seorang pria yang tidak tahu malu yah."

"Apa maksudmu?"

Max sangat geram mendengar ucapan yang keluar dari bibir pink Rani. Apalagi perempuan itu menatap dirinya seperti mengejek.

"Apa aku harus bicara secara gamblang kalau sebenarnya hatiku menginginkan kamu di usir saat ini? Mau pakai sapu, air satu ember atau kamu ada ide lain yang lebih menarik?"

"Berani sekali perempuan miskin seperti mu meremehkan diriku. Benar-benar tidak sadar diri. Sudah miskin, sombong pula. Seharusnya kamu bersyukur ada pria tampan dan kaya sepertiku yang ingin mendekat. Jika itu orang lain, aku sangsi akan ada yang rela mendekati perempuan miskin sudah beranak sepertimu."

Rani melihat rahang Max menegang dan sorot matanya memancarkan amarah. Sepertinya pria itu termakan oleh ucapannya. Ternyata tak sia-sia dirinya berakting menjadi orang yang menyebalkan saat ini. Sebenarnya Rani bukan perempuan yang akan berbicara tidak sopan, namun dia harus memilih saat ini dan inilah pilihannya. Lebih baik dirinya membuat Max marah agar pria itu bisa secepatnya angkat kaki dari rumahnya.

Rani sungguh sangat tidak nyaman dengan kehadiran Max di rumahnya, apalagi para tetangga yang dari tadi terus melirik ke arahnya.

"Baiklah aku akan pergi. Dan satu lagi. Aku menyesal datang kemari." ucap Max seraya bangkit dari duduknya.

"Mbak ini Nana nangis."

Namun saat Max akan melangkah pergi, suara seorang gadis muda menghentikan dirinya. Entah kenapa Max malah diam saja menatap gadis muda itu mendorong stroller.

Rena menyerahkan si cikal Regina pada sang kakak. Dia kemudian memangku Regis yang sedang terbaring di stroller.

Max yang melihatnya hanya mematung tak berkutik. Bayi-bayi yang berada di depannya itu sangatlah lucu, apalagi ternyata bayi kembar itu memiliki kemiripan dengan dirinya yang sama-sama berkulit putih pucat.

Namun alangkah terkejutnya Max saat bayi cantik yang berada di gendongan Rani itu menoleh padanya, sangat mirip dengan mendiang sang istri, Eva.

"Eva..."

surrogate mother (TAMAT) (Sudah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang