Edward sangat marah. Bisa-bisanya ia menyentuh gadis perawan yang bukan haknya. Edward memang hampir saja lepas kendali, tapi untung saja gadis itu mengaku padanya sehingga ia bisa mengendalikan libidonya.
Ini tidak boleh terjadi sampai berlarut-larut karena Edward pasti akan terkena masalah.
Edward masuk kekamar lain, padahal tidak ada pakain miliknya di kamar itu, tapi pasti ada jubah mandi bersih di setiap kamar. Edward memakainya lalu ia keluar berjalan keluar menuruni tangga. Ia mendekati meja telepon, lalu menelpon butik yang biasa di kunjungi putrinya.
"Ya halo, aku Edward, aku mau satu gaun berukuran M, tolong pilihkan yang simpel, polos saja kalau perlu. Juga pakaian dalam. Aku mau ukuran branya 36B. Tolong di kirim sekarang juga ke kediaman Desiree Latisha Adipura, mengerti? Oke, baik, aku akan transfer sekarang juga. Berapa tagihannya? Lima juta? Baiklah."
Edward menutup telepon. Dia sekarang bingung akan melakukan apa? Dia tidak mungkin kembali ke kamar melihat Jeni yang tidak memakai apa-apa.
"Di mana Miko?" tanya Edward pada pelayan rumah.
"Baru saja pulang dari membeli keperluan yang Pak Edward suruh." jawab si pelayan.
"Suruh dia stand by, mengantar putri Geronimo pulang kerumahnya."
"Baik pak." sahut pelayan.
Edward duduk di sofa sambil menunggu barang yang di pesannya datang.
Tiga puluh menit kemudian barang yang di pesannya datang. Edward menyuruh pelayan rumah menyiapkan makan malam. Jeni harus makan dulu sebelum ia pulang kerumah.
Edward memabwa tas berbahan kertas bermerek kembali ke kamarnya. Edward melihat Jeni dengan posisi telungkup, ia sedang menangis tersedu-sedu.
"Hei, cukup sayang, jangan begitu denganku. Maafkan aku oke?"
Suara Edward sangat lembut, membuai. Edward memang tipe pria yang lembut dan penyayang, pantas saja mendiang istrinya berselingkuh karena ia terlalu lembut.
Jeni tidak menyahut. Ia sedang marah pada dirinya sendiri. Dia telah bertindak sangat murahan karena ingin di sentuh oleh pria tua yang munafik dan sok jual mahal.
"Ayo bangun, ini baju yang kering, setelah itu kita makan ya."
Jeni patuh, ia memakai baju yang di bawa oleh Edward. Jeni tersenyun, Edward sangat memahami tubuhnya. Pakaian dalam dengan ukuran yang pas, namun gaunnya agak sedikit kedodoran. Jeni jadi terlihat seperti anak-anak yang memakai baju ibunya.
Jeni tidak peduli pada Edward yang sudah menunggunya di meja makan. Gadis itu meninggalkan rumah Edward tanpa berpamitan. Tentu saja Edward jadi kebingungan mencari-cari gadis itu.
"Kau tidak melihat dia pergi?"
Edward berteriak pada sikuriti."Tidak Pak Edward, sungguh saya tidak meelihatnya." sikuriti menjawab takut-takut.
"Haisss... Semua orang buta bisa-bisanya tidak bisa melihat Jeni meninggalkan rumah."
Edward berbalik masuk ke rumah lagi sambil mengumpat kasar. Edaward mencari-cari ponselnya lalu memcoba menelfon, tidak ada jawaban dari Jeni. Edward yakin, Jeni pasti marah dengannya karena di abaikan.
"Kenapa aku jadi suka menyusahkan diriku sendiri sih?"
Edward masih saja kesal. Lalu mencoba menelpon lembali. Kali ini Edward mendengar suara ponsel berdering. Edward berjalan cepat ke arah perpustakaan. Dan dia melihat tas Jeni tertinggal."Huh, Kau akan kembali Jeni."
Edward lega karena memiliki harapan untuk melihat Jeni lagi.❤

KAMU SEDANG MEMBACA
Edward's Baby
RomanceJenika Ivory Geronimo akan menikahi Romeo Adiaksa dengan terpaksa, karena tunangannya itu berselingkuh dengan wanita lain. Ia dan keluarganya tidak mungkin membatalkan pernikahan karena pernikahan itu akan di selenggarakan dalam hitungan hari. Namu...