Romeo terdiam sambil berpikir keras, karena memikirkan perkataan calon pegawainya. Romeo tidak ingin percaya bahwa Jeni berperan sebagai istri pria lain. Siapa laki-laki yang di maksud calon pegawainya itu? Di mana ia pernah melihat Jeni bersama pria lain?
Apa benar Jeni melakukan Affair? Dengan siapa? Apa pria itu bekerja di kantor yang sama dengan Jeni? Ah tidak!
Romeo mengenyahkan pikiran curiga pada Jeni. Ia tidak percaya Jeni melakukan Affair.
Romeo meraih ponselnya, menggenggamnya. Apa dia perlu menelfon?
❤
Jeni mendorong pintu ruangan Edward. Pria itu tersenyum memamerkan sebaris giginya yang rapi. Senang melihat Jeni menemuinya. Meskipun terlihat lemas tapi ia cukup ceria menyenangkan Pria itu.
"Hai sayang, kamu bilang suamimu tidak mengizinkan kamu keluar rumah?"
Edward berdiri mendekati Jeni. Pria itu memeluknya lalu menciumnya. Bibirnya terasa manis seperti biasanya.
"Aku kabur." bisik Jeni sambil tertawa.
"Istri nakal." Edward mencubit pipi Jeni dengan gemas lalu menciumnya lagi.
"Aku sedang kerja sebentar, setelah ini kita pulang, mau?" ajak Edward.
"Mau dong. Aku kangen banget sama kamu." keluh Jeni manja.
Edward menggandeng tangan Jeni ke arah mejanya. Edward memangku Jeni, menciumnya lalu kembali fokus pada komputernya.
Jeni yang mungil selalu nyaman berada di pangkuan Edward sambil merangkul leher Edward. Ia suka menggoda pria itu ketika bekerja. Kadang-kadang hingga Edward merasakan kejantanannya sesak di dalam celana panjangnya karena gairah yang melandanya.
"Kita menyetujui kerja sama dengan sebuah perusahaan di Dubai. Aku rasa perwakilannya akan mendatangi kita ke Jakarta. Apa kamu bisa menemaniku?"
Edward menatap Jeni yang juga sedang menatapnya."Tentu saja aku mau, kapan?"
"Belum di agendakan."
Edward kembali berdiri sembari menggendong Jeni seperi bayi. tangan besarnya yang kokoh menyangga bokong Jeni lalu meremasnya. Jeni sudah terbiasa di perlakukan dengan kasih sayang Edward versi ini. Itu salah satu tindakan Edward yang di sukai oleh Jeni dan membutnya melayang.
Edward berjalan mendekati pintu lalu menguncinya. Jeni menyentuh kedua wajah Edward lalu menundukkan wajahnya untuk mencium bibirnya. Bibir Edward yang selalu menggodanya. Bibir Edward yang mampu membuatnya melayang karena memabukkan.
Edward menghenyakkan pantatnya di sofa membuat Jeni terkikik.
"Hmmm... Kamu selalu saja membuat konsentrasiku hancur." Edward membalas ciuman Jeni sambil menggumam.
"Aku kan tidak mengganggumu." desis Jeni manja.
"Katamu begitu?" Edaward pura-pura kesal.
"Tapi kamu memang selalu begitu tiap melihatkku."
"Aku sudah katakan tadi."
Tangan Edward beralih meraba kaki dan paha Jeni yang mulus. Roknya sudah tersingkap hingga ke pangkal pahanya.
"Buka dong kancingnya, aku mau lihat!" bisik Edward. Suaranya penuh dengan getaran-getaran gairah yang sudah mulai menguasai otaknya.
Jeni tersenyum smirk lalu meraba kancing kemejanya.
"Mau lihat?"
"Ya."
"Lihat doang?"
"Nenen juga dong." sahut Edward membuat Jeni kembali terkikik.

KAMU SEDANG MEMBACA
Edward's Baby
Roman d'amourJenika Ivory Geronimo akan menikahi Romeo Adiaksa dengan terpaksa, karena tunangannya itu berselingkuh dengan wanita lain. Ia dan keluarganya tidak mungkin membatalkan pernikahan karena pernikahan itu akan di selenggarakan dalam hitungan hari. Namu...