1.

1.7K 127 2
                                    

Seorang pemuda berjalan, melihat pemandangan di sekelilingnya. Semua bangunan hancur, banyak kobaran api dan puing-puing reruntuhan. Orang-orang berlarian, berteriak meminta pertolongan. Berkali-kali meneriakkan kata 'pahlawan' dengan tangisan yang menyayat hati. Ia menunduk, mengepalkan tangannya. Tak sanggup melihat pemandangan itu terlalu lama.

Tiba-tiba suara gemuruh datang, orang-orang terdiam melihat sumber suara. Ia berhenti menangis, mendongak melihat pemandangan didepannya. Pahlawan kuat berdiri dengan tegap, tersenyum sambil menggendong orang-orang yang diselamatkannya.

Pahlawan itu mendekat, menghampiri pemuda rapuh yang berdiri tak jauh didepannya. Pemuda itu menatapnya, matanya berkaca-kaca. Memandang kagum sekaligus syukur. Pahlawan itu menunduk, membuat jarak mereka berdua semakin dekat. Pemuda itu terkejut, entah kenapa pahlawan itu tiba-tiba berubah menjadi orang yang ingin sekali ia kalahkan. Rambut berwarna merah putih dengan kostum biru familiar itu, Todoroki Shoto.

BRAK...! BRAK...! BRAK...!

"Katsuki, kalau kau tak bangun ibu akan mendobrak pintu kamarmu!"suara gedoran pintu terdengar keras di pagi buta ini.

"Hahh!!"Bakugo terbangun, ia duduk dengan napas yang tersengal-sengal.

'Apa yang kumimpikan?!, mengapa manusia setengah sialan itu ada didalam mimpiku?!'

Ia menoleh, kesadarannya baru kembali ketika suara gedoran pintu yang begitu berisik mengganggu pendengarannya. Bakugo menyadari ia sekarang bukan di kamar asramanya melainkan di kamar rumahnya. Hari libur kemarin ia manfaatkan untuk pergi mengunjungi orang tuanya dan menginap hingga hari masuk sekolah.

"Katsuki!"

"Iya-iya!"ia mengacak-acak rambutnya. Berdiri dari kasurnya, berjalan ke kamar mandi.

Suara gedoran pintu itu tak lagi terdengar. Hanya terdengar suara hembusan napas orang diseberangnya. "Cepat turun dan sarapan, ibu tidak bertanggung jawab jika kau telat nanti!"

"Berisik, aku tau!"

Wajah suram itu menatap cermin, masih menggosok gigi dengan tak beraturan. Ia sangat kesal, paginya hari ini sungguh berantakan.

'Bajingan, kenapa harus setengah sialan itu yang ada di dalam mimpiku?!'

•     •     •

Bakugo berjalan, menenteng tasnya menuju sekolah. Sekolah pahlawan bergengsi di seluruh negara ini, U.A. Ia masih memasang wajah kesalnya, bayangan mimpi yang masih ia ingat membuat ia merinding. Ia sendiri tak bisa membayangkan apa yang akan terjadi jika saja ia tidak segera bangun dari mimpi buruk itu.

Dari belakang, seseorang menyentuh pundaknya.
"Yo Bakugo, apakah kau tidur nyenyak semalam? Lihat kantung matamu! Sangat hitam!"

"Kubunuh kau!"Bakugo menjawab dengan teriakan. Kaminari yang masih belum terbiasa dengan sikap Bakugo berjengit.

"Wooh, okey-okey santai. Di pagi hari kau harus banyak tersenyum atau kau akan jadi pusat perhatian semua siswa"Kirishima mengangkat tangannya dari pundak Bakugo. Bakugo tak peduli dengan omong kosong yang Kirishima lontarkan, ia hanya terus berjalan.

"Kurasa Bakugo sedang dalam mood yang buruk"Kaminari berhenti, berbisik pada Kirishima.

"Yah kau tau, bukan Bakugo namanya kalau dia tidak seperti itu"Kirishima hanya mengendikkan bahu. Ia sudah terbiasa dengan sikap kasar Bakugo, bahkan sejak awal semester ia tak menyerah untuk membuat Bakugo sebagai temannya. Jujur saja, hanya dia yang paling dekat dengan Bakugo bahkan berani untuk sekedar mengajaknya bicara.

Bakugo sampai di depan kelas, 1-A. Ia membuka pintu dengan keras hampir seperti membanting. Penghuni kelas lainnya kaget, namun segera mengalihkan pandangannya. Hal ini sudah biasa terjadi, mereka sudah terbiasa.

Half and Half BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang