Cring... Cring...
Dua pemuda dengan tinggi tak terpaut jauh keluar dari sebuah cafe. Pemuda berambut blonde berjalan mendahului, agaknya seperti sengaja untuk lupa dan tak mengenal pemuda lainnya yang baru saja keluar bersama dengannya. Pemuda bersurai dwi warna yang ditinggalkan mau tidak mau harus mengejar kembali pemuda yang sudah berada agak jauh di depannya.
"Bakugo, bisakah kau berjalan sedikit lambat? Aku benar-benar lelah jika harus mengejarmu terus-menerus"Todoroki, pemuda bersurai dwi warna itu berbicara dengan nada yang sedikit tersenggal-senggal. Ia menatap pemuda ash blonde disampingnya yang masih terus berjalan, menurunkan kecepatannya saja tidak.
"Bakugo, kau marah lagi padaku?"Todoroki berusaha menyamai langkah pemuda itu namun tetap saja. Setiap kali Todoroki berada disampingnya, ia akan mendahului dan berakhir kembali meninggalkan Todoroki.
"Asrama ditutup menjelang malam, kau mau pulang atau tidak?"setelah sekian lama Todoroki bermonolog, akhirnya Bakugo mau menjawab pertanyaannya.
Todoroki mengernyitkan dahi, ia lalu menatap langit dan menatap jalanan di sekitar mereka. Otaknya mulai berpikir, bukankah ini masih sore? ah bahkan matahari masih terasa menyengat di atas mereka.
"Bakugo, ini masih siang menjelang sore. Kau tidak merasakan panasnya matahari diatasmu?"
"Aku lelah bersamamu"tanpa menoleh dan ekspresi, sungguh kalau bukan Todoroki berhati baja mungkin ia akan shock dan sekarang sekarat di jalan.
Bagaimana tidak? Kata-kata Bakugo hari ini seperti rollercoaster, ia menjadi sangat lucu dan penurut ketika tak bisa membantah namun dingin dan sifat tak peduli ini benar-benar membuat hati Todoroki sedikit terdenyut.
"Ah..."hanya respon ini yang Todoroki berikan.
"Mengapa kita tidak duduk di taman sebentar?"
Bakugo berhenti, menoleh pada Todoroki dengan wajah kesalnya, "Taman? Kau tuli apa bagaimana? Sudah kubilang bukan kalau aku lelah dan ingin kembali ke asrama?"
Todoroki menatap Bakugo dengan wajah datarnya, "Kau bilang tadi kau lelah? Kita bisa beristirahat sebentar, menikmati angin sore lalu kembali ke asrama"
"Aku ingin pulang"kali ini tidak ada raut kesal atau marah dari wajah Bakugo. Ia menatap Todoroki datar lalu memalingkan muka menatap mobil yang berlalu lalang.
"Baiklah kita pulang"Todoroki tak bisa memaksa, hatinya merasa sedikit bersalah melihat ekspresi yang Bakugo berikan padanya. Ia berpikir, hari ini ia memang sedikit terlalu memaksa Bakugo tanpa bertanya dan memikirkan bagaimana perasaan pemuda tersebut.
Bakugo menoleh pada Todoroki, ia terlihat sedikit terkejut dengan jawaban yang Todoroki berikan. 'Kemana hilangnya sifat keras kepala makhluk satu ini?'
Todoroki berjalan mendahului Bakugo. Ia berpikir Bakugo akan mulai berjalan sama dengannya dan akan mendahuluinya seperti tadi. Namun, Todoroki terkejut karena ia merasa bahwa ujung coat yang ia pakai seperti ditarik lemah.
Todoroki menoleh, melihat Bakugo yang berdiri mematung. Ia hendak bertanya, namun Bakugo memotongnya lebih cepat.
"Es krim dan taman, tak ada penawaran lagi"Bakugo berkata dengan pelan, hampir seperti bergumam. Todoroki tak terlalu mendengarnya. Namun saat ia akan bertanya lagi, Bakugo telah berjalan meninggalkannya.
Todoroki menghela nafas, masih seperti ini dan tak ada yang berubah dari awal mereka pergi hingga waktu menjelang sore. Menatap nanar Bakugo yang berada di depannya, haruskah ia menyerah?
Semua kalimat negatif bermunculan di pikiran Todoroki. Hingga otak yang bekerja keras tersebut terhenti ketika mendengar suara pemuda yang telah berada jauh di depannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Half and Half Bastard
FanfictionTodoroki yang notabenenya adalah seseorang yang sangat tidak peka tiba-tiba mulai memberikan perhatian pada anjing pomeranian kelas 1-A ini. Namun sayang, Bakugo selalu berusaha untuk menghindari segala macam modus dan tipu muslihat pemuda dengan s...