3.

793 96 3
                                    

Asrama murid kelas 1-A pagi ini sibuk seperti biasanya. Murid-murid berlalu lalang bersiap untuk pergi ke sekolah. Begitu juga dengan Bakugo. Ia sekarang sudah menenteng tasnya di pundaknya. Berdiri di depan pintu asrama, menunggu Kirishima. Kemarin saat pulang, Kirishima meminta Bakugo untuk menunggunya di depan asrama. Alasannya karena ia memiliki sesuatu yang penting yang ingin ia tunjukkan pada Bakugo.

Bakugo sebenarnya ingin berangkat lebih dulu. Menunggu seperti ini hanya akan membuang-buang waktunya. Namun karena dirinya juga penasaran dengan apa yang ingin ditunjukkan oleh Kirishima, akhirnya ia memilih untuk menunggu si rambut merah aneh itu.

Teman-temannya satu persatu keluar, melewatinya. Namun Kirishima tak kunjung terlihat, hal itu yang membuat Bakugo mulai kesal. Tiga puluh menit berlalu. Kesabarannya mulai habis, ia berniat meninggalkan Kirishima tapi hal itu urung ia lakukan ketika sebuah tangan menahan pundaknya dari belakang.

Kirishima membungkuk dengan satu tangan berada di lutut. Napasnya tersengal-sengal dan bahunya naik turun. Bakugo hanya diam menatapnya. Setelah dirasa napasnya kembali normal, Kirishima mendongak menatap Bakugo. Ia bangun terlambat hari ini. Salahkan ia karena tak menyetel alarm kemarin malam.

"Maaf membuatmu menunggu Bakugo. Aku lupa untuk menyetel alarm tadi malam"

Bakugo hanya mendengus kesal, memalingkan muka. Ia telah lupa alasan mengapa ia rela menunggu Kirishima pagi ini.

"Hei, untuk yang kemarin aku ingin menunjukkan ini"Kirishima membuka resleting tasnya. Mencari benda yang ia maksudkan kemarin.

"Ini..."

Bakugo menaikkan satu alisnya, bingung. Cermin. Yang ingin Kirishma tunjukkan kemarin adalah sebuah cermin.

"Kau bercanda?!"Bakugo kesal setengah mati. Ia telah menunggu disini tiga puluh menit lamanya seperti orang bodoh hanya untuk sebuah cermin yang tak jelas gunanya untuk apa.

"Tenang Bakugo, kau pasti tak tau maksudku. Kemarin aku memberitahumu bahwa akhir-akhir ini Todoroki sering memperhatikan kita bukan?"Bakugo berdeham mengiyakan.

Kirishima mengangkat cermin itu, "Dengan ini, kau bisa membuktikan sendiri apa yang kukatakan benar atau tidak"

"Kau bisa berpura-pura bercermin untuk membenahi rambutmu atau yang lainnya. Nanti pantulan Todoroki akan terlihat di cermin ini! Bagaimana? Ide bagus bukan?"

"Idemu bahkan lebih rendah daripada si sampah Mineta! Sia-sia aku menunggumu dari pagi!"

Bakugo meninggalkan Kirishima. Tak pantang menyerah, Kirishima tetap menyakinkan Bakugo tentang ide jeniusnya.

"Coba kau pikirkan lagi Bakugo! Ini akan sangat berguna jika kau memakainya!"

Bakugo tetap berjalan, tak mengacuhkan Kirishima yang masih mengoceh disampingnya. Hal itu terus berlanjut hingga mereka sampai di gerbang sekolah U.A.

• • •

Kelas pagi berlangsung dengan tenang. Murid-murid kelas 1-A berkonsentrasi pada penjelasan Aizawa Sensei tentang materi pelajaran baru. Bakugo mencoret-coret bukunya, menuliskan sebuah rumus untuk mencari jawaban dari soal yang diberikan Aizawa Sensei di papan tulis.

Entah darimana asalnya, tiba-tiba ia ingat dengan ide Kirishima tadi pagi.

'Coba kau pikirkan lagi Bakugo! Ini akan sangat berguna jika kau memakainya!'.

Kalimat yang Kirishima lontarkan tadi pagi terus berputar memenuhi otaknya.

'Menggunakan cermin huh?'

Ketika ia menoleh untuk melihat bagaimana kondisi kelas, semua temannya fokus pada bukunya dan tentu saja Aizawa Sensei masih sibuk menulis soal berikutnya di papan tulis. Bakugo mengeluarkan cermin itu, yang sejujurnya cenderung berukuran kecil. Namun yang membuatnya risih adalah warna dari cermin itu. Pink dengan motif bunga-bunga. Kalau saja ia tak penasaran, mungkin cermin itu sudah menancap di kepala Kirishima.

Half and Half BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang