9.

743 88 7
                                    

"Kenapa semua orang melihat kita?"Todoroki menatap setiap orang yang berlalu lalang dan secara sengaja membuat orang-orang tersebut salah tingkah karena bertatapan dengannya.

"Kau terlalu banyak bicara"Bakugo berjalan di depannya, menggunakan celana longgar dan hoodie putih dengan outer yang berukuran sedikit terlalu besar berwarna orange.

"Kenapa kita harus memakai baju seperti ini? Apakah kau nyaman?"Todoroki masih terus saja mengoceh membuat pemuda pirang di depannya di ambang batas risih dan akhirnya membalikkan badannya. Mata yang tertutup kacamata hitam itu menatap lekat Todoroki.

"Style mu seperti anak SD, atau kalau tidak seperti kakek-kakek berumur 60 tahun."

Todoroki sedikit kesal mendengar hal itu, "Setidaknya itu nyaman, aku merasa terganggu dengan pandangan orang-orang sekitar"

"Kau harus tau bagaimana memanfaatkan kondisi wajahmu yang buruk itu"

"Wajahku buruk?"

"Ya"

"Benar-benar buruk?"

"Ya"

"Seburuk itu?"

Siku imajiner mulai muncul di pojok dahi Bakugo, "Lihat dan amati sendiri bagaimana wajahmu di kaca toko itu, buruk sekali hingga membuatku mual!"

Lantas setelah mengucapkan kata yang sedikit menyakitkan tersebut, Bakugo langsung pergi meninggalkan Todoroki yang terdiam. Ia benar-benar tak menduga bahwa Bakugo yang berkata jujur sangatlah menyakitkan. Todoroki spontan melihat bagaimana wajah juga penampilannya di sebuah dinding kaca, tepat ia berdiri sekarang. Ia merasa semakin tak nyaman. Pertama karena dirinya sendiri, kedua karena Bakugo yang  mengatainya.

Namun, Todoroki sadar tidak bisa berlama-lama terpaku dalam lamunan ketidakpercayaan dirinya karena ia tahu bahwa Bakugo sudah pergi jauh meninggalkannya.

"Bakugo tunggu!"

Saat ia berlari mengejar Bakugo, Todoroki dihadang oleh sekelompok gadis. Yah dari penampilannya, mereka tampak seumuran dengannya. Todoroki berhenti dari lari kecilnya sekarang berdiri diam, bingung.

'Mengapa mereka berkumpul mengelilingiku?'

"Anu, kakak yang tampan. Bolehkah kita bertanya kakak bersekolah dimana?"salah satu dari gadis itu bertanya dengan nada yang malu-malu.

"Atau jika kakak telah berada di perguruan tinggi?"teman yang berada di samping gadis yang bertanya lebih dulu tadi ikut berbicara.

"Tidak, ah maksudnya aku bersekolah di sekolah Hero"

"Wah iya kah? Keren sekali!"gadis-gadis itu semakin mendekat pada Todoroki. Mereka juga sesekali curi-curi pandang kepadanya dan tertawa kecil.

"Oh iya, nama kakak siapa?"

"Todoroki Shoto"

"Ah.., umm aku masih punya satu pertanyaan lagi"terlihat semburat merah yang semakin jelas terpampang di pipi gadis itu.

"Apa?"Todoroki berpikir, ikuti alur saja dan penjara manusia ini akan segera berakhir.

"Bolehkah kami meminta nomor kakak? teman-teman gadis itu mulai menyorakinya dan menggodanya. Gadis itu semakin malu, ia hanya bisa memukuli dan menyenggol teman-temannya.

"Maaf tapi aku-"

"Aku lelah mencarimu kemanapun dan sekarang kau malah asik menggoda gadis-gadis muda huh?"Todoroki yang belum sempat melanjutkan kalimatnya, menoleh panik ke arah Bakugo yang berada di belakangnya.

"Ah tidak-tidak, aku tidak mengenal mereka"mendengar pengakuan Todoroki, raut wajah gadis-gadis tersebut, terutama gadis yang meminta nomor Todoroki beberapa menit yang lalu langsung berubah muram. Lantas mereka memandang tajam bocah berambut ash-blonde tersebut.

Half and Half BastardTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang