Ashley menyibukkan dirinya memasak di dapur milik pria itu, dengan tatapan matanya yang sesekali melirik ke arah Nathan, yang terlihat sibuk membereskan beberapa hal yang membuat apartemennya terlihat berantakan dan menjadi bahan adu mulutnya dengan pria itu.
Sejak tadi pikirannya terus berputar, mencoba memikirkan cara lain yang dapat dilakukannya untuk membuat pria itu mendengarkannya, sekalipun sebelumnya pria itu sudah menolaknya dengan begitu tegas.
Ah ... Tidak, tidak. Ia tidak bisa menyerah begitu saja jika ingin membuat pria itu tidur dengannya. Namun, ia pun tidak bisa memikirkan sesuatu mengenai itu. Lalu apa yang harus dilakukannya? Apa mungkin ia harus kembali mengatakan niatannya datang kemari dengan lebih berhati-hati? Tetapi bagaimana jika pria itu kembali menolaknya? Mungkin ia harus melakukan sesuatu yang lebih berani seperti ... Menggoda pria itu.
Orang-orang mungkin akan berpikiran picik mengenai dirinya. Seorang wanita yang rela menggoda teman prianya untuk tidur dengannya hanya karena dirinya yang ingin mendengar persetujuan jika apa yang dikatakan mantan kekasihnya mengenai dirinya tidaklah benar.
Ya, konyol dan picik. Namun, bagaimana lagi ketika ia begitu peduli dengan harga dirinya? Perkataan mantan kekasihnya itu begitu melukai harga dirinya, kemudian sikap tidak ingin ikut campur yang diperlihatkan teman prianya itu dengan menolak seks dengannya, ah tidak, ia bahkan juga menolak hanya untuk membayangkannya sebentar saja.
Ashley tentu tidak akan membiarkan hal itu terjadi begitu saja.
"Nathan?" Panggilnya kemudian.
"Huh?" Balas pria itu singkat, masih berfokus pada pekerjaan yang dilakukannya saat ini.
"Bisakah ... bisakah kau meminjamkan kausmu padaku? Rasanya aku tidak bisa mengurus daging dengan pakaianku yang seperti ini."
Nathan mendongakkan kepalanya untuk menatap pada wanita itu. Satu hal yang terlintas di kepalanya saat mengamati penampilan wanita itu.
Konyol.
Dia terlihat terlalu rapi dengan dress selututnya dan terlihat terlalu mencolok dengan riasannya hanya untuk datang ke apartemennya, untuk memasak dan membersihkan tempat tinggalnya. Padahal biasanya ketika datang kemari, wanita itu hanya akan mengenakan kaus dan celana jeans, atau pakaian sederhana lain sejenisnya, tanpa riasan apapun.
Tunggu ... bukankah ini malah terlihat mencurigakan? Tetapi, mendengar permintaan wanita itu untuk meminjamkan pakaiannya, sepertinya wanita itu sudah menyerah dan berubah pikiran.
"Ambil saja di lemari, di kamarku," balasnya cuek.
Wanita itu tersenyum padanya, kemudian meninggalkannya.
Menggelengkan kepalanya, Nathan kemudian melanjutkan aktivitasnya membersihkan lantai apartemennya itu. Walaupun dirinya sudah sering melihat tingkah aneh dari temannya itu, tetapi ia masih saja tidak terbiasa dengan itu.
Setelah beberapa menit berlalu, wanita itu tidak kunjung keluar dari kamarnya. Nathan tidak tahu apa yang dilakukan wanita itu di dalam sana, tetapi ia perlu memberi tahu wanita itu jika ia harus keluar sebentar untuk membuang sampah dan membeli beberapa tambahan makanan juga minuman untuk dirinya dan Ashley.
Ia mengetuk pintu kamarnya perlahan dan mendapatkan jawaban cepat dari wanita itu.
"Ya?"
"Aku harus pergi sebentar untuk membuang sampah dan membeli sesuatu, jadi jangan terkejut jika tidak menemukanku di sini," beritahunya selanjutnya.
"Okay!" Sahut wanita itu dari dalam kamarnya.
"Aku pergi!" Pamitnya.
Rasanya aneh, mengapa perlu waktu lama untuk berganti pakaian saja? Apa sesuatu terjadi padanya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Are We Still Friends?
Romance~Cerita ini original milik saya, mohon untuk tidak memplagiat, menyalin, dan membagikannya ke platform atau tempat baca lainnya. Terima kasih~ [Rate 19+] Diputuskan secara sepihak dengan alasan "tidak bisa memuaskan kebutuhan seksual" dari mantan ke...