Ch. 3 - 'Rencana' Gila Ashley

141 14 0
                                    

Ashley menatap kosong pada kanvas lukis yang berada di hadapannya, sementara pikirannya melayang pada pembicaraan yang dilakukannya dengan Nathan semalam.

Pria itu ...

Setelah Ashley dengan gambang menyatakan jika mereka bisa melakukan seks sehingga pria itu dengan mudah bisa tahu bagaimana Ashley memiliki nilai yang tinggi untuk memuaskan kebutuhan seseorang di ranjang, pria itu memilih bungkam dan dengan terburu mengambil dompet dari saku celananya, kemudian membayar semua tagihan minuman yang mereka pesan sebelum pergi meninggalkannya.

Ah ia ingat, sebelum pria itu benar-benar pergi, ia mengatakan hal ini, ia mengatakan jika Ashley tidak mabuk, sehingga ia akan meninggalkan wanita itu di sana. Ia juga berpesan pada Bartender di sana, jika nantinya mereka menemukan dirinya mabuk, ia meminta bartender itu untuk menghubungi taksi dan memberikan alamat rumahnya padanya.

Sialan, pria itu sepertinya menolak keinginannya. Jika seperti ini, bagaimana Ashley bisa membuktikan jika perkataan Jack itu tidaklah benar?

Sekalipun ia tidak begitu mempedulikan pria itu, tetapi sungguh, rasanya Ashley tidak bisa menerima alasan putus yang dikemukakan pria itu. Tidak, pria itu tidak bisa menghancurkan harga dirinya seperti ini. Sebelumnya tidak ada pria yang mengeluhkan seks yang mereka lakukan, dan mendengarnya, bahkan menjadikannya sebagai alasan perpisahan mereka membuatnya benar-benar marah pada pria itu.

Mungkin bagi temannya ia sudah tidak waras, tetapi satu-satu hal yang saat itu terpikir oleh Ashley adalah membuat Nathan tidur dengannya. Hal itu bukan dipikirkannya tanpa alasan. Pertama ia ingin mendengar seseorang mengatakan padanya jika apa yang dikatakan mantan kekasihnya itu tidaklah benar, dan seseorang yang bisa dipercaya olehnya untuk mengatakan hal itu hanyalah Nathan ... Ya, hanya pria itu, hingga ia dihadapkan pada perkataannya mengenai bagaimana dirinya yang tidak akan bisa membayangkan Ashley dalam situasi seperti itu ...

Jika seperti ini, lama-lama Ashley bisa saja mempercayai perkataan mantan kekasihnya itu.

Namun, tidak ... Itu tentu tidak benar.

Ashley mengacak rambutnya, merasa frustasi. Sialan. Bukankah semua orang menyukai seks? Terutama pria, bukankah mereka menyukainya? Namun, mengapa temannya itu berbeda? Mengapa Nathan begitu memperlihatkan ketidakinginannya tidur dengan dirinya?

"Kau bilang hari ini kau berniat menyelesaikannya? Kenapa tidak kunjung melakukannya?"

Sebuah suara yang berasal dari arah dapur rumahnya itu membangunkan Ashley dari lamunannya.

Chloe, rekan kerja di sanggar lukis yang didirikannya beberapa tahun terakhir ini muncul dari arah sana. Wanita yang juga berprofesi sama dengan Ashley itu, seorang seniman, khususnya dalam bidang lukis, dan lebih tepatnya menjadi salah satu pembimbing kelas lukis di sanggar lukisnya itu menatap pada kanvas lukis yang berada di hadapannya.

Ashley menaikkan kedua bahunya sembari menjawab, "entahlah ... Sekarang ini kepalaku seperti dipenuhi banyak hal yang membuatku tidak bisa melakukan apa-apa."

Chloe mengangguk kecil, memahami jawaban Ashley itu. Orang-orang seperti mereka terkadang menemui kendala dalam melakukan pekerjaan mereka, apa lagi ketika banyak pikiran yang memenuhi kepala mereka. Ah, sebenarnya tidak hanya pekerjaan mereka saja, tetapi juga pekerjaan-pekerjaan lainnya, hanya saja ... Bagaimana cara menjelaskannya?

"Sepertinya aku perlu keluar untuk mencari inspirasi baru untuk lukisan ini."

Sebenarnya Ashley rasa ia hanya perlu memberi sedikit sentuhan pada lukisannya itu ... Lukisan yang menggambarkan dua orang yang sedang menikmati waktu mereka dengan membaca buku di bawah sebuah pohon yang teduh nan rindang itu.

Are We Still Friends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang