Ch. 1 - Hari yang Tidak Begitu Buruk

405 21 0
                                    

Bagi Nathan, malamnya kali ini berakhir dengan begitu melelahkan, ya ... semelelahkan malam-malam yang dilaluinya dua minggu ini, terutama di tiga hari belakangan, di mana semua rekan kerjanya seperti berusaha memeras seluruh tenaganya. Nathan tahu, dirinya mungkin hanya pegawai tidak tetap yang bahkan baru menjalani training untuk dua minggu ini, tetapi apa perlu mereka memperlakukannya selayaknya manusia super yang memiliki tenaga berlebih untuk melakukan segalanya?

Sialan. Sialan. Sialan. Batinnya ketika sekali lagi seseorang memanggil namanya, seolah menahannya untuk tidak pergi dari tempat ini.

"Nathan?"

Pria satu ini, pria bernama Erick ini, sedari hari pertama kedatangannya hingga saat ini terus saja memanfaatkannya. Entah itu memintanya membelikan kopi, mengisi tinta printer yang habis walaupun dengan jelas ia sedang sibuk dengan pekerjaannya, atau yang paling parah pria itu pernah memintanya mengetik beberapa hal mengenai pekerjaannya sementara yang sesungguhnya pria itu sudah memiliki salinan soft file-nya. Tidakkah semua itu sudah cukup untuk menjadi alasan untuk Nathan tidak menyukai pria itu?

"Sudah mau pulang?"

Hari ini adalah hari terakhir dari waktu training-nya ... dan jika pria ini berani menghancurkan mood-nya, sekali lagi saja, setelah hari yang melelahkan ini, Nathan tidak akan keberatan untuk melakukan sesuatu yang bisa saja menghancurkan pria itu, mungkin tidak saat ini, tetapi di masa depan.

"Ya." Jawabnya singkat. Lagi pula ia tidak ingin terlalu lama menghadapi pria itu.

"Kalau begitu, hati-hati di jalan."

Jujur saja, ia merasa janggal dengan sikap sok ramah dari pria ini, ia bahkan tidak tahu motif apa yang direncanakannya hingga tiba-tiba saja mengatakan hal seperti itu padanya. Namun, Nathan memilih untuk tidak terlalu menggubrisnya.

Menganggukkan kepalanya kecil, ia kemudian melanjutkan langkah kakinya, berjalan menjauh dari meja pria itu.

"Nathan?" Panggil pria itu sekali lagi. Ternyata benar-benar janggal bukan?
Ada apa lagi, sialan?!

"Ya?"

"Ngomong-ngomong, selamat karena telah bergabung di perusahaan kami."

Nathan tidak tahu apakah itu merupakan sebuah pujian atau ejekan karena dirinya mungkin akan melalui hari-hari selanjutnya dengan lebih berat. Namun, setidaknya, satu hari setelah ini, walaupun hanya untuk sementara waktu, ia bisa menenangkan dirinya dengan tidak bertemu dengan pria ini.

Memberi senyuman yang tidak menyentuh matanya, Nathan berujar membalas, "terima kasih."

"Kalau beegitu, saya pergi lebih dulu. Selamat malam." Tambahnya setelah tidak mendapat balasan apapun dari pria itu.

Nathan selanjutnya melangkahkan kakinya ke arah pintu lift, sebelum kemudian memasukinya. Ketika pintu lift itu tertutup, ia mulai mengeluarkan segala kekesalannya.

"Sialan." Umpatnya entah sudah yang keberapakalinya untuk hari ini.

"Aku akan bekerja lebih keras dan menyingkirkannya," gumamnya kesal.

Tidak, Nathan bukan lah tipe orang yang akan memendam dendam seperti ini, tetapi rasa kesalnya hari ini membuatnya merasa perlu menunjukkan jika dirinya tidak bisa diperlakukan seperti itu, terutama oleh orang asing seperti pria itu.

Drtt ... Drtt ...

Ponselnya tiba-tiba saja bergetar, menandakan jika sebuah pesan baru saja masuk ke sana.

-Ashley

Bisa bertemu di bar biasanya?

Ini lagi ... Ada apa lagi dengan wanita ini? Mengapa ia menghubunginya sekarang? Jika ini mengenai kekasihnya lagi, Nathan tidak akan datang ke sana. Tidak karena ia sudah sangat muak mendengar semua itu dari Ashley.

Are We Still Friends?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang