بسم الله الر حمن الر حيم
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته
Hari ini matahari bersikap jual mahal, jam sudah menunjukkan pukul setengah satu siang tapi Ia masih malu-malu dan bersembunyi dibalik awan. Ketimbang mengirimi bumi dengan sinarnya yang hangat, ia lebih memilih memberikan embusan angin yang begitu dingin.Karena itu, Ayasha lebih memilih untuk diam di kamar sembari menunggu kedatangan Kakek, Nenek dan saudara dari Yogya, yang sedang dijemput oleh Ayah dan Ibu.
"Assalamu'alaikum, Ayasha." Suara perempuan paruh baya yang begitu khas, terdengar samar-samar di telinga Ayasha, yang membuat Ia segera mengenakan gamis, khimar dan tak lupa, kaos kaki. Salah satu aurat yang kadang disepelekan oleh seorang wanita. Kadang mereka lupa, kalau kaki juga merupakan aurat yang harus ditutup.
"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh."
Setelah selesai, Ia bergegas menuruni anak tangga untuk menyambut sang tamu.
Nenek tersenyum saat melihat Ayasha menghampirinya. "Libur?" tanyanya sembari menerima salam dari Ayasha.
"Libur, Nek. Kan, sekarang hari Sabtu," jawabnya sembari menyalami satu persatu. Dimulai dari Kakek, tante Dessy, om Bayu hingga mbak Dita. Mas Adit yang berada diurutan paling belakang hanya terdiam di tempat, kemudian tersenyum. Karena keduanya tahu, mereka bukanlah mahrom.
"A Bani, kemana, Sha?" Tanya Adit sembari ikut mengekor menuju dapur, membantu Ayasha membawa beberapa mangkuk, sendok dan gelas.
"Masjid, tapi belum pulang."
Keduanya kembali bergegas menuju ruang tamu, ikut berkumpul bersama keluarga dari pihak Ayah.
"Ini, mau dimakan sekarang?" tanya tante Dessy begitu mangkuk sudah tersedia dihadapannya.
"Mau atuh, Kakek sudah lapar dari tadi." Ucap Kakek yang diakhiri dengan tawa.
"Tadi, disuruh makan di mobil, keukeuh tidak mau." Itu, perkataan Nenek. siapa lagi yang bisa menyela perkataan Kakek, selain Nenek.
"Mana enak, makan bakso di mobil." Kakek tidak mau kalah.
Seperti itulah percakapan antara Kakek dan Nenek, selalu meributkan suatu hal yang bisa dibilang, masalah sepele. Namun, terkadang, Ayasha merasa kalau tingkah mereka itu lucu, bak anak kecil.
Kakek bangkit dari tempat duduknya, kemudian Ia berjalan menuju dapur. Ayasha segera mengikuti, takutnya ada yang Kakek butuhkan.
"Mau kemana, Kek?"
"Kamar mandi." Balasnya yang membuat Ayasha bergegas ke tempat semula.
"Assalamu'alaikum." Sapa Bani yang baru pulang dari Masjid.
"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." Balas mereka dengan kompak.
"Eh, baru pulang, A?" tanya Kakek saat Ia melihat cucu keduanya baru pulang.
Bani berjalan menghampiri Kakek dan menyalaminya. "Iya, Kek. Biasa. Tadi ada yang nitip beli ice cream, jadi baru pulang." Sindir Bani tanpa melihat ke arah Ayasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
SpiritualPerempuan ini hidup dengan penuh luka dibatinnya, hatinya sudah seperti remasan kertas yang sangat sulit untuk kembali rapi. Ia sudah berupaya untuk menyembuhkan lukanya. Tapi tetap saja, bekasnya masih terlihat dengan jelas. Di usianya yang hampir...