بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاتهCuaca kali ini sedang bersahabat. Sedari pagi sinar matahari sudah menyambut, semakin lama terik matahari semakin panas. Segelas es jeruk ditengah hari memang pilihan terbaik, apalagi ditemani dengan bakso yang begitu pedas. Rasanya Ayasha ingin sekali memesan bakso yang kini sedang nangkring di depan rumahnya. Mungkin, karena tukang bakso itu tahu kalau rumah ini akan kedatangan tamu. Suara aduan dari sendok dan mangkuk benar-benar membuat Ayasha ingin lari dan segera memesan untuk memberi makan pada cacing yang ada dalam perutnya.
Suara bel dari pintu utama terdengar. Adit yang kebetulan sedang duduk di ruang tamu segera membuka pintu.
"Assalamu'alaikum, Bu." Sapa Adit dengan senang begitu melihat siapa yang bertamu.
"Silakan, masuk."
Mendengar salam dari Adit, membuat para penghuni rumah datang bersamaan untuk menyambut sang tamu.
"Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokatuh." Salamnya terdengar senang begitu melihat salah satu kawan lamanya sedang duduk di ruang tamu.
"Wa'alaikumussalam warohmatullahi wabarokatuh." Balas seorang perempuan yang tak kalah bahagia.
Perempuan itu bernama Hanin. Salah satu teman Lama Hana saat duduk di bangku SMA. Pertemanan mereka tak berakhir begitu saja, begitu lulus SMA, mereka memilih untuk kuliah di universitas yang sama. Untungnya, mereka sama-sama masuk ke universitas yang sama, kalau tidak? Entahlah, apakah pertemanan mereka akan tetap bertahan sampai saat ini atau tidak.
"Ibu, Dita ajak pergi bareng ke sini, ndak mau," ucap Dita begitu Ia menyalami yang kemudian dibawa ke dalam pelukan oleh Hanin.
"Itu, tuh. Kepingin bareng segala." Tunjuk Hanin menggunakan sorot mata pada seorang lelaki yang baru saja datang sembari membawa beberapa kresek putih besar.
Lelaki itu masuk sembari memberi salam, menyalami Adit, Kakek dan Bayu.
"Ini dari Yogya, langsung kesini?" tanya Kakek yang sudah tidak asing lagi dengan tamu yang satu ini.
"Nggak, dong, Pak." balas Hanin yang dibarengi tawa dari keduanya.
"kita sampai itu hari apa sih, Mas?" tanya Hanin sembari menatap anak lelakinya yang sedari tadi hanya diam atau tersenyum. Sepertinya, Dia hanya bisa melakukan itu.
"Hari Rabu." Balasnya yang membuat Kakek mengangguk dan tak lama kemudian Ia berpamitan untuk kembali ke luar menuju mobil.
"Duduk, ih. Kenapa ini teh masih berdiri." Nenek baru menyadari hal itu.
Sang tamu mengikuti intruksi dari Nenek. Hanin segera duduk dan mendapati Ayasha yang sedang menyuguhkan es jeruk dan beberapa makanan ringan.
"Eh, ini Ayasha?" Hanin menatap ke arah Hana.
"Iya, ini Ayasha, Ini Dita." Hana kembali memperkenalkan Dita pada Hanin yang membuat Dita tersenyum melihat tingkah laku Tantenya.
"Anak perempuanku yang mana lagi, selain mereka." Hanin tertawa begitu mendengar penuturan dari Hana.
"Siapa tahu, kan, punya lagi." Goda Hanin yang langsung ditepis oleh tangan Hana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Eccedentesiast
SpiritualPerempuan ini hidup dengan penuh luka dibatinnya, hatinya sudah seperti remasan kertas yang sangat sulit untuk kembali rapi. Ia sudah berupaya untuk menyembuhkan lukanya. Tapi tetap saja, bekasnya masih terlihat dengan jelas. Di usianya yang hampir...