6

62 24 50
                                    

بسم الله الر حمن الر حيم
اسلام عليكم ورحمة الله وبركاته

Sudah hampir tiga bulan berlalu dan sudah selama itu juga Ayasha perlahan-lahan mengenal siapa sosok Abdu ini. Yap, Ayasha memilih untuk menerima ajakan dari Abdu. Dan itu membuat keluarganya bahagia, apalagi Kakek dan Nenek. Karena bisa dibilang, Ayasha adalah cucu pertama yang akan melangsungkan pernikahan. Padahal, kan, belum tentu juga Ayasha akan sampai ke tahap itu.

Karena pasalnya, sudah hampir tiga bulan berjalan, namun Ia masih ragu, apakah menikah dengan Abdu adalah keputusan yang tepat?

Ayasha sangat takut, keraguan itu kembali menguasai dirinya sehingga membuat Ia memilih kembali untuk mundur.

Astagfirullah.

Embusan berat kembali keluar, ingin rasanya, semua beban yang ada dalam pikiran dan hatinya pun ikut keluar.

Suara decitan pintu roooftop terdengar, membuat Ayasha menolehkan kepalanya, ada Hanin disana. Hanin berjalan memotong jarak diantara mereka, begitpun dengan Ayasha. Ia beranjak dari tempat duduk dan menghampiri Hanin untuk menyalaminya.

Kedatangan Hanin bukanlah sebuah pertemuan biasa. Mereka kembali datang untuk membicarakan mengenai bagaimana kelanjutan hubungan antara Ayasha dan Abdu. Tak ayal, kini rumahnya kembali didatangi oleh keluarga om Bayu, Nenek, Kakek dan tentu saja keluaga dari pihak Abdu.

Namun, saat keduanya menapaki kaki di ruang tamu, tiba-tiba Ayasha membeku. Hal itu Hanin rasakan, namun Hanin kembali menggiring Ayasha untuk segera duduk di sofa.

Ayasha tidak salah lihat, kan? Dia duduk disana dengan mata yang menatap ke arah Ayasha.

Kenapa Dia ada disini? Ayasha bermonolog.

Pertemuan yang mendadak dengannya membuat mood Ayasha benar-benar hancur seketika. Terlihat dari sikapnya yang kini begitu dingin. Ayasha duduk di ruang tamu bersama Rasyid, Hana, Bayu, Abdu, Hanin dan seorang lelaki yang sempat menghilang dari peradaban bumi ini. Ralat, bukan meghilang, namun Ayasha yang menghindar. Dia bernama Hadinata, sang Papa. Iya, Papa kandung Ayasha.

"Dan ini adalah Papa kandungnya Ayasha." Jelas Rasyid.

Ayasha menatap Rasyid dengan mata yang sudah berkaca-kaca. Terselip rasa kecewa pada Rasyid, karena telah mempertemukan dirinya dengan Dia.

Hati Ayasha hancur saat mendengar ucapan Rasyid. Karena dengan pernyataan itu, berhasil mengingatkan Ayasha pada sebuah fakta, bahwa Ia tumbuh berasal dari keluarga broken home. Abdu menatap sekilas pada Ayasha yang sedari tadi hanya terdiam, memainkan kuku tangannya.

Ayasha sudah tidak peduli mengenai pandangan keluarga Abdu terhadap dirinya.

Dalam hati pun, Ayasha sudah siap menerima semua keputusan yang akan Abdu ambil. Bahkan Ia sudah siap jika Ia tidak akan menikah dengan Abdu. Karena pada dasarnya, lelaki mana yang ingin menikahi gadis yang tumbuh dari kelarga broken home?

Apakah sebaiknya aku mundur saja? Ayasha bermonolog.

"Ayasha mau ke belakang dulu." Izinnya pada semua orang yang kini tengah menatapnya. Namun Ayasha menghiraukannya dan segera berlalu menuju kamar mandi hanya untuk sekedar berwudhu.

Setelah selesai, ia tak ingin kembali menuju ruang tamu, Ia tak ingin melihat wajah seorang lelaki yang memiliki status sebagai Papa kandungnya, karena hatinya selalu sakit dan seolah-olah membantu Ayasha untuk kembali mengingat kenangan yang begitu menyakitkan. Dan Ayasha belum siap untuk itu.

EccedentesiastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang