KENANGAN

125 17 4
                                    

Langkahku meragu dengan semakin dekat tempatnya bekerja. Dahulu setiap sore aku selalu duduk di kursi beranda depan.Menunggunya selesai bekerja dan mengantar pulang.

Dia gadis yang manis dan terutama jika dia tertawa,akan nampak gingsul yang katanya membuat dia tak percaya diri.Tapi bagiku,itu semakin membuatnya teerlihat manis.

Ingin aku menyapa ke sana.Tidak apa kan,seorang mantan kekasih masih bertemu? Janji hanya bertemu dan menyapa.Tidak akan aku umbar kenangan kita dulu yang pasti akan membuatmu meragu.

Tidak,tidak.Aku tak suka melihatmu gundah seperti dahulu.Maka aku akan diam dan hanya melihat.Meski hatiku hanya di penuhi olehmu.

Rintik hujan jatuh satu per satu.Yang awalnya gerimis menjadi hujan angin.

Aku melihatmu sendiri dari kejauhan.

Iya,aku ingat.Jika sore,memang tempat kerjamu hanya ada dua shif.

Mungkin rekannya sedang bergantian istirahat.Begitu pikirku.

Kilat menyambar dan kau berjongkok di sudut ruang.

Kau takut ya? pikirku cemas.

Hari yang sebenarnya masih jam 6 sore itu gelap gulita dengan mendung tebal dan hujan badai,sampai kabut turun.

Aku ingin ke sana,untuk menemani.Setidaknya sampai rekan kerjanya kembali.

"Aku tak mau melihatmu lagi!"

Umpatan kasarmu terlintas.

"Bisa-bisanya kau berselingkuh dengan sahabatku!"

Tangis dan kekecewaanmu masih jelas terpatri dalam kenangan ku.

Aku memang brengsek.Aku membuatmu sakit hati dengan mengahancurkan kepercayaan yang kau beri.

Tapi sumpah demi apa pun,hanya satu kali aku menemani pergi.Setelahnya aku tegaskan,bahwa aku hanya mencintaimu.

Petir susul menyusul menampakkan cambuknya di langit kelabu bersamaan dengan bunyi yang memekakakan telingan.

Kau menjerit.

Sontak aku berlari ke arah Cafe tempatmu bekerja. Mati lampu rupanya,pantas kau menjerit sekeras itu.

Bunyi gemerincing terdengar,bersamaan dengan aku membuka pintu yang terbuat dari kaca tersebut.

"Siapa?" dalam keremangan kau bertanya. "Maaf sedang mati lampu."

Ku lihat dengan terburu kau membuka laci meja.Mungkin mencari lilin dan korek api.

"Lea,Azalea.." hatiku berdebar bisa memanggil nama mu kembali.
.
.

Dengan lilin di tangan yang baru saja ia nyalakan,Azalea tertegun memandang pria dengan baju dan rambut basah kuyup itu.

"Kyle..?" matanya yang berbinar terkena cahaya lilin membulat.

"Iya." pria itu mencoba tersenyum.Wajah pucat dan bibirnya membiru,dengan air yang menetes-netes dari rambut.

"Kau..." tunjuk Azalea gemetar.
.
.

Sudah aku duga,dia pasti ketakutan. Aku sangat menyesal. Tidak seharusnya aku kembali ke kehidupannya.

"Lea,aku minta maaf." ucapku mencoba membuatnya tenang.

Netranya meremang.Membuatku makin bersalah.

"Aku mendengarmu menjerit.Aku khawatir." aku menjelaskan. "Maaf,padahal kau sudah tak mau melihatku lagi.Tapi aku cemas.Aku melihatmu sendirian dari seberang sana." aku menunjuk jalanan di seberang,yang terlihat dari tembok kaca Cafe.

Dia ikut melihat arah yang ku tunjuk,lalu kembali memandangku.

"Lea,aku tahu hubungan kita sudah berakhir." aku menatap penuh rindu. "Aku hanya ingin mengatakan,jika aku dan Leila tak ada perasaan apa pun.Aku hanya menemani sekali,itu pun dia yang memaksa."

Azalea malah meneteskan air mata.

Aku mengusap rambut basahku kasar.Aku benci melihatnya menangis.Sudah cukup dia menangisi pria brengsek seperti ku.

Hujan di luar berangsur reda.Di susul kabut yang mulai menipis.

"Mungkin sudah terlambat..." kataku penuh keputus asaan. "Tapi aku ingin bilang,bahwa aku mencintaimu.Aku ingin kau memafkan ku..."
.
.

"Aku memaafkan mu Kyle..." Azalea terisak.

Pria itu tersenyum. "Terima kasih Lea." matanya berkaca-kaca. "Tiga tahun bersamamu sangat membahagiakan." air matanya luruh bersamaan dengan air yang membasahi rambutnya. "Jangan menangis lagi." jari tangannya yang dingin menghapus air mata di pipi Azalea yang sembab.

"Kyle..." bahu Azalea gemetar menahan lara.

"Aku tulus mendoakan kebahagianmu." bibir pucatnya tersenyum.

Berbarengan dengan itu lampu menyala dan rekan kerja Azalea datang dengan payung dan jas hujan.

"Gila hujannya!" ia membuka mantel yang basah dan mengibas-ngibaskan.

Dia masih uring-uringan dengan hujan yang membuat sepatu barunya basah,saat melihat rekan kerjanya mematung sembari berlina air mata.

"Lea? Kenapa kau?" ia berjalan mendekati.Tapi langkahnya langsung terhenti dan dia berteriak, ketika melihat genangan air di tengah ruang.

"Apa plafom nya bocor?" tanyanya sembari meneliti atap yang sama sekali tak basah.

Azalea terduduk dan menangis keras-keras. Membuat rekannya itu kaget.

Dia berusaha menghibur dan bertanya,namun Azalea hanya ingin menangis,setelah mengalami kejadian yang membangkitkan kenangan dengan sang mantan kekasih.
.
.
Flas-back

Di tengah jalan,Azalea turun dari motor yang di bonceng kekasihnya. Angin serta udara dingin tak di hiraukan.Azalea sangat marah.Sampai-sampai hujan petir,dia terjang seorang diri.

"Lea,Lea tunggu!" Kyle berusah mengejar Azalea yang telah berjalan menjauh. "Aku tidak berselingkuh.Aku hanya mengantarnya satu kali." bersaing dengan suara hujan,pria itu berteriak.

Azalea tak mendengar dan tak mau dengar. Dia langsung menyebarang jalan.

"Aku tak mau melihatmu lagi!" bentak Azalea tanpa menoleh ke belakang.

"Lea,dengar kan dulu." Kyle menyusul.

BRAAAAKKK!!
.
.

Pengendara mobil tak melihat ada orang yang melanggar lampu lalu lintas dengan menyebrang ketika lampu telah hijau.

Pemuda itu terpental dan jatuh di tengah aspal yang basah oleh genangan hujan.Dari tubuhnya yang tak bergerak,air hujan berubah warna menjadi merah.

Kejadian itu berlangsung 40 hari lalu,di jalanan seberang Cafe,tempat Azalea bekerja.

-Semarang, 3 November 2021-

MUKADIMAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang