RINDU

38 11 1
                                    

Aku tersenyum memandang buket bunga lili putih kesayangannya.

Aku semakin gugup kala tempat janjian kami semakin dekat.

Ku perhatikan lagi penampilanku,
Kemeja warna biru navy,yang di padu celana jeans hitam.

Ada sebuah mobil terparkir,membuatku membungkuk di depan kaca spionnya,untuk merapikan rambutku yang sebenarnya sudah sangat tertata,sampai lalatpun,mungkin tergelincir.

Aku tersenyum beberapa kali di depan kaca spion itu.

Biarkan saja aku di anggap gila,aku hanya sedang bahagia

Jangungku makin berdebar tak karuan.

"Penampilanku sudah sempurna,kan?" aku bertanya seorang diri.

Menghela nafas panjang,dan kembali melanjutkan perjalanan dengan hati berdebar.

Hari ini,aku akan bertemu Emilia.
Dia istriku,dan karena suatu sebab,membuatku tak bisa bertemu dengannya.

Rasanya hidupku sepi selama ia pergi. Hanya foto-foto kami di masa lalu yang membuatku kuat dan mampu bertahan hingga sekarang.

Tapi kini,kami akhirnya bisa bertemu.

Dari kejauhan,kulihat seorang wanita bergaun warna coral telah duduk di sebuah taman.

Ah,Sayang,kau telah menunggu rupanya.
batinku sambil mempercepat langkah.

"Ed!" ia berseru,lalu bangkit dari duduk dan menghambur ke arahku.

Hatiku bungah,saat tubuh kami menyatu. Aku peluk ia erat,ku cium keningnya berkali-kali,sebagai ungkapan rasa rinduku yang mendalam.

Ku berikan seikat bunga lili putih yang sedari tadi ku bawa.

Wajahnya makin berseri. "Terimakasih Suamiku." ia mengecup pipi ku.

"Sama-sama istriku." aku balas menciumnya.

Tak terkira bahagianya aku,saat kami bisa kembali berjalan bergandengan tangan,seperti saat ini.

..........

.......

....

"Papa sudah tidak kesepian lagi sekarang."Emil anak pertama menyampaikan kabar duka itu.

Dua sodaranya yang lain tertunduk dengan air mata meleleh.

Mereka memandangi wajah renta Ayah mereka yang sedang duduk di kursi goyang favoritnya,sambil memeluk foto mendiang Ibu mereka,yang telah lebih dulu meninggal 25 tahun yang lalu.

"Papa tampak sedang tertidur seperti biasanya..." Emma terisak.

"Papa menyuruhku membeli bunga lili.Aku pikir,Papa hanya sedang rindu Mama.Tapi ternyata..."Emmi kembaran Emma menangis, sambil memandangi buket bunga lili yang baru saja ia beli.

"Sekarang Papa tak perlu duduk di sini lagi sambil memandangi foto-foto kenangan bersama Mama."Emil bangkit berdiri sambil memandangi tembok berisi banyak foto kenangan,ketika keluarga mereka masih lengkap.

Di sinilah biasanya sang Ayah menghabiskan waktu.Duduk di kursi goyang,sambil menatap sedih,kadang tertawa sendiri,kadang sampai meneteskan air mata,melihat tembok penuh kenangan masa lalu,saat istrinya masih hidup.

"Rindu Papa telah terobati." Emil menatap adik-adiknya.

"Titip salam untuk Mama di sana,ya,Pah..." Emma mengecup kening Ayahnya yang masih terasa hangat.

"Kini,kami yang akan merindukan kalian." Emmi meletakkan buket lili putih di pangkuan Ayahnya.

-Semarang,6 Oktober 2021-

MUKADIMAH CINTATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang